Chapter 2 - Dua

Tak terasa jam telah menunjukan pukul 10 malam, tapi aku hanya menghabiskan waktuku dengan tidur-tiduran, sambil mendengarkan cerita-cerita seram agar aku bisa membuat sugesti bahwa foto tadi tidaklah seseram kejadian kejadian di cerita ini. Sesekali aku mengambil biskuit di sampingku untuk mengganjal perutku.

"Nakk... sudah jam 10 malam? Apa kau sudah selesai menyiapkan barang-barangmu?" tanya mama dari sisi lain pintu kamarku.

"Mmm... belum Mah, sebentar lagi tapi selesai kok bu tenang saja.." sahutku.

"Baiklah.. ingat besok kita berangkat jam 4 sore dari rumah, jika kamu mau punya waktu main bersama sahabat-sahabatmu dan berpamitan dengan mereka, selesaikan malam ini ya... dan jangan lupa, jangan sampai penghuni pohon itu mengintipimu dari jendela ahahaha" Goda Mamahku lalu pergi sambil tertawa jahat, benar-benar terdengar seperti nenek sihir.

"Baik Maah..." kataku menyahut godaan dan peringatan dari Mamah.

Aku jadi ingat, Tokyo, John, Leo, Ken, aku pasti akan sangat merasa kehilangan mereka. Ummm tapi mungkin saja tidak, itu hanya harapanku saja. Entah apa aku bisa menemukan sahabat sebaik mereka juga di paris nanti. Aku Ingin menangis rasanya kalau mengingat apa yang sudah kami lakukan bersama.

Aku langung mencoba untuk menghubungi mereka semua. Aku bilang...

"Hey! Besok main bareng yuk!"

Ajakku santai. Padahal Mama bilang tadi aku harus menyelesaikan semuanya malam ini. Tapi aku rasa tidak mungkin aku pergi begitu saja tanpa berpamitan secara langsung pada mereka. Mereka adalah sahabat terbaikku. Tapi aku kecewa. Satu-satu mereka mulai mengeluarkan alasan-alasan yang membuatku kesal. Bukan kesal sebenarnya. Aku sedih. Sangat sedih, ini kesempatan terakhirku untuk berpamitan secara langsung tetapi kesempatan itu telah musnah sebelum datang waktunya.

Kesedihanku memperburuk semangatku untuk menyiapkan barang-barangku. Aku muak dengan segalanya. Rasa bahagiaku tadi siang sudah benar-benar sirna. Lebih baik aku tidur, dan berharap aku terbangun dan tersadar bahwa semua yang terjadi hari ini hanyalah mimpi.

..............................

4 Maret 2016

"Whoaaaa!! Apa yang kalian lakukan disini??"

Aku terbangun kaget dan langsung loncat dari tempat tidurku.

"hishh berisik sekali kau, ganggu tiur aja." Kata Tokyo

"Tau nih, udahlah sana cepet beres-beres, kami masih mau tidur." Sambung Ken lalu menutup matanya kembali.

Aku masih bengong, terpaku seperti telah melihat hantu.

"Kenapa... kenapa kalian ada di sini?" tanyaku gagap.

"Sebenarnya kami sudah tau hari ini kau akan pindah ke Paris, kami memang sudah berencana untuk datang tiba-tiba." Jelas Leo

"Ya tapi tidak sepagi ini juga. Tapi ibumu bilang, kau tertidur dengan kacau semalam, seperti sangat lelah padahal kau belum melakukan apa-apa kemarin. Kami merasa kami terlalu jahat padamu, jadi kami datang pagi-pagi untuk membantumu. Ternyata kau belum bangun, yaudah kami ikutan tidur aja hehe" sambung John.

Aku masih belum percaya. Aku seperti orang bodoh, bertanya kepada mereka apa ini semua Cuma bagian dari bunga tidurku. Mereka hanya tertawa dan satu-persatu mulai bangun dari tempat tidurku, padahal tempat tidurku tidak cukup besar untuk kami berlima. Kenapa aku bisa tidak terbangun karena kesempitan ya. Tapi serius, aku masih belum percaya. Hari-hari terakhir ini memang aneh dipikiranku.

"Sudahlah jangan kebanyakan bengong, ayo semua bangun, kasian nih badan kurus si Hans gamungkin kuat beresin barang-barangnya!" ledek Leo sambil menepuk pundakku dan berjalan ke kamar mandi.

"ayoo semua bantuin tuh si Hans, aku bantu semangatin dari sini aja ya, ngantuk bos." Kata John lalu lanjut tidur. Dasar pemalas.

..............................

Jam sudah menunjukkan pukul 10, dan kami telah selesai menyiapkan segalanya untuk nanti di paris. Masih ada 6... oh tidak, tidak sampai 6 jam, mungkin hanya 4 jam lagi untuk kita menghabiskan waktu bersama.

"Tik tok, tik tok, waktu terus berjala lho, apa yang akan kita lakukan?" tanya Leo

"Hmmm... aku juga tidak tau, mendadak sih ehehe..." jawabku

Waktu terus saja berjalan, detik demi detik terlewati. Hanya satu keinginanku saat ini. Aku ingin waktu untuk berhenti, atau setidaknya mengerti perasaanku lalu melambatkan larinya. Aku jadi ingat rencana liburan yang sudah kami persiapkan sebelum pergi dari sekolah kemarin siang. Sungguh, Aku menyesal mengingatnya, membuat semangatku menjalani hidup baru di prancis hilang. Aku tidak ingin pergi. Ayolah, aku ingin bersama kalian.

...................................

Kami benar-benar menghabiskan waktu sisa itu dengan sia-sia. Tidak ada satupun dari kami yang mempunyai ide pada saat-saat seperti ini. kami semua hanya berbincang-bincang. Mereka bilang kepadaku untuk jangan pergi, tapi aku tau mereka juga tau aku tak mungkin tetap tinggal di sini.

Pukul 2 Siang, kami berangkat menuju Bandara. Semua barang-barang kami dan keluargaku berada dalam mobil Ayahku. Sedangkan aku menyewa mobil tumpangan bersama keempat temanku ini. Kami benar-benar tak mau dipisahkan saat ini. Mungkin orang akan melihatku terlalu berlebihan dalam hal ini, tapi aku tidak merasa demikian. Aku melihat Rin (Adikku) yang tenang-tenang saja seperti itu mungkin karena memang ia tidak memiliki teman! Ayah juga bilang dia yang akan membayarnya sampai keempat temanku sampai di rumahnya nanti, jadi tenang saja.

"Hans... ini hadiah dari kami." Kata Leo sesampainya di Bandara.

"Gelang?"

"Iya, ini gelang persahabatan kita semua, kita semua punya satu, jadi jaga gelang itu baik-baik ya." Jelas Leo sambil menunjukan gelang yang ada di tangannya.

"Oalah hahaha jadi ini gelang persahabatan... okay aku akan menjaganya. Tenang saja."

"Hey Hans, kalo nanti kamu ketemu cewe-cewe cantik, bolehlah kasih tau kami, apalagi aku yang paling tampan diantara kalian, pasti mau deh none perancis itu. Kalo kamu mah mana ada yang mau." Canda john kepadaku

"Helehhh nanti ya pas ketemu kalian lagi juga aku sudah gandeng bidadari pasti, rebut aja kalo bisa."

"Wah nantangin nih dia ahahaha." Kami semua tertawa dengan lepas sebelum air mata di mata kami ini pecah. Terdengar ibuku berteriak dari kejauhan.

"Hanss... ayo masuk! Udah mau berangkat nih." Kata ibuku.

"Baiklah... Group Hug?" kataku ingin berpamitan.

"Homo lu."

"Dasar Homo"

Ledek mereka, tapi ya begitulah teman-temanku ini. Mereka tetap memelukku dengan kencang secara bersamaan. Mungkin sebenarnya mereka ingin membunuhku dengan meretakkan tulang-tulangku. Aku berpamitan dan langsung berlari menyusul ayah dan ibuku untuk masuk ke ruang tunggu.

"Dadaaaahhh..."

"Jangan lupa pulanggg."

"Undang kami lah sekali sekali kesana..."

Lalu suara-suara mereka pun hilang bersamaan dengan wujud mereka yang mulai di telan pilar-pilar dan kaca pemisah di antara kami. Aku sangat sedih, ingin sekali keluar lagi dan memeluk mereka sekali lagi. Oh My God aku sangat takut untuk pergi. mungkin aku akan terkena homesick setiap mengingat mereka disana. Tapi, paris... aku datang!!