Aku berdiri di samping seorang mahasiswi bertubuh mungil namun cantik. Dia orang baik.
No antrian ku dipanggil. Hatiku berdegup kencang, benar benar gugup. Aku biarkan kaki kananku masuk duluan, biar berkah.
Aku berdiri ± 2 meter di depan monitor kecil. Saat itu berisi beberapa kata.
"Silahkan urutkan" katanya.
Mataku terbelak hebat, detik itu juga perang hati dan logika dalam diriku sangat membeludak. Namun seketika monitor itu mati.
Semuanya gelap, benar benar gelap. Yang kudengar saat ini adalah "silahkan pergi". Pipiku benar benar sakit, hasil dari sebuah tamparan. Dadaku sangat sesak. Benar benar sesak. Kakiku lemas. Rasanya seperti kecewa akan pengorbanan yang sia sia.
Akankah aku begitu di masa depan??