"Sedang bersiap untuk misi barumu?" tanya satu suara itu ketika aku sedang berganti pakaian. Saat aku menoleh, kulihat sosok Thalia di belakangaku. Gadis berambut hitam ini adalah rekan kerja terdekatku.
Aku melempar senyum ke arahnya. "Seperti yang bisa kau lihat."
"Siapa kali ini?" tanyanya selagi membuka lokernya yang berada tak jauh dariku.
Otakku berputar mencari jawaban untuk pertanyaan itu. Aku jelas tak bisa bercerita bahwa orang yang kutangani adalah seorang idol. Maka, satu kebohongan itu terucap dariku, "Kasus membosankan. Hanya seorang seniman."
"Oh, ya?" sahut Thalia seraya mengenakan seragam khususnya yang bsaru ia keluarkan dari loker. "Kalau begitu, kasus kita sama. Kasusku juga seniman, dari Italia. Kau?"
"Uh," aku berpikir sejenak, "Daerah Asia. Aku lupa."
"Sungguh?" tanyanya. "Menarik. Tidak biasanya kau melupakan detail misimu sendiri." Thalia mengenakan meraih helmnya.
Aku hanya tersenyum kaku mendengar reaksi itu. Dengan kaku, aku juga mulai mengenakan seragam khususku.
"Yah, itu bukan urusanku," ujar Thalia kemudian. "Aku duluan." Ia pun segera melangkah keluar.
Aku menghela napas lega. Beruntung aku berteman dengan orang yang tidak penasaran dengan urusan orang lain. Aku pun segera bergegas. Begitu aku keluar dari ruang ganti, sesosok wanita berperawakan mungil ternyata sedang menungguku di dekat pintu.
"Oh, Foxie? Ada apa?" tanyaku. "Ada perkembangan terbaru dari misi yang perlu aku tahu?"
Foxie adalah salah satu dari para ilmuwan muda yang ikut serta dalam pengembangan mesin waktu kami. Kami penjuluki para ilmuwan itu sebagai 'Para Kutu Buku.' Merekalah yang nantinya selalu mendampingi para preventer untuk masuk ke portal mesin waktu. Mereka pula yang memastikan kami sampai pada masa yang benar tanpa ada kesalahan. Bisa dibilang, tanpa mereka, preventer tidak akan bisa menjalankan tugas kami yang mulia.
"Sejauh ini tidak ada yang terlalu penting," jawabnya selagi membenarkan kacamatanya yang tebal. "Hanya sedikit tambahan ini dari Seth."
Foxie menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi data-data baru dari si idol yang harus kuselamatkan. Anehnya, di sana tertuliskan satu hal janggal yang tidak pernah kulihat dalam berkas mana pun sebelumnya.
Kriteria kekasih ideal idol ini adalah....
"Apa-apaan ini?" seruku.
Foxie melipat dahi. "Ada yang salah?"
Aku mendongak. "Tidak. Aku hanya salah baca," jawabku cepat. "Lalu, ada hal lain yang perlu aku ketahui sebelum berangkat?"
"Ya. Kali ini kau tidak akan menggunakan portal yang biasa kau lalui," ujarnya.
"Lalu...?"
"Ada portal khusus untuk menangani kasus seperti ini," jawabnya. "Ikuti aku."
Tak menunggu responku, Foxie langsung berjalan cepat melalui koridor. Aku berlari kecil untuk mengikutinya yang sudah meninggalkanku beberapa langkah. Di dalam kepalaku, aku masih bertanya-tanya, apa maksud Seth memberikan berkas seperti itu kepadaku?
Apa dia menginginkanku untuk menyamar sebagai wanita ideal Jaeha untuk mencegahnya melakukan bunuh diri? Yang benar saja. Aku tidak akan sudi. Aku harus mencari cara lain.
Rupanya, Foxie membawaku melalui koridor-koridor sepi yang jarang dilalui para preventer. Di lorong ini, hanya aku jumpai Para Kutu Buku yang berulang kali curi-curi pandang ke arahku. Bagiku untuk berada di sayap gedung ini memang sedikit tidak biasa.
Banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan, tetapi aku memilih untuk diam. Lagipula, aku juga tak tahu harus mulai dari mana.
Tak lama, kami pun sampai di depan sebuah pintu yang setahuku dilapisi besi sampai lima lapisan. Yang berarti, apa yang ada di dalam sana memang tak boleh diakses oleh sembarang orang.
Foxie mendekatkan salah satu matanya ke mesin pemindain, lalu suara buzz pertanda pintu terbuka terdengar. Ia menyuruhku bergegas masuk. Aku pun dengan patuh melakukannya.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang. Ruangan itu tidak seberapa besar. Hanya ada beberapa mesin canggih yang biasa kutemui di atas berderet-deret meja. Namun, yang membuatku tidak mengerti adalah portal yang ada di ujung ruang itu.... gelap.
"Ada apa dengan portal itu?" tanyaku seketika. "Bukankah biasanya portal yang kumasuki memiliki pendar warna yang cerah? Mengapa ini... redup?"
"Seperti yang sudah kubilang," jawab Foxie. "Portal ini berbeda dengan portal yang pernah kau lalui."
"Apa yang membuat mereka berbeda?"
"Jika portal biasa akan membawamu beberapa minggu sebelum insiden yang merenggut nyawa para salvaged terjadi, portal ini akan membawamu tepat sehari sebelum insiden itu terjadi," terang Foxie.
Penjelasannya membuat dahiku berkerut-kerut. "Kau bercanda? Itu artinya aku hanya punya satu hari untuk menentukan di mana keberadaan salvaged-ku!"
Ya, para preventer akan diberhentikan di tempat acak di masa lalu. Biasanya, titik pemberhentian tidak akan berada terlalu jauh dari di mana insiden terjadi. Namun, tetap saja. Satu hari itu terlalu singkat.
Foxie tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. "Inilah kelebihan portal ini," terangnya. "Portal ini akan membawamu tepat di mana insiden itu terjadi. Satu hari sebelum kejadian."
Aku ber-oh-oh saja. "Jika begitu, tidak masalah."
Aku dan Foxie berjalan mendekati portal redup itu dengan langkah mantap. Foxie menekan beberapa tombol yang membuat portal ini akhirnya mengeluarkan pendar warna yang mirip gliter. Warna portal ini hanya didominasi oleh hitam, putih, dan abu-abu.
Selagi meyakinkan diriku sendiri di dalam hati, aku pun mengenakan helmku. Di saat yang bersamaan, Foxie menyentuh bahuku.
"Ini percobaan pertama portal ini," ujarnya. Hal itu mampu membuat perutku tiba-tiba melilit. "Kau tidak perlu khawatir. Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Hanya saja, akan ada satu atau dua hal yang membedakan portal ini dengan portal biasa."
"Seperti...?"
"Mungkin portal kembalimu ke masa depan bisa muncul lebih awal atau lebih lambat," jawab Foxie. Ia terlihat tak yakin.
Meskipun begitu, aku berusaha untuk tetap optimis pada setiap misi yang kulakukan. Maka aku berkata, "Selama aku bisa kembali ke masa depan, tidak masalah." Aku bersiap memasuki portal, tetapi Foxie meraih lenganku.
"Dan satu hal lagi," ujarnya. "Kau sudah membaca berkas dari Seth yang baru saja kuberikan, bukan?"
Aku mengangguk.
"Seth benar-benar serius dengan apa yang ada di dalam berkas itu," katanya. "Erisha, hanya kau, aku, dan Seth orang di gedung ini yang tahu bahwa salvaged-mu adalah non-personage."
"Dan itu berarti...?"
"Sebenarnya, itu tidak ada hubungannya dengan apa yang mau aku bilang," jawab Foxie.
Aku menatapnya, menunggu jawaban yang sebenarnya.
"Yah... aku hanya ingin bilang.... jangan jatuh cinta pada salvaged-mu sendiri," jawab Foxie.
Aku langsung menyernyit mendengar jawaban itu. "Maaf...?"
"Apa yang ingin aku bilang memang seperti apa yang barusan kukatakan. Jangan jatuh cinta. Jangan. Tidak pada orang dari masa lalu."
"Foxie, berhenti mengatakan hal-hal bodoh. Hal itu jelas tidak akan terjadi," ujarku gusar.
"Kau tidak mengerti, tetapi segala hal bisa terjadi. Kaulah pengubah sejarah dalam kasus ini," terang Foxie.
"Apa yang membuat yakin bahwa hal itu bisa terjadi?" Aku mengangkat sebelah alis.
"Kalian seusia."
"Seusia?" suaraku meninggi. "Han Jaeha itu 22 tahun, dan aku—"
Aku membuang napas lelah. Aku sudah terlalu penat untuk melanjutkan percakapan absurd ini. Karena tidak ingin berdebat, aku akhirnya menjawab, "Baik. Jangan jatuh cinta, oke, aku mengerti." Aku mengangguk-angguk. "Lalu, apa hubungannya ini dengan berkas yang Seth berikan padaku?"
"Seth memintamu untuk menjadi sosok yang berkebalikan dari apa yang ada di dalam berkas itu. Jika dia suka wanita berambut panjang, potong rambutmu. Jika dia suka wanita yang pandai menyanyi, tunjukkan bahwa kau tidak bisa menyanyi. Hal ini Seth perintahkan agar dia tidak menaruh rasa tertarik padamu."
"Yah, oke, aku mengerti. Lagipula, aku memang tidak bisa menyanyi," jawabku cuek.
"Erisha! Aku serius!" teriak Foxie.
Aku memutar bola mata. "Aku hargai kepedulianmu, Fox. Tetapi kau tahu jika hal itu tidak akan terjadi."
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini," jawab Foxie.
"Itu benar, karena ilmuwan gila seperti kalian yang membuat semua hal menjadi mungkin." Aku tersenyum penuh makna padanya. Foxie pun langsung tersipu.
Setelahnya, aku pun berpamitan untuk masuk ke dalam portal istimewaku. Hal terakhir yang Foxie katakan masih menggema dalam kepalaku.
"Jangan jatuh cinta. Tidak pada orang dari masa lalu."
*
Glosarium
Salvaged: Orang-orang yang diselamatkan oleh para Preventer.
Non-personage: Bukan orang-orang yang berpengaruh bagi sejarah menurut kriteria perusahaan.