Meski tidak lengkap dan sesuai keinginannya, Budi tetap mengupload laporan ku di Skalanews.com, website berita tempat ku bekerja. Selang beberapa jam setelah pemberitaan ku terbit media-media lain pun tidak mau ketinggalan. Namun detak.com membuat sensasi berlebihan dengan hanya mengutip seorang pengamat mereka menuliskan judul "Wanita Yang Bersama Abdullah Bisa Jadi Penghibur".
Atas dasar itulah, Budi menelepon ku dan meminta untuk membuat artikel dengan judul yang lebih bombastis. "Loe emang enggak bisa dapat itu penangkapannya dimana..Kalau di hotel kan jadi makin menarik tuh barang buruan Loe cari."
Namun hingga 15 menit setelah Budi menghubungi ku, informan ku di KPK enggak menjawab telepon dan pesan ku. Begitu juga pihak resmi KPK. Baik Juru Bicara hingga para pimpinan.
Kalau pun menjawab hanya berkata 'Nanti sedang diperiksa' Pasti akan disampaikan dalam jumpa pers. Sedangkan redaktur menginginkan informasi yang berbeda.
"Emang si Abdul ditangkap dimana sih, kok redaktur gue dari tadi nanyain melulu soal perempuan muda yang diamankan bersamanya," tutur Rina wartawan dari media Interkom sebuah media ternama yang setara dengan Kompas dan Tempo.
"Sumber gue juga enggak berkata-kata apa-apa soal perempuan muda nih benar infonya Rul," tanya Rizki kawan ku yang berkerja di Tempo.
"Info yang gue peroleh begitu Ki tetapi kok Johan enggak bisa dihubungi yah," geram ku karena Juru Bicara KPK tidak juga menjawab pesan singkat.
Pemberitaan di media online pun akhirnya menjadi liar. Memang merupakan hal yang biasa dalam proses operasi tangkap tangan apalagi jika menyangkut nama besar. Ramaikan dulu di permukaan toh kalau ada mis atau meleset akan diperbaiki pada jumpa pers nanti.
Namun, judul-judul pemberitaannya tidak karuan. Ada yang menyebutkan bahwa perempuan muda itu adalah ayam kampus karena Abdul diinformasikan diamankan di sekitar Plasa Senayan.
Akhirnya Johan pun sang juru bicara KPK turun ke bawah untuk memberikan informasi awal. "Jadi benar bahwa tim melakukan pengamanan terhadap seorang menteri yang biasa mengurus kontruksi. Dan yang bersangkutan diamankan bersama lima orang lainnya diantaranya ada wanita dan pihak swasta. Info awal yang bisa saya berikan wanita tersebut tidak sengaja ikut dalam pertemuan dan masih di dalami lebih lanjut."
Hujan pertanyaan pun menghampiri Johan dan ketika ditanya apakah perempuan itu adalah bagian dari gratifikasi. Johan menjawab, belum bisa dipastikan. "Namun demi kehati-hatian sebagainya teman-teman menunggu dulu sampai kami dapat informasi yang utuh," jelasnya.
Namun, setelah Johan selesai memberikan konfirmasi judul pemberitaan makin menjadi-jadi. "KPK Tidak Bantah Amankan Wanita Penghibur" "Abdul Diduga Menerima Gratifikasi Sex."
"Gawat nih bro perempuan yang diamankan itu anaknya bro. Kok berkembangnya jadi kayak gini yah," tulis pesan informan ku di dalam KPK.
Aku pun kaget membacanya, sebab info awal atas adanya seorang perempuan muda yang ikut diamankan adalah berita ku.
"Waduh jangan-jangan bakal di kuliti nih dari internal..Tetapi gw tulisnya cuma perempuan doang kok bro," balas ku. Sebab jika KPK melakukan pengulitan atas pemberitaan ini bisa jadi informan ku bakal kena suspend atau dipecat karena membocorkan informasi.
Tetapi hanya seorang perempuan yang diamankan apa urgensinya sih. Memang inilah kehebatan sebuah berita sensasi lebih baik daripada isi.