Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Assalamualaikum Kuningan

rizal_malaka
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.5k
Views
Synopsis
Diawali dari rasa curiga akan kredibilitas sebuah kasus korupsi membawa Chairul berkenalan dengan Mira anak pejabat yang ditangkap KPK melakukan korupsi. Chairul yakin ada yang tidak beres dari kasus yang menjerat Ayah Mira. Karena meski jabatannya adalah seorang menteri namun, tidak menutup kemungkinan ayah Mira hanya seorang korban semata. Bersama dengan Mira, Chairul pun menginvestigasi kemungkinan lain dari kasus Proyek Strategis Air Bersih (SAB) yang sebenarnya mengarah ke pemimpin tertinggi negeri ini. Selama menginvestigasi benih-benih Chairul dan Mira pun tumbuh. Namun di satu sisi ada kesalahan yang dilakukan ayah Mira sehingga tidak benar juga jika yang bersangkutan bebas. Tetapi, Mira ingin ayah bebas murni. Disinilah batin Chairul berkecambuk apakah mempertahankan idealismenya sebagai Jurnalis atau ikut keinginan orang terkasihnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Perkenalan

Matahari memulai aktivitasnya dengan pancaran cahaya yang hangat, sayangnya tidak ada burung yang menyambutnya. Maklum ini ibukota dimana pohon telah berubah wujud menjadi beton yang menjulang tinggi ke angkasa. Seperti halnya, bangunan kaum Tsamud terdahulu.

Sebagai penggantinya, ada bus-bus kota yang tetap setia menyambut matahari. Dengan lajunya yang standar kecepatan sesuai kesepakatan bersama, besi pengangkut manusia ini berlomba di Senin pagi ini.

Sejak minggu lalu, aku menjadi penumpang setia besi tersebut. Karena sekarang, tugas ku mencari berita untuk media online tempat ku bekerja cukup di satu titik saja.

Yakni, di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terletak di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

Aku sengaja berangkat pagi sekali, karena mendapatkan kabar adanya penangkapan Menteri Perkerjaan Umum bernama Abdullah Jasanda. Namun, tidak tahu suap terkait apakah sang Menteri tersebut.

"Loe dah sampai mana nih?" tulis pesan Whats Up redaktur ku. "Ini dah masuk Rasuna Said bang," jawab ku.

"Ada info terbaru?" cecarnya.

"Belum bang ini juga masih di jalan?" jawab ku lagi.

"Aduh gimana sih itu Detak aja dah dapat kalo si Abdul terima suap akan proyek air minum masa loe enggak dapat? Tidur loe yah?"

Bekerja sebagai wartawan online wajib menjadi seorang sufi yang setiap usahanya di kembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebab, bila bekerja untuk manusia maka tidak ada kata benar dan pujian.

Keduluan dengan media lain salah, salah dapat informasi karena ingin cepat pun juga salah.

Daripada menjawab pesan itu, aku pun memilih untuk melihat berita apa yang sudah di muat detak.com. Jangan-jangan miss lagi nih.

Sebagai pionir media online, detak memang yang paling cepat mendapatkan informasi. Walaupun jika dibaca secara detail informasi yang terbaru barulah satu kalimat saja dan sisanya adalah background berita.

Dalam berita tersebut, disebutkan bahwa informasi itu berasal dari sumber terpercaya.

Aku pun mencoba menghubungi sumber internal ku dan beberapa pimpinan KPK untuk mengkonfirmasi kebenaran tersebut. Namun, karena jam 6:30WIB adalah waktu berangkat kerja maka tidak ada satu pun sumber yang ku hubungi membalas.

Begitu juga ketika ku telepon tidak ada yang mengangkat.

Namun, redaktur tidak mau tahu. Yang terpenting jangan kedahuluan dengan media online yang lain. "Pokoknya gue enggak mau tahu Loe harus cari pengembangannya lebih dulu."

Tak lama redaktur ku mengirim WA tiba-tiba sebuah notifikasi yang ku tunggu-tunggu menyala. "Sabar masih mengudara sekarang dah selesai mendarat di Kuningan ada Enam orang yang dibawa salah satunya burung dara muda di kawasan Mall," tulis sumber ku di KPK.

Aku dengan semangat 45 menuliskan judul "Menteri PU ditangkap Bersama Wanita Muda" dan langsung mengirimkannya ke email redaksi.

"Nah harusnya Loe tanya lagi itu perempuan siapa? kok bisa bersama Abdul apakah kepergok di hotel sebagaimana Achmad Fathanah. Jangan setengah gini nanggung banget sih infonya," tulis pesan Budi Redaktur ku.

Membaca pesan ini aku pun hanya mengelus dada. Yah Allah kuat kan Hamba.