Chereads / clown get a Crown - Indon / Chapter 2 - chapter 1

Chapter 2 - chapter 1

hidup sebagai orang miskin itu sulit, kamu akan dijadikan bahan dan konten bersyukur masyarakat kelas menengah hingga masyarakat kelas atas, mereka akan bilang "lihat mereka tidak bisa makan, seharusnya kamu bersyukur bisa makan enak".

kenapa mereka selalu berkata begitu ketika melihat anak anak mereka yang gemuk dan bergizi tidak mau makan, kenapa mereka tidak membuat yayasan sosial yang memberi kami makan.

aku sering berpikir seperti itu, kenapa mereka tidak memberi kami makanan yang mereka tidak mau, apakah ada suatu halangan? atau keadaan di mana mereka tidak bisa memberi? namun lama lama aku sadar mereka bukannya tidak bisa melainkan tidak mau, kenapa aku harus memberi orang lain makanan memangnya dia siapa aku? mungkin itulah yang dipikirkan oleh mereka.

hidup sebagai orang miskin itu sulit, kamu akan terjebak dalam lingkungan toxic terutama di kota kota besar, mereka kaum kelas bawah menggunakan segala macam cara untuk bertahan hidup dan memanjat kelas sosial yang tampaknya abadi bagi kalangan mereka.

ayahku adalah pemabuk dia selalu suka berjudi dan memukulku, ibuku pergi entah kemana sejak aku kecil, lalu teman temanku juga sedikit karena aku tidak pernah bisa sefrekuensi dengan mereka, keluarga besarku sangat toxic mereka tidak pernah peduli padaku bahkan ketika hari raya di mana seluruh sepupu dan saudaraku mendapatkan uang namun aku tidak pernah mendapatkan uang hari raya.

hidup sebagai orang miskin itu sulit, kamu akan memasuki lingkungan pendidikan yang lesu, guru guru tidak pernah niat mengajar dan sering bolos, teman teman sekolahmu hanya datang ke sekolah untuk bermain dan mencari lingkaran pertemanan atau untuk mendapatkan sebuah ijazah yang pastinya sangat dipakai dalam dunia kerja.

kamu tidak akan pernah mendapatakan ilmu di lingkungan sekolah seperti itu, hidup sebagai orang miskin benar benar sulit kamu akan bekerja sampai mati dengan gaji umr yang tak seberapa, lalu gajimu pastinya akan dipakai untuk kebutuhan keluarga dan keluarga besarmu yang munafik akan berpura pura baik di depanmu untuk meminjam uang yang tak pernah mereka kembalikan.

hidup sebagai orang miskin itu sulit, masyarakat akan memandang rendahmu dan melebelimu sebagai biang masalah terutama para kalangan atas, lihat saja saat bencana covid-19 datang. mereka para pejabat yang memperingati masyarakat kelas bawah untuk tidak menebarkan virus yang mana datang dari luar negeri dan masyarakat kelas bawah seperti aku tidak mungkin mampu untuk pergi keluar negeri, pergi keluar kota saja aku harus memikirkannya berkali kali.

lihat saja siapa yang sering keluar negeri, bukankah itu masyarakat kelas atas yang isinya pejabat pejabat dan konglomerat, bukankah tiap liburan mereka keluar negeri lantas bukankah yang membawa virus ini ke negeri ini lebih besar dari kalian bukan dari kami yang terkurung di negeri sendiri.

hidupku sangat tidak beruntung, tidak ada yang memberiku sebuah pujian, kebahagiaan, dan berbagai macam keindahan dunia yang pernah dirasakan oleh orang lain.

hingga aku bertemu Anisa wanita yang baik hati, dia tidak bisa dibilang cantik namun dia menarik, badannya memang tidak membuat pria bernafsu namun bagiku dia sudah sempurna.

aku ingat melihat senyumnya di sore hari yang sangat indah, kami berciuman di atas jembatan. sebuah pengalaman yang indah dan tak pernah kurasakan.

pria sepertiku yang mukanya penuh bruntusan dan kurus serta pendek dapat memiliki wanita seperti anisa benar benar beruntung, dia pintar masak, baik hati dan sangat pintar.

dia selalu bercerita tentang keinginannya melanjutkan kuliah, aku sangat suka ketika melihatnya bercerita, menyibakkan rambutnya yang panjang dan keriting, serta memperhatikan senyumnya.

bau hujan memenuhi hidungku, aku sangat suka bau ini, cuaca sangat dingin dan langit sangat gelap. orang orang di jalan menyiapkan payung mereka, aku berjalan menuju sebuah restoran cepat saji.

ada temanku gorgon nama panggilannya, nama aslinya adalah Muhammad arjun dia berpenampilan seperti pria pria metropolitan, aku sering bertanya tanya dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli barang branded seperti itu, berbeda denganku gorgon pria yang bisa membuat wanita jatuh hati, badannya sangat atletis, potongan rambutnya sangat keren.

dia bekerja di restoran cepat saji ini, pria berwajah melayu itu sangat populer sehingga dia tampaknya ditaruh di bagian paling depan menjadi kasir, melihatku datang gorgon tersenyum "rian gak pernah ngaret lu"

namaku adalah rian, pria biasa saja dengan kepribadian biasa saja, yang sangat aneh aku dapat berteman dengan pria seperti gorgon, yah walau aku bingung apakah kami ini teman? setidaknya aku mengaggapnya begitu.

gorgon memanggil temannya bernama yati, dia adalah wanita yang bisa dibiang cantik, senyumnya sangat manis, pipinya tirus, dan kulitnya sangat putih seperti mutiara. aku terkejut sesaat melihatnya namun hanya itu yang kurasakan, kagum dan terkejut.

tidak ada yang dapat mengalahkan kecantikan anisa di hatiku, yati adalah wanita yang asik dan bersahabat, dia mengantarku ke ruang manajer. di dalam manajer menerima surat suratku, tak butuh waktu lama aku diterima bekerja di sini dan bisa bekerja mulai hari ini, mereka benar kekuatan orang dalam begitu kuat dalam dunia kerja.

yati menunjukkan kepadaku bagaimana cara menggoreng kentang, memanaskan burger, dan membuat eskrim. "kau harus mulai dari yang awal awal dulu, cobalah"

aku mencobanya, merebus kentang dan mengangkatnya ketika sudah matang, yati saat berbicara masih menggunakan bahasa yang sopan yang mana sangat jarang di kota besar seperti jakarta, "lu ngomong lucu banget pake aku, kamu, kau"

yati tersenyum "aku dari kalimantan, memang di sana kita jarang pake bahasa lo gue"

yati bercerita bahwa dia kuliah di kampus negeri jurusan akuntansi, sama seperti anisa dia juga menginginkan masuk ke jurusan akuntansi.

sebulan berlalu dengan sangat cepat, aku menerima gajiku dan sangat senang, aku memberanikan diri berkata kepada anisa "gw akan membayar uang kuliah lu, lu mau kan kuliah?"

anisa yang sedang makan kentang goreng terkejut, lalu wajahnya tampak senang, dia berkata "terima kasih".

aku sangat senang hari itu melihatnya bahagia dan bahagia tersebut karena aku. karena sering bertemu dengan gorgon aku menjadi dekat dengannya, toh rumah kami berdekatan.

"dua minggu lagi gue mau pindah" katanya senang, dia tampaknya ingin berbagi kesenangan dengan seseorang.

"oh ya, kemana?" aku bertanya.

"apartement di kemang" dia berkata bangga dengan nada sombong dan memamerkan. aku bertanya tanya dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli sebuah unit apartement.

dua minggu kemudian gorgon pindah dan aku tidak pernah melihatnya lagi, walau hanya sesaat dengannya tapi aku merasakan kesepian, tidak pernah ada yang mau berteman denganku sebelumnya.

kehidupanku sama seperti biasa, aku mendapatkan banyak teman. kami sering mendapatkan bonus gajian jika suasana hati bos menjadi baik, atau mendapatkan makanan gratis.

sebulan kemudian anisa diterima masuk ke suatu kampus swasta tanpa nama, walau begitu akreditasi jurusannya adalah A. aku senang dan dia juga lalu kami berpelukan. namun ayahku tampaknya mencium uang milikki karena melihat anisa berkuliah yang mana tidak mungkin keluarganya dapat membiayainya.

"dasar anak bangsat bukannya bantu keluarga malah bantu cewe lain" ayah tiba tiba datang ke rumah dengan marah, dia langsung menonjok dan memukulku, aku meringkuk kesakitan. badannya besar sedangkan badanku kecil tidak mungkin aku bisa menang melawannya.

dia mengobrak abrik seisi rumah mencari duit yang kusembunyikan "mana uang lo hah? gw lagi butuh uang dasar anak durhaka" tangannya menjambak rambutku, aku meringis kesakitan.

namun aku tidak mengatakan apapun, merasa tidak mendapatkan jawaban dia berlari ke kamarku, aku ketakutan dan menyusulnya namun aku didorong olehnya hingga membentur tembok.

beberapa tetangga melihat ke rumahku, mereka hanya penasaran dan tidak ada yang membantu. ayah keluar dari kamar dengan uang segepok, dia tidak pulang selama berminggu minggu.

aku melanjutkan hidupku seperti biasa, dan menitipkan uang gajianku ke tangan anisa. karena tampaknya keluarga besarku juga sudah mulai mencium uang sehingga mereka langsung berpura pura baik, terutama tante santi dan om irwan mereka memelas meminta pinjaman uang untuk anaknya berobat, karena kasihan aku memberikannya. namun aku salah karena sejak awal anak mereka tidak pernah sakit.

melihat om irwan dan tante santi mendapatkan uang dariku, keluarga besarku yang lain berdatangan namun aku berkilah gajiku habis dan mereka kembali dengan muka masam, sejak saat itu mereka memandang anisa penuh kebencian.

tiga tahun kemudian

aku baru mengetahui anisa telah wisuda namun anehnya dia tidak pernah mengatakan tentang wsuda kepadaku, entahlah mungkin dia ingin memberiku kejutan, saat itu anisa datang ke restoran cepat saji tempat ku bekerja.

"rian gw mau ngomong sesuatu" aku melihat wajahnya yang tampak khawatir dan bersalah, kini wajahnya sangat cantik dan badannya sangat sexy karena aku membelikannya skincare dengan gajiku.

"kenapa? apakah terjadi sesuatu?" aku juga khawatir, mungkin dia terkena masalah.

"aku akan menikah bulan depan" seperti tersambar petir itulah perasaanku mendengarnya, aku menatapnya tak percaya.

"a..apa lo bohong kan?" kataku berusaha memastikan bahwa ini bohong, namun aku tahu jauh di lubuk hatiku dia berkata benar.

"terima kasih rian, sayangnya kita tidak cocok bersama" lalu anisa pergi meninggalkanku termenung melihatnya, sebulan kemudian aku mengetahui bahwa dia menikah dengan tentara.

keluarganya tampak senang, aku menatap resepsi pernikahannya yang meriah hanya bisa menatapnya sebab aku tidak diundang, menyedihkannya lagi seluruh keluaragaku mengejek dan menghinaku.

hidup sebagai orang miskin itu sulit, kamu akan dicampakkan oleh orang yang kamu sayang, keluargamu menghinamu, dan seluruh masyarakat menertawakanmu. inilah aku rian si badut, orang miskin yang menghibur kota jakarta dengan kisahku yang tragis.