Chereads / Power Of Destiny / Chapter 10 - Chapter Sepuluh

Chapter 10 - Chapter Sepuluh

"Hai semua,udah lama disini?",sapa Woojin pada kami sambil tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya. Inilah salah satu pesona Woojin yang membuat hatiku meleleh awal pertemuan kami dulu

"Eh Woojin,ngapain disini? Ayo duduk bareng kami",tanya Lucas

"Iya,saya kerja disini dan ini baru aja beres,hehehehe"

"Wah,loe keren banget,pekerja keras",ujar Lucas

"Duduk sini Woojin",ujarku sambil tersenyum

"Maaf,aku nggak bisa lama,soalnya harus jemput Lala kerja",ujar Woojin. Mendengar jawaban Woojin hati ini rasanya sakit sekali. Segitu cintanya dia sama Lala saat ini. Kalau saja dulu aku tidak hadir diantara mereka,mungkin mereka di masa depan sudah sangat bahagia. Tetapi aku juga sangat mencintai Woojin dan ingin merebut dia kembali.

"Maafin gua Jin,tapi gua sangat mencintai loe dan ingin agar kita bertiga bersama lagi. Gua,loe dan anak kita Seonhoo",ujarku dalam hati

"Gua punya ide,gimana nggak loe telpon aja Lala,suruh dia kesini,agar kita kumpul. Tambah seru khan",ujar Nadin memberikan ide dan sontak aku kaget dibuatnya karena antara senang dan sedih,senang karena Woojin tidak jadi pergi tetapi sedih nanti dia bakal bermesraan dengan Lala.

"Boleh saya dan Lala gabung dengan kalian?",tanya Woojin lagi seperti tidak percaya

"Tentu saja boleh,kita semua khan teman,bukan begitu Lu?",tanya Nadin yang dari tadi melamun

"Ah iya,iya,gabung aja",ujarku

Kemudian Woojin mengambil handphonenya untuk menelpon Lala dan tampak aku melihat dari wajahnya terlihat sedih ketika menelpon.

"Gimana,Lala bisa kesini?",tanya Nadin setelah melihat Woojin sudah beres menelpon

"Hmm,sudah dan sepertinya Lala tidak bisa gabung dengan kita karena setelah kerja dia mau belajar kelompok dengan teman-temannya"

"Ah,syukurlah,Lala tidak jadi kesini,Tuhan mendengar doaku. Terima kasih Tuhan",ujarku dalam hati

"Ya udah kalau gitu Woojin gabung aja sendiri sama kita,sini duduk",ujar Nadin memberikan kursinya pada Woojin dan dia sendiri pindah ke tempat duduknya Lucas jadi Lucas jauh duduknya dariku. Aku betul-betul berterima kasih pada Nadin.

"Mau minum apa?",tanyaku pada Woojin

"Nggak usah,tadi udah di dapur",ujar Woojin menolak dengan halus tawaranku

"Beda dong,sekarang khan kamu konsumen disini,pesan ya",sahutku sambil tersenyum manis dan memanggil salah satu pelayan disini

"Baiklah,saya pesan orange juice saja",ujar Woojin

"Owkay",ujarku kemudian aku mengulang pesenan Woojin pada pelayan di depanku karena dari tadi Woojin menundukkan kepalanya,mungkin dia tidak enak sama teman-temannya yang kerja disini dan aku sangat mengerti sekali sikap dan sifat suamiku ini.

"Woojin udah makan belum?",tanya Nadin

"Udah kok Nadin"

"Lucas,temenin gua yuk bentar",ujar Nadin sama Lucas

"Kemana? Udah disini aja",sahut Lucas menjawab malas-malasan. Aku dapat melihat kalau Lucas kesal tempat duduk dia yang dekatku tadi diambil sama Nadin

"Tadi gua liat toko kosmetik sekitar sini,ada yang mau gua beli"

"Malas ah,loe pergi aja sendiri"

"Jangan gitu dong,masa sebagai teman loe nggak mau nemenin gua,ayolah",bujuk Nadin sama Lucas sambil menarik bajunya. Aku tau ini hanya akal-akalan Nadin agar aku dan Woojin dapat berduaan.

"Iya,iya,ayuk",ujar Woojin dengan nada terpaksa

"Kita pergi dulu ya",sahut Nadin

Kemudian tinggallah aku berdua saja dengan Woojin dan kami saling diam-diaman,tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutku. Aku bingung harus berkata apa dan dilihat pihak Woojin dari tadi masih menundukkan kepalanya. Aku penasaran dengan yang dipikirkan Woojin saat ini. Apakah dia lagi memikirkan Lala dan kalau benar itu membuat hatiku sakit.

"Woojin,ayu diminum orange juicenya",ujarku padanya begitu minumannya datang

"Makasih Lu",ujar Woojin

"Tiap hari kamu kerja?",tanyaku

"Iya Lu"

"Nggak capek?"

"Capek sih,tapi mau gimana lagi,kalau tidak kerja mau makan apa? "

"Tapi kamu harus jaga kesehatan,karena itu yang utama,kalau kamu sakit gimana",sahutku dengan nada sedih

"Iya,pasti kok",sahut Woojin tersenyum dengan manis tepat di depan wajahku. Seketika hatiku meleleh dibuatnya. Padahal dia adalah suamiku tetapi aku seperti merasakan jatuh cinta lagi untuk pertama kali dengannya

"Ohya,aku tiba-tiba lapar,gimana kalau kita cari cemilan di luar kafe ini,kamu mau khan anterin?",ujarku

"Boleh,ayuk"

"Habisin dulu minumannya"

"Iya,udah kok"

"Nggak mau ih,habisin dulu",ujarku tanpa sadar dengan nada manja seperti yang selalu aku lakukan sama Woojin  di masa depan

"Hahahahaha,iya",ujar Woojin tertawa kaget melihat nada dan tingkah laku manjaku

"Eh,maaf kebiasaan",ujarku malu

"Tidak apa-apa Lu,cuma saya kaget,Lulu bisa seperti itu,padahal Lulu selama ini pendiam"

"Woojin,gimana kalau kamu jangan kaku ngobrol denganku,kita ngobrol layaknya teman aja,kamu mau khan?"

"Tidak apa-apa gitu?"

"Nggak apa-apa,mau ya?"

"Iya"

Kemudian aku dan Woojin keluar dari kafe untuk mencari cemilan-cemilan. Ditengah jalan kami saling diam-diaman,aku bingung harus ngobrol apa,sampai akhirnya suatu kejadian tidak menyenangkan terjadi padaku. Ketika jalan tiba-tiba ada pengendara sepeda yang tidak sengaja menabrakku,bukannya minta maaf,dia langsung pergi begitu saja.

"Kamu nggak apa-apa Lu?",ujar Woojin padaku

"Adeuh,sakit",ujarku

"Pastilah,kamu berdarah Lu,kita ke rumah sakit ya,di dekat sini ada rumah sakit",sahut Woojin dengan nada khawatir

"Mau sih,tapi aku nggak bisa jalan,sakit",ujarku

"Kamu naik ke punggung aja"

"Tapi aku berat Woojin"

"Udah buruan,naik sekarang,kita harus ke rumah sakit"

Akhirnya dengan malu-malu aku naik ke punggungnya Woojin,walaupun di masa depan Woojin adalah suamiku tetapi sekarang dia belum jadi apa-apaku,tetapi jujur aku bahagia sekali. Aku dapat mencium bau parfum yang dipakai Woojin masuk ke hidungku,wanginya sangat segar.

"Aku berat ya?"

"Sedikit"

"Ihhh,seriusan?"

"Hahahahaha,nggak,becanda,kamu kurus sekali Lu,asli. Kamu jarang makan ya?"

"Makan kok,cuma nggak banyak"

"Jangan dong,kamu bilang sama aku harus jaga kesehatan,jadi kamu juga harus sama,jaga kesehatan juga"

"Woojin,boleh aku bertanya sesuatu sama kamu?"

"Boleh,mau nanya apa?"

"Ah,nanti aja"

"Eh,kenapa?. Kita sudah sampai",ujar Woojin. Kemudian Woojin membawaku ke UGD untuk mendapat perawatan atas lukaku ini. Aku dapat melihat wajah khawatir pada Woojin. Betapa senangnya aku dapat perhatian seperti ini.

"Sini aku bantuin kamu berdiri,untung luka kamu nggak parah,walau harus sedikit diperban gini. Maaf ya semua ini salahku"

"Nggak apa-apa kok,aku aja yang nggak hati-hati,makasih ya udah bawa aku ke rumah sakit sampai mau bopong aku segala"

"Santai saja Lu,habis ini kamu mau diantar kemana?"

"Aku mau balik ke hotel aja"

"Aku anterin"

"Beneran?"

"Iya,sudah tanggung jawab aku buat menjaga kamu hari ini"

Kemudian dengan hati-hati Woojin membantu aku berjalan sampai menuju ke dalam taksi. Betapa bahagianya aku dengan perlakuan Woojin hari ini,padahal perlakuan Woojin ini selalu aku dapatkan di masa depan tetapi aku dulu sangat tidak peduli.

"Kenapa Lu?",tanya Woojin padaku di dalam taksi ketika tampak aku sadari dari tadi aku memandang wajahnya

"Ah,nggak apa-apa,cuma aku merasa tidak enak merepotkan begini,kamu baik banget"

"Kalau dipikir kamu orangnya ramah juga ya"

"Emang aku kelihatan jutek gitu?"

"Nggak,cuma aku kira kamu cewek pendiam dan susah diajak berteman"

"Kalau gitu sekarang kita teman ya"

"Iya,kita berteman sekarang"

"Janji ya kalau aku butuh sesuatu kamu bakal bantu"

"Iya janji"

Sesampainya di hotel,betapa terkejutnya Woojin kalau aku tinggal di hotel paling mewah di Korea ini.

"Kamu nginap disini Lu?"

"Iya,kenapa?"

"Dulu aku pernah kerja disini",ujar Woojin padaku dan aku sudah tahu karena aku pertama kali melihat dia di hotel ini,tetapi apa maksud dia dengan kata dulu,apakah dia sudah tidak bekerja disini lagi

"Kenapa kamu keluar?",tanyaku penasaran

"Lebih tepatnya dikeluarin",ujar Woojin sambil tersenyum

"Park Woojin?",sapa seorang wanita yang aku tahu manajer hotel ini.