Chereads / Musim Gugur adalah Helga / Chapter 22 - Dua Puluh Dua

Chapter 22 - Dua Puluh Dua

Saat itu waktu menunjukkan hampir pukul 5 pagi. Helga yang masih merasakan sedikit pusing di kepalanya mulai bangkit di dalam sebuah ruangan yang remang. Dia mulai tersadar, dia sedang berada di sebuah ranjang tapi bukan di kamarnya, dan dia saat ini sedang memakai dress tidurnya. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Yang diingatnya adalah setelah ia meminum kopi yang dibawa oleh Charlie, ia kemudian tak sadarkan diri.

Namun saat ia ingin bangkit dari ranjang itu, dia merasakan seseorang sedang tertidur di sampingnya. Yang benar saja, itu adalah Charlie, yang sedang bertelanjang dada di balik selimutnya.

Sekujur tubuh Helga, menjadi kaku. Dia tidak bisa membayangkan, apa yang telah dilakukan Charlie terhadapnya semalaman. Helga segera bangkit, berlari keluar dari kamar Charlie dan langsung ke kamarnya. Helga kemudian terduduk menangis sendirian. Dengan pikirannya yang kosong, ia merendam dirinya di dalam bath up.

"Nyonya! Sarapan sudah siap!", seorang asisten rumah memanggil Helga dari luar kamar namun tak ada jawaban sama sekali meskipun pintu kamar itu sudah diketuk berulang kali. Asisten rumah kemudian memberanikan diri masuk ke kamar Helga.

"Nyonya?". Tetap saja ia tak menenmukan siapapun di dalam kamar, kemudian ia mencari di kamar mandi yang pintunya tidak ditutup. Asisten rumah terkejut melihat Helga yang sudah tak sadarkan diri berendam di dalam bath up.

"Nyonya!"

Helga mulai tersadar, kini ia menyadari bahwa ia sedang berada di tempat yang tidak familiar. Ia kemudian menatap lengannya yang sedang di infus. Helga mencoba bangkit dan turun dari ranjang pasien, namun kemudian Charlie datang, membuatnya kembali dalam amarahnya.

"Kamu, sudah baikan kan?"

"Apa pedulimu! Kamulah yang mau membunuh aku!"

Helga dengan marahnya melepar vas bunga kaca yabg berada di bed side tepat dekat dengan jangkauannya ke arah Charlie, tanpa mereka berdua sadari kakek melihat semua yang terjadi. Helga kemudian pingsan, dan dengan cepat Charlie menangkap tubuhnya agar tak terjatuh.

Kebetulan saat itu rumah sakit yang ditempati Helga adalah rumah sakit milik kakek Evan. Saat di ruangan kakek, ada Charlie yang sedang berdiri menunduk di hadapan kakek yang sedang duduk di sofa.

"Ceritakan sama kakek, ada apa sebenarny?"

"Kakek, aku... aku menghabiskan malam dengan Helga"

"Apa?!", kali ini Charlie memberanikan dirinya menatap kakek.

"Aku tidur dengan Helga semalam", kakek dengan marahnya langsung bangkit dari duduknya dan memukul kepala Charlie dengan tongkatnya hingga cucu sulungnya itu terluka.

"Kau sudah gila! Kau lupa dia adalah istri adikmu!"

"Kakek, dari awal Helga adalah milik aku! Dialah gadis kelinci yang kucari selama ini!"

"Anak kurang ajar!"

Kakek kemudian mendapatkan serangan jantungnya. Charlie yang mulai panik memanggil semua pengawal kakek yang sedang berjaga keluar ruangan, yang kemudian mereka semua membantu kakek untuk tetap sadar.

"Kau! Keluar! Keluar sekarang juga! Aku tak ingin melihatmu!", Charlie kemudian meninggalkan ruangan kakek.

Saat Charlie membuka pintu ruangan itu, dia langsung melihat Helga yang berdiri di depan pintu masih dengan seragam rumah sakit.

"Helga..."

Charlie menghampiri Helga dan berusaha meraihnya, namun Helga menghindar dengan mundur selangkah. Dengan tatapan matanya yang sedanh menahan air mata dan diselimuti dengan rasa amarah, dia mencoba menatap pria yang paling dibencinya saat ini.

"Sebenarnya, aku ada salah apa padamu?"

"Helga, tidak sayang, aku hanya mencintaimu sejak lama"

"Heh, ternyata kamu sudah gila", Charlie kemudian meraih kedua tangan Helga dan menggenggamnya.

"Iya, aku sudah gila karena kamu. Kumohon, ayo kita tinggalkan semuanya dan kita lari dari semua ini"

"Gila. Aku dan kamu tidak pernah menjadi kita, berhenti dengan omong kosongmu. Sekali lagi kamu bertindak, baik aku atau kamu, salah satu dari kita harus mati!"

Dengan tubuh lemas yang ia tegaskan untuk tetap tegar, Helga membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Charlie yang masih berdiri terdiam.