"Helga? Kak Charlie? Kalian ngapain berdua di dapur?", Helga hanya menunduk tak berani menatap suaminya.
"Oh itu. Aku turun ambil susu", Charlie kemudian membuka kulkas dan mengambil sekotak susu dan menunjukkan pada Evan sambil tersenyum.
"Tapi, aku kok dengar kalian seperti berdebat"
"Evan, aku mana berani debat dengan adik ipar. Kami tadi itu hanya ngobrol tentang politik. Benar kan, Helga?", Helga masih tidak berani menatap siapapun dari kedua lelaki itu.
"Aku.. Aku main naik, aku mau tidur", Helga pun beranjak meninggalkan mereka berdua.
Seminggu setelah kejadian malam itu, tidak ada lagi kecanggungan yang terjadi antara mereka bertiga. Pagi itu saat Helga sedang menikmati akhir pekannya, ia mendapat sebuah kabar dari Evan.
"Sayang, aku ada pekerjaan di daerah lain", mendengar itu, Helga yang tadinya sedang menikmati meminum teh di halaman belakang menjadi tidak menikmatinya lagi.
"Berapa lama?"
"Hanya tiga hari sayang, aku ada klien di daerah lain yang kasusnya harus aku tangani"
"Seminggu? Kok lama banget?", Evan kemudian mendekati Helga dan mengecup keningnya.
"Cuma sebentar kok, sayang. Aku bakalan cepat pulang"
Evan benar-benar pergi. Helga hanya melambaikan tangannya saat Evan hendak masuk ke dalam mobil yang datang menjemputnya.
"Jadi, itu yah istri kamu?", suara seorang wanita yang bernama Reina, klien Evan, yang sedang duduk di samping Evan di dalam mobil.
"Iya, itu Helga, istri aku"
"Pantas saja kamu betah lama di rumah, ternyata dia cantik"
"Ah iya dia memang cantik, tapi kamu juga cantik kok", Reina yang tersipu setelah dipuji oleh Evan langsung memalingkan wajahnya melihat ke jalan.
Setelah Evan meninggalkan rumah, Helga langsung bersiap-siap dan berkemas untuk mengunjungi rumah orang tuanya dan berpikir untuk tinggal disana sementara Evan bekerja di daerah lain malam itu juga.
"Tok! Tok!", ia mendengar pintu kamarnya sedang diketuk seseorang. Saat Helga membukanya, ternyata itu Charlie. Helga hanya memutar malas matanya dan langsung segera menutup pintu, namun Charlie berhasil menahannya.
"Eits, Helga, aku kesini gak mau ganggu kamu"
"Terus, kamu mau apa kesini"
"Aku, cuma mau minta maaf, karena kemarin-kemarin aku sudah gak sopan sama kamu"
"Oh", jawab Helga singkat.
"Aku, boleh masuk kan Ga? Kamu gak perlu tutup pintunya, biar kamu gak curiga sama aku", Helga langsung membiarkan Charlie masuk ke kamarnya dan mempersilakan duduk di sofa. Charlie kemudian meletakkan kedua cangkir berisi kopi yang dibawanya sejak tadi.
"Aku bawa kopi untuk kita berdua, sebagai permintaan maaf aku", Helga hanya menatap heran pada Charlie.
"Adik ipar, kok cuma liatian aku? Kopinya gak diminum? Tenang, aku gak akan lakukan apapun kok", melihat tatapan mata Charlie yang bersih, ia pun mengambil cangkir yang di depannya dan meminum kopi itu.
"Kak Charlie bisa pergi sekarang. Aku mau bersiap-siap ke rumah mama aku",
Helga beranjak dan berjalan beberapa langkah menuju ranjang. Ia kemudian merasa kepalanya sangat pusing.
"Helga.. Kamu gak apa-apa?"
"Aku gak apa-apa. Kamu bisa keluar sekarang"
"Tapi kamu..."
"Gak apa-apa. Kamu keluar saja"
Penglihatan Helga semakin gelap dan tubuhnya terasa begitu lemas, hingga ia menjadi tidak sadarkan diri seketika saat itu juga.