Setelah menunggu lebih dari 45 menit, dokter pun akhirnya keluar dari ruangan operasi
"Alhamdulillah, pasien telah berhasil melewati masa kritisnya dan sekarang dalam proses pemulihan" ucap dokter yang membuat kita semua merasa lebih tenang.
"Untung saja luka tusukan tersebut tidak sampai mengenai organ dalam lainnya, hanya sedikit di bagian usus tapi kami sudah menanganinya dengan baik. Selanjutnya pasien akan kami pindahkan ke ruang inap untuk perawatan lebih lanjut."
"Jika keluarga ingin melihatnya, silahkan.. tapi hanya satu orang saja.." dokter tersebut menjelaskan
Tapi, kemudian dia kembali bicara
"Mungkin lebih baik istrinya.. siapa tadi namanya yang dia sebut.. ehmm.."
"Oh iya Lena.. Benar. Tadi pasien sempat memanggil manggil namanya. Akan lebih baik jika istrinya Lena itu saja yang masuk, mungkin hal tersebut akan membantu pasien dalam proses pemulihan" lanjut dokter yang membuat semua orang diruangan tersebut kaget terutama aku..
Saat itu, ketika dokter mengatakan "istrinya Lena" mendadak seperti ada hawa dingin yang tersebar diruangan. Jujur.. Aku tidak tahu bagaimana harus merespon. Yang jelas aku dapat merasakan tatapan Shina dan Mas Ryan.. yang seolah menusuk ke arahku.
Lalu, Ryan sambil menggenggam tanganku (seolah menahan agar aku tidak beranjak dari sisinya) berkata,
"Biarkan istrinya saja yang masuk" sambil melirik ke arah Shina
Sedangkan Shina, seolah mengerti dengan kode yang diberikan oleh Ryan langsung masuk kedalam ruangan tersebut.
Saat itu, aku terus menatap Mas Ryan. Sesaat ingin rasanya kujelaskan masalah hubunganku dengan Aris sebagai mantan dulu tapi.. aku takut. Aku tahu Mas Ryan punya sifat posesif yang luar biasa, bagaimana jika nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena sifat cemburu Mas Ryan itu.. Ini Rumah Sakit.. Tidak boleh terjadi keributan disini, pikirku saat itu. Akhirnya aku kembali mengurungkan niatku untuk bercerita mengenai masa laluku dan Mas Aris.
Sementara itu, didalam ruangan operasi, Aris dan Shina..
"Benar-benar Pria bodoh.. Aku baru mengenal ada pria yang begitu bodoh seperti dia, mau merelakan nyawanya sendiri demi melindungi orang lain.. istri tetangganya sendiri." ucap Shina didepan Aris yang masih tertidur
"Bahkan jika kau memang mencintainya begitu dalam, setidaknya.. pikirkan cara untuk menyelamatkan diri sendiri dulu, baru memikirkan orang lain, ckckkk..."
Tak lama berselang, terdengar suara dari Aris yang mengigau mengucapkan nama Lena. Lalu, sesaat kemudian Aris terbangun dan melihat Shina disampingnya..
"Kenapa? Kecewa melihatku yang ada didalam ruangan ini dan bukan Lena.. mantan kekasihmu itu" ucap Shina mengejek yang membuat Aris terkejut
"Ahh.. Aku bisa memanggilnya sekarang untuk menggantikan posisiku.. Siapa tau kan, kau ingin mendapat luka tusukan yang kedua dari suaminya Ryan" Shina masih berkomentar
Mendengar semua ucapan Shina, Aris hanya terdiam dan tidak menjawab.
"Karena kau tidak jadi mati.. maka aku akan keluar sekarang " ucap Shina sembari berjalan meninggalkan ruangan
"Shina.." suara Aris memanggilnya lemah
Kemudian Shinapun menghentikan langkahnya
"Ryan.. Aku tahu dia adalah ayah kandung dari Rani" ucap Aris yang mengagetkan Shina
"Aku punya satu keinginan.. Bisakah kau tidak memberitahukan tentang keberadaan Rani padanya"
"Kali ini, aku akan melakukan apapun keinginanmu.. termasuk jika kau ingin membunuhku sekarang, tapi tolong.. jangan beritahu Ryan dan mengusik kebahagiaan keluarga mereka."
"Mengenai Rani.. Aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya. Aku mencintai Rani seperti anak kandungku sendiri dan aku tidak ingin jika harus berpisah dengannya.."
"Setidaknya.. pikirkan perasaan Rani jika kau memberitahukan semua masalah ini padanya. Aku Mohon.. Shina.. " suara Aris memohon
Tanpa menoleh ke arah Aris yang berbaring dibelakangnya, Shinapun menunduk sambil berkata
"Maaf, tapi aku menyesal tidak bisa mengabulkan permintaanmu itu. Aku menghargaimu sebagai ayah pengganti baginya, tapi tetap saja.. kau tidak bisa menggantikan posisi ayah kandung yang sebenarnya." ucap Shina dengan suara pelan sebelum dia pergi meninggalkan ruangan itu
Sementara itu, didepan pintu apartemen Aris, terlihat Rani yang sedang menunggu kebingungan. Waktu itu, jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, ketika Oka yang telah bosan bermain game memilih untuk keluar kamar mencari makanan ringan dan minuman segar.
"Udah jam segini kok Papa sama Mama belum pulang ya.. Katanya mau makan malam bareng tetangga sebelah.." keluh Oka sambil mencari makanan ringan dan softdrink yang ada dikulkas
Saat melihat ke arah pintu depan, Oka mendengar suara bel pintu sebelah berbunyi.
"Siapa yang bunyiin bel malam-malam gini.. Bukannya Om Aris sama istrinya lagi pergi makan malam bareng Papa Mama?"
"Masa iya ada tamu yang datang jam segini.. Horror banget"
"Eh, tunggu.. Kan gw sendirian diapartemen.. tetangga sebelah juga gak ada, jangan-jangan.. yang ngebell itu... " Oka pun mulai ketakutan dan masuk kembali ke kamarnya
Di rumah sakit
Shina baru keluar dari ruangan tempat Aris berada,
"Kalian masih disini?" tanyanya heran pada kami
"Aris tidak apa-apa. Dia sudah siuman tadi.. Lebih baik kalian pulang." ucap Shina
Kemudian Ryan,
"Shina.. Masalah biaya rumah sakit, biar aku saja. Bagaimanapun Aris telah berjasa melindungi Lena"
"Kau pikir keluarga kami tidak mampu membayar biaya perawatannya?!! Lebih baik kau urus istrimu itu agar tidak menyusahkan orang lain" jawab Shina ketus
Kemudian dia kembali berkata,
"Ah iya, hampir lupa Ryan.. Aku masih menunggu jawaban darimu terhadap hal terakhir yang kita bicarakan diklub tadi.. Sebaiknya kau pikirkan masalah itu baik-baik"
Shina pun pergi berlalu untuk mengurusi biaya administrasi Aris di rumah sakit.
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, aku terus bertanya-tanya.. apa maksud dari perkataan Shina yang terakhir tadi. Jawaban apa yang ditunggunya dari Mas Ryan. Walaupun aku sebenarnya ingin menanyakan hal tersebut langsung padanya, tapi melihat raut wajah suamiku yang sangat tegang saat menyetir itu, aku pun menyerah dan memilih untuk diam.
Sesampainya diapartemen, kami melihat seorang gadis yang sedang duduk jongkok di depan pintu Apartemen Aris.
"Hai.. " sapaku pada gadis itu
"Sedang apa kau duduk sendirian disini?"
Lalu dia menjawab,
"Apa tante kenal dengan penghuni apartemen ini?" tanya gadis itu pada Lena sembari menunjuk pintu unit 702
"Daritadi aku mengetuk dan membunyikan bel ini tetapi tidak ada jawaban.. "
"Apa kau anak dari Aris dan Shina?" tanyaku kemudian
"Iya tante. Perkenalkan namaku Rani Caroline. Tante kenal dengan ayah dan mamiku?"
"Tentu saja. Kami kan bertetangga.. Ini unit tante persis disebelah unitmu. Ayo kamu ikut tante.. Pasti kamu lelah menunggu dari tadi."
Disisi lain, Ryan telihat membeku seperti patung. Ia terus memperhatikan gadis yang sedang berbicara dengan istrinya itu. Lalu tiba-tiba dia,
"Sayang, biar aku antar dia kerumah sakit sekarang untuk bertemu dangan Aris dan juga Shina." ucap Ryan tiba-tiba yang mengagetkanku
"Tapi sayang.. Ini kan sudah sangat larut malam. Apa tidak sebaiknya kita ajak dia menginap dirumah saja. Besok pagi baru kita antar dia menemui mereka.." jawabku
"Rumah Sakit?" Rani berkata tiba-tiba
"Memangnya siapa yang sakit tante?"