Di apartemen Aris,
"Aku tidak mengira kau akan membeli apartemen mewah disini." ucap Shina sambil melihat sekeliling apartemen tersebut
"Apa ini sebanding dengan penghasilanmu bisa bekerja dikantor pusat?" tanyanya lagi
Aris terdiam tidak memberikan respon sama sekali kepada Shina. Dia masih menyeduh kopi, kemudian
"Ini.." ucap Aris memberikan kopi tersebut pada Shina
"Aku sudah mempertimbangkan agar Rani nanti dapat melanjutkan SMAnya disini. Nanti dia juga akan pindah kemari dan tinggal bersamaku." jelas Aris pada Shina
"Terserah.. Aku serahkan urusan mengenai pemilihan SMA Rani padamu. Tidak peduli SMA Negeri atau Swasta.. aku tetap akan membiayainya nanti."
"Dan kurasa.. Aku juga akan ikut pindah kesini." lanjut Shina yang membuat Aris terkejut seketika
"Tenang saja.. Aku tidak menumpang secara gratis. Aku akan membantu membayar biaya pemeliharaannya"
"Bukan itu maksudku.." Aris memotong
"Apa tujuanmu tinggal disini bersamaku. Kali ini.. apalagi rencanamu??" Aris penasaran
"Hey sayang.. Bukankah kita telah sepakat untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing? Jangan lupa masalah kesepakatan yang telah kita buat itu." ucap Shina
Kemudian dia melanjutkan,
"Kau tenang saja. Aku tahu apa yang aku lakukan.. Ini semua demi kebaikan Rani. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya ku lakukan dari dulu.. Itu saja." lanjut Shina kemudian yang membuat Aris bertanya-tanya tentang apa yang dimaksud oleh perkataannya itu.
Sementara itu di apartemen Ryan dan Lena
"Aduh Papa.. Bisa tidak kalau kalian mau melakukannya, lakukan didalam kamar saja. Apa Papa tidak sadar kalau anaknya kini telah beranjak remaja, ckckkk... " ucap Oka sambil menutup kedua matanya menggunakan satu tangan. Lalu dia pun masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Oh iya Mas, bagaimana dengan proyeknya di Kalimantan, apa semua berjalan dengan lancar?" tanyaku pada Mas Ryan
"Tentu saja.. Ada istri yang selalu mendoakan dan menyemangatiku, tentu semuanya berjalan lancar" kata Ryan sambil kembali mengecup bibirku
"Tapi waktu itu Mas Heru.. Bukankah kemarin harusnya dokumen kontrak PT Global itu diserahkan padamu sebelum jam 1 siang. Tapi dia baru meninggalkan apartemen ini jam setengah dua belas.. "
"Oh, masalah meeting dengan PT Global itu.. meetingnya ditunda karena ada hal mendesak yang perlu dilakukan" ucap Ryan berbohong untuk menenangkanku
Sebenarnya yang terjadi di hari itu adalah kontrak dengan PT Global batal dilakukan dan pihak perusahaan kami harus menanggung kerugian yang cukup besar. Saat itu, Heru marah-marah kepada Ryan karena membiarkan hal ini terjadi begitu saja. Ryan lebih memilih untuk menyelesaikan urusan pribadinya terlebih dahulu dibandingkan dengan perusahaan. Memang tidak dewasa.. Tapi dulu hal semacam ini juga pernah terjadi ketika Ryan masih berhubungan dengan Shina. Dia lebih memilih untuk menemani Shina ke Inggris mengikuti casting iklan brand suatu produk ternama, dibandingkan mengurus masalah perusahaannya sendiri. Jika tidak ada Heru disampingnya, mungkin perusahaan Ryan tidak akan mampu bertahan.
Sementara itu diapartemen Aris, waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam ketika Shina sedang bersiap-siap untuk acara makan malam.
"Apa dandananmu tidak terlalu berlebihan hanya untuk menghadiri acara makan malam bersama tetangga kita?" tanya Aris pada Shina
Shina hanya terdiam, tidak menggubris pertanyaan Aris. Dia terus memoles wajahnya dengan make up agar bisa tampil lebih cantik didepan Ryan nanti.
"Kau tidak sedang berpikir untuk menarik perhatian suami Lena dengan berdandan seperti ini kan?" tanya Aris kembali
"Jangan sampai kau lakukan hal seperti itu, karna bagaimanapun kita ini tetangga. Lagipula, dia juga suami orang. Aku tidak mempermasalahkanmu berdandan seperti ini untuk pria lain, tapi tolong jangan mengusik tetangga kita itu." tegas Aris pada Shina
Kemudian sambil mengentikan kegiatan make up nya,
"Sudah selesai bicaranya?" nada Shina sedikit marah membentak Aris.
"Lebih baik urus saja urusanmu, tidak usah pedulikan aku."
"Lagipula, apa hak mu mengatur-atur aku. Jangan kau lupa, kita itu hanya menikah secara kontrak.. Kalau saja seandainya Rani tidak ada dan aku tidak harus mencari seorang ayah pengganti untuknya, maka aku juga tidak akan bersamamu saat ini." lanjut Shina
"Terserah kau saja.." jawab Aris sedikit kesal sambil meninggalkan ruangan itu.
Saat itu dibenak Shina,
"Ryan sayang.. tunggu saja, sebentar lagi kita akan kembali bersama seperti dulu." ucap Shina tersenyum sambil melihat pantulan wajahnya didepan kaca
Sementara itu Aris, dia terus termenung diruang tengah. Dia mulai memikirkan semua kejadian-kejadian tadi, mulai dari perkataan Shina waktu itu, serta usaha Shina untuk tampil cantik di depan Ryan. Kenapa Shina begitu tertarik pada Ryan suami Lena itu. Jika memang dia hanya tertarik pada hartanya, itu tidak mungkin.. sebab, jika Shina memang materialistis tentunya dia tidak akan memilih untuk menjebaknya saat itu. Dia pasti akan memilih pria kaya lain untuk dijadikan sebagai "ayah pengganti" untuk Rani. Selain itu, Shina juga tidak terlihat seperti perempuan murahan yang bisa jatuh hati pada siapapun. Justru selama menjalani rumah tangga dengannya, Shina terlihat begitu dingin, dia begitu menjaga dirinya agar tidak sampai terjadi kontak fisik atau hal lain yang umumnya biasa dilakukan oleh pasangan suami istri. Aris pun terus berpikir.. berpikir dan akhirnya tersadar. Sesaat kemudian dia mengerutkan dahinya sambil berkata didalam hati, "Apa jangan-jangan Ryan adalah ayah kandung dari Rani yang sebenarnya?"
Walaupun Aris saat itu sangat penasaran dan ingin segera menanyakan hal tersebut langsung kepada Shina, tapi ia berhasil menahannya. Karena dia tahu saat ini Shina sedang kesal dengannya. Mungkin, setelah acara makan malam nanti ketika mood Shina baik, dia akan menanyakannya kembali.
Akhirnya, jam yang ditentukan pun telah tiba. Aris dan Shina sudah bersiap didepan pintu apartemen mereka, menunggu tetangga sebelahnya untuk keluar.
"Ingat, jaga sikapmu itu nanti." ucap Aris kepada Shina memperingati agar dia tidak melakukan tindakan bodoh.
Namun saat itu Shina memilih cuek dan menganggap perkataan Aris hanya sebagai angin lalu. Tak lama berselang setelah itu, akhirnya aku dan Mas Ryan keluar dari pintu apartemen kami.
"Wah.. Kau cantik sekali." ucapku pada Shina sembari memeluk dan mengecup pipi kanan dan juga kirinya.
Namun, saat itu Shina hanya tersenyum dan tatapannya saat itu terus mengarah kepada Ryan. Entah Ryan sadari atau tidak tapi Shina telah mempersiapkan semuanya hanya untuk Ryan. Baju dress hitam yang dia kenakan adalah dress pemberian Ryan dulu dan merupakan dress favoritnya. Sepatu.. Bahkan kalung yang dikenakannya juga pemberian dari Ryan. Di kalung yang dia kenakannya itu tertulis Shiry yang merupakan singkatan dari nama Shisi dan Ryan. Tetapi Ryan bahkan tidak mengindahkan itu sama sekali. Tatapan Ryan hanya fokus pada Aris yang sedari tadi menatap kagum ke arah istrinya yaitu aku. Saat itu aku hanya mengenakan gaun simple, tidak semewah seperti yang Shina kenakan. Make up ku juga terlihat sederhana.. Aku hanya mengenakan lipstik berwarna merah anggur, dan memoles sedikit alisku itu, serta menggunakan eyeliner dimataku, dan mascara untuk melentikkan bulu mataku. Kemudian,
"Istriku ini juga tidak kalah cantik. Bahkan, menurutku dialah wanita tercantik yang ada didunia ini" puji Ryan yang kemudian kubalas dengan memberikan cubitan kecil diperutnya
"Aww... Kenapa? Memang benar seperti itu kok. Benar tidak Ris??" tanya Ryan pada Aris yang sedari tadi terus menatapku.
Namun, hal itu hanya dijawabnya oleh Aris melalui senyuman. Sepertinya Aris mengetahui bahwa Ryan sengaja mengatakan itu untuk menyadarkannya.
Disisi lain, Shina yang melihat hal itu merasa tidak senang. Hatinya panas mendengar Ryan memuji kecantikan istrinya. Padahal menurutnya, penampilannya jauh lebih glamour dan cantik jika harus dibandingkan dengan istrinya Ryan. Tapi kenapa Ryan tidak memuji atau bahkan menatapnya barang sekali.
"Ayo.. " ajak Aris kemudian
" Tunggu sebentar.. " pinta Ryan yang kemudian membuat mereka semua berhenti sesaat untuk melihatnya
" Sayang.. lipstikmu ini.. " ucap Ryan sambil mendekatkan wajahnya ke arahku
" Kenapa? Belepotan ya.. " tanyaku kemudian
Lalu,
*Cupp (Ryan mengecup bibirku tiba-tiba yang mebuatku malu karena ditatap oleh semuanya disana)
Kemudian sambil tersenyum dia pun berkata,
"Hanya saja sayang untuk dilewatkan sebagai menu pembuka untuk saat ini"