Chereads / Alvira / Chapter 4 - •premier jour

Chapter 4 - •premier jour

premier jour [hari pertama]

...

Hidup ini seperti piano ada yang putih dan juga hitam, sehingga ketika kita memainkannya bersama-sama akan menjadi indah.

-Alvino Leon-

[...]

Hari ini adalah hari dimana Alvino dan Irra tinggal berdua di rumah Irra. Tanpa ada orang tua ataupun wali untuk menjaga kita. Hanya berdua di dalam rumah yang besar ini. Suasana di rumah itu sangat-lah sepi hanya ada suara barang elektronik, suara orang dalam rumah yang berjalan, dan suara-suara dari luar sangking heningnya bisa terdengar.

Jujur Alvino sebenarnya tidak suka dengan ke heningan. Tetapi apa daya dia tidak bisa memulai topik seenaknya dengan Irra, ia paling takut apa lagi saat melihat muka Irra. Mukanya tuh datar kayak triplek di tambah dengan sikapnya yang dingin itu sudah satu paket orang menyeramkan. Melihatnya lewat di hadapannya saja sudah seperti menonton film horor tidak ada suara kaki atau-pun bersuara dari mulutnya sendiri.

Karena hari ini hari libur jadi mereka hanya di rumah tidak ada dari salah satunya yang ingin keluar rumah. Sekarang Alvino sedang duduk dengan satu kaki kiri-nya di angkat ke atas sambil menonton siaran tv yang biasa ia tonton sehari-hari. Rutinitas kalau tidak keluar dengan teman ya beginilah kerjaannya di rumah mengemil santai sambil menonton siaran tv yang ia suka.

Sedangkan Irra, ia hanya di kamar tidak tahu apa yang ia lakukan di kamarnya. Mungkin ia sedang membaca novel karena saat ia keluar kamar ia membaca novelnya sambil berjalan ke dapur hanya untuk mengambil air mineral. Alvino saja saat melihat ke jadian tersebut hanya bisa menghela nafas karena capek dengan sikapnya Irra.

Sebenarnya dari pertama kali mereka berdua bertemu Alvino sudah mencoba berbagai cara. Seperti memberi salam seperti 'selamat pagi Irra!' atau 'bagaimana kabar lo Irra?' Tapi semua itu percuma karena tidak ada sapaan balik dari-nya hanya di jawab 'hm' dan 'baik'

***

Alvino jengah ia sudah tidak tahan selama 3 jam ia hanya menonton film yang bahkan tidak ada manfaatnya untuk masa depan. Karena ia sudah tidak bisa menahan ego-nya yang sangat tinggi. Ia-pun mencoba untuk mengajak Irra jalan-jalan seenggak-nya ke depan komplek dan membeli cemilan di super market.

Tok...tok..tok..

"Raa emmm mau nemenin gue ke super market ga? Sekalian jalan keluar gitu...."

"Ga lo aja sendiri."

"Tapi gue mau bareng lo kan gue harus jagain lo."

"Ya udah ga usah pergi."

"Tapi gue mau jalan-jalan keluar."

"Ya udah pergi."

"Tapi gue mau sama lo."

"Arghhh ya udah iya iya! Gue ikut! Puas?" Ucap Irra sambil membuka pintu kamarnya dan menampakkan muka Alvino yang sedang tersenyum senang.

"Iya gue puas. Ayok!" Ucap Alv sambil menggandeng tangan Irra untuk berjalan keluar.

"Eh-eh-eh ini kenapa di tarik-tarik sih?!"

"Biar cepet jalannya."

"Ih gue bisa kali ya jalan sendiri!"

Sepanjang perjalanan ke super market banyak sekali ibu-ibu yang ngeliatin mereka. Banyak juga yang menyapa mereka berdua dengan sapaan 'eh ada neng Irra cantik bareng pacarnya yaa namanya Alvino bukan? Anaknya Bu Ita?' ada juga 'Irra sama Alvino udah pacaran nih?' dan juga ada yang begini 'tumben Irra pergi keluar bareng Alvino?'

Dari semua pertanyaan itu kita cuman bisa ngangguk-ngangguk. Bingung mau jawab apa. Kita berdua sudah sampai di depan super market. Saat kita berdua mau memasuki super market tersebut banyak orang yang ngeliatin. Berasa jalan di karpet merah sumpah.

Cowoknya ganteng tuh mukanya manis-manis gimana gitu

Iya ya! Tapi sayang tuhhhh udah ada ceweknyaa

Cowoknya manis gitu mukanya ceweknya mukanya datar gitu

Ceweknya jutek tuh

Dipelet apa coba cowok seganteng dia mau sama cewek jutek kayak gitu

Semua omongan tersebut membuat telinga Alvino panas. Sangking panasnya ia langsung merangkul Irra dan menggesernya untuk lebih dekat dengannya. Tapi yang ia dapat malah tatapan tajam dari Irra.

"Napa lo rangkul-rangkul?! Pergi sana!"

"Sttt udah deh mending lakuin apa kata gue dari pada harus ngedengerin cabe ngomongin kita panas tau ga telinga gue!"

"Oh jadi maunya gitu."

Irra-pun langsung menangkup ke dua pipi Alvino. Alvino bahkan kaget ia langsung melotot.

"Kamu lucu banget sih sayangg!!"

"Hahaha iya kamu juga lucuu...."

Hih pergi yuk

Ogah lah ngeliatin yang pacaran

Potek hatiku bang

Sumpah gue masih jomblo di kasih asupan siang begini mending pergi

Semua orang sudah pergi. Bahkan jalanan kembali tidak terlalu ramai.

Plak

Plak

Plak

"Au! Sakit sayanggg...."

"Sayang-sayang palalu peyang!"

"Hehehe ya udah yuk kita masuk."

"Hm."

Mereka langsung memasuki super market tersebut. Irra mengambil cemilan dan Alvino mengambil minuman. Mereka langsung ke kasir untuk membayar.

"Lo punya uang ga?"

"Bawa lah kan gue yang ngajak pasti bawaaa jadi ini semua gue yang bayar oce."

"Hm. Nih!"

Alvino mengantri di kasir sedangkan Irra ia menunggu di sebelah Alvino. Alvino-pun kebagian untuk membayar makanan dan minuman.

"Makasih mba cantik..." Ucap Alvino sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya ke mba kasir.

"Bisa aja si mas nanti pacarnya marah lagi gimana?"

"Oh iya sayang jangan marah yaa." Ucap Alvino sambil mengacak-acakan rambut Irra dan tersenyum manis.

Irra yang melihat Alvino melakukan itu kepadanya ia langsung memukul tangan Alvino. Sang empu sudah mengaduh ke sakitan akibat pukulan cewek satu ini yang sangat keras.

Sepanjang perjalanan ke rumah mereka hanya diem. Tidaka ada satu-pun diantara mereka berdua untuk memulai topik obrolan.

"Alv lo kenapa belum punya pacar?"

"Nggak ah nanti aja belum nemu yang pas. Biar pasangannya tuh sempurna gituu."

"Pasangan sempurna itu nggak ada. Fokus menemukan seseorang yang memiliki kualitas atau kriteria yang lo sukai dan memiliki pandang yang sama untuk membangun hubungan yang sempurna."

"Weisss bijak! Bisa ae lo!"

"Hm."

"Yah balik lagi dinginnya."

"Hm."

"Silahkan tuan putri masuk."

"Ya."

***

Seperti hari-hari biasanya mereka akan pergi ke sekolah sendiri-sendiri. Sebenarnya Alvino sudah menawarkan Irra untuk pergi dan pulang bersama. Tapi naas hasilnya di tolak mentah oleh Irra.

Tetapi beberapa hari yang lalu menurut Alvino ada yang janggal dengan Irra. Jam set 12 malam pasti Irra terbangun dan keluar kamar untuk mengambil minum. Sebenarnya itu belum terlalu mencurigakan yang sangat mencurigakan itu di saat terdengar seperti isakan kecil menangis.

Hari ini yang bisa di bilang hari kamis. Malamnya yaitu malam jumat Alvino masih terjaga untuk jaga-jaga terjadi sesuatu dengan Irra. Terdengar suara isakan nangis yang cukup besar tidak seperti biasanya. Alvino kaget ia-pun langsung naik ke atas lalu membuka pintu kamar Irra untungnya tidak di kunci.

Alvino melihat Irra yang sedang menangis. Ia langsung memeluk Irra dengan lembut. Irra berusaha meronta tetapi percuma kekuatan Alvino lebih besar dari pada dia. Alvino mengelus-elus punggung Irra. Nafas Irra sudah teratur, ternyata ia tertidur kembali. Alvino-pun langsung menidurkan Irra, di saat ia akan menyelimuti Irra ia melihat terdapat tetesan darah di tangannya ia langsung mencari di bagian mana Irra terluka. Ia melihat tangan Irra, di tangannya terdapat besetan benda tajem.

Alvino langsung mengambil kotak P3K yang berada di lemari bawah. Saat ia balik, ia segera menghapus darah kering dengan air dingin lalu di keringkan dengan sangat lembut. Ia-pun memberikan obat merah dengan pelan sampai Irra tidak menyadarinya sama sekali stelah itu ia balut tangan Irra dengan perban. Alvino merapikan kotak P3K-nya lalu mencium tangan Irra yang sudah ter-perban. Ia-pun berkata 'cepat sembuh ya' dengan suara yang sangat halus, ia langsung menutupi badan Irra dengan selimut lalu mengecup kening Irra.

***

Alvino sudah siap di meja makan untuk sarapan dan senangnya lagi hari ini hari Jumat. Ia bisa bebas kemana aja tetapi ia ingat ada Irra yang harus ia jaga. Apa lagi sekarang keadaan Irra yang parah karena kemarin sehabis nangis dan di tangannya ada luka jadi ia takut jika terjadi kejadian seperti itu lagi.

Terlihat dari tangga terdapat seseorang yang berjalan ke arah meja makan. Irra melihat banyak sekali makanan yang tersedia di meja makan. Ia juga melihat Alvino yang sedang menyiap-kan makanan tersebut. Irra kaget karena ia baru mengetahui bahwa Alvino bisa memasak.

"Ini semua lo yang masak?"

"Kuntil anak yang masak."

"Ohh enak ga?"

"Ih! Iya gue yang masak. Enak kok coba aja."

"Ok."

"Tangannya udah sembuh?"

"Oh iya ini lo yang perbanin?"

"Iya."

"Makasih ya. Udah agak mendingan kok."

"Ok."

"Emm tolong jaga rahasia ini ya jangan bilangin ke mama papa atau kesiapapun boleh kan, Alv?"

"Dengan senang hati", jawab Alvino sambil tersenyum manis. Ia langsung menyediakan makanan untuk Irra dan juga ia sendiri.

"Eh makasih. Selamat makann."

"Iya selamat makan."

Suasana meja makan sekarang hening hanya ada suara sendok yang bergesekan dengan piring. Semuanya sibuk dengan kegiatan makannya sendiri-sendiri.

"Mau pergi bareng?"

"Nggak."

"Oh ok."

***

^di sekolah

Suasana di sekolah masih sepi. Karena ini masih jam 05.18 tetapi walaupun masih pagi ada beberapa murid yang sudah berada di sekolah. Salah satunya Irra. Ia termasuk anak yang rajin. Kalau di tanya 'kenapa datengnya pagi banget?' Pasti jawabannya 'ke pagian datengnya.'

Biasanya rutinitas dia saat di sekolah sedang sendirian itu paling enak dengerin musik sambil baca novel. Sekarang Irra sedang mengeluarkan novel dan earphonenya. Ia-pun langsung menusukkan ujung earphone ke bolongan di hp yang untuk earphone. Langsung ia menyetel lagu di aplikasi spotif*-nya.-maaf author nggak di bayar untuk promosi:/.

Ia langsung membaca bukunya sambil mendengarkan alunan musik tersebut. Belum sampai lima menit ia melakukan aktivitas tersebut ada saja yang mengganggunya.

"DARR!"

"Berisik."

"Kok ga kaget sih?"

"Tumben dateng jam segini, Alv", ya yang berusaha mengganggu aktivitasnya adalah Alvino. Cowok yang tinggal di rumah gue.

"Mau ketemu sama lo."

"Hah?"

"Gue mau ngomong sama lo kalo mau di sekolah, di rumah, atau di luar kita nggak boleh kayak orang asing."

"Ga mau."

"Harus!"

"Kalo ga mau?"

"Kalo ga mau.... lo bakal gue paksa jadi pacar gue!"

"Ih itu lebih o-gah!"

"Ya udah ikutin apa kata gue mau di manapun kita bakalan temenan dan saling sapa."

"Ga-ma-u!"

"Ya udah jadi pacar gue."

"Ga-ma-u!"

"Deal! lo bakal jadi pacar gue dari hari ini!"

"ISH GUA BILANG GA MAU!"

"HARUS!"

"GA!"

"HARUS!"

"DIEM KALIAN MAKHLUK SAYTON!"

"Eh astagfirullah El lo ngapain di sini?"

"Salto menurut lo Alv?"

"Berak!"

"Yawllahhh kalian ini kenapa pagi-pagi sudah ribut-ribut begini??"

"Irranya tuhh dia nggak mau ngakuin kalo kita berdua itu udah temenan."

"Nggak!"

"Sudah-sudah! Irra, Alvino cuman mau kamu ngakuin kalo jadi temennya bukan mau ngakuin jadi pacarnya jadi tenang aja."

"Tetep enggak!"

"Ya udah Alv lo denger kan? Nggak usah ngotot jadi cowok. Bay."

"EL LO GA NGEBANTU SAMSEK!"

"Memwang abank tau kok say."

"Ih astagfirullah temen gue kenapa jadi alay begetoh!"

"Kayak lo!"

"Apa kata lo Ra?!"

"Lo i-tu le-bay! Nger-ti?!"

"Ngerti say."

"Kenapa lo yang jawab makhluk badak!"

"Dari pada nggak di jawab."

"Dasar sayton-sayton tidak berguna!"

"Lah? Nyalahin temen gue."

"Emang salah?! Bambank!"

"Maaf gue bukan Bambank."

"Ku ingin berkata kasar."

"KASAR!" Ucap El dan Irra bersamaan. Membuat Alvino geram dengan kelakuan mereka berdua.

"Ululululu jangan ngambek babank Alpino...."

"Sana lu setan!"

"Setan-setan gue parada pergi mudik ke kuburannya masing-masing."

"Bisa gitu ya?" Sekarang giliran Irra yang bersuara.

"Iya bisaaa hantunya El gitu lohh jadi mereka kadang suka mudik ke kuburan masing-masing mau reuni sama penduduk kuburan yang di kubur di sana."

"Ohhh...."

"KALIAN KOK MALAH NGOMONGIN HANTU REUNI SIH?!"

"Dari pada ngomongin cowok jadi cewek."

"EL SUMPAH NGGAK LUCU!"

"Memang tidak mood melucu zeyenk...."

"Hih! Zeyenk-zeyenk palalu peyang!"

"Kepala gua masih waras, sorry."

"Setres, capek, lelah, pusing!"

"Minum panadol!"

"Haluuu Irra kalian ngapain bertiga berisik-berisik pagi begini???"

"Berantem Dir."

"Ululululu Irra sekarang di rebutin nih ceritanya sama mereka berdua?"

"Ih! Nggak juga kita tuh ya Dir lagi ngomongin hantu reunian kata El hantu-hantunya dia lagi reunian di kuburan masing-masing."

"WUAHHHHHH BAGI-BAGI UANG TUHHH SAMA MAKAN BANYAK! TU SETAN MENANG BANYAK LAH!"

"Gue mau tau da mereka di sana reunian berisik kagak ya? Kalo ga kayaknya gue mending milih di sana deh."

"NAH IYA RA SAMA GUE JUGA KAYAKNYA DARI PADA DI SINI SAMA MEREKA BERDUA."

"APA?! Dira! Lo lebih milih tinggal sama hantu dari pada gue?!"

"Emang ga bole."

"Ga! Inget lo masih jadi ba-bu gu-e! Nger-tiiiii?!"

"Maaf masnya ngomong apa ya barusan?"

"Ngomong gue kebelet ingin boker!"

"Sana boker dulu dari pada ke luar di sini kan nggak lucu."

"Lucuin aja zeyenk."

***

[...]

Haii sumpah part ini aneh banget.

Tapi ini part terpanjang yang author buat karena terdapat 2002 kata (belum di satuin sm kata-kata ini ok cmn ceritanya doang)wkwkwk.

Kata kalian seru ga nih??

Ceritanya yg part ini??

Kurang ya?

Maafin typo2 yg bertebaran ini ok!

Babay.