Malam itu begitu dingin dengan salju putih yang terus berjatuhan. Walaupun begitu, kota Yokohama tetap ramai dengan wisatawan dan juga warga lokal yang tengah menikmati libur musim dingin mereka. Mereka tertawa ria di antara ratusan, ribuan, bahkan jutaan salju. Tetapi, di tengah kebahagiaan itu, mereka tidak pernah tahu jika salah satu dari mereka akan segera terbunuh.
"Aku sudah menemukan target. Sekarang ini, dia bersama seorang gadis. Boleh kulakukan?" tanya seorang pemuda berambut hitam yang tengah berada di atap sebuah gedung perkantoran lewat sebuah transmitter.
"Lakukan sesukamu,"
Setelah mendapatkan persetujuan dari lawan bicaranya, pemuda berambut hitam itu segera mengarahkan rifle miliknya kepada targetnya. Rifle yang ia gunakan adalah AS50. Rifle yang ringan dan memiliki tingkat keakuratan tinggi itu adalah partner yang akan menyelesaikan tugasnya malam ini.
Pemuda itu menatap tajam ke ujung scope dengan sepasang iris birunya. Sepasang iris itu mengincar dada kiri target. Jari telunjuknya yang sudah bersiap di hadapan pelatuk bergerak maju mundur untuk meregangkan otot-ototnya. Ia menarik nafas beberapa kali untuk menenangkan hatinya. Setelah dirasa siap, akhirnya pemuda itu menarik pelatuknya. Sebuah peluru pun meluncur dari moncong rifle-nya bersama dengan suara letupan yang keras. Beberapa detik kemudian, puluru tadi sukses melubangi dada kiri sang target.
Pemuda berambut hitam tadi masih melihat ke ujung scope. Dari sana ia dapat melihat darah merah mengalir dengan deras dari dada pria yang menjadi targetnya. Sedangkan, gadis yang sedari tadi bersama dengan pria itu, dan juga para pengunjung yang lain berteriak histeris.
"Aku tidak suka pemandangan itu," ucapnya dalam hati.
Pemuda itu kembali meraih transmitter miliknya, "Pekerjaanku selesai,"
"Oh, benarkah? Itu berita baik. Kerja bagus Ҝ! Aku akan segera mengirimkan bayaranmu. Sudah kuduga, assassin yang terkenal sebagai salah satu dari tujuh iblis neraka tidak akan mengecewakanku!"
"Aku tidak memerlukan ocehan tidak bergunamu. Segera kirim uangnya," tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, pemuda yang dipanggil Ҝ itu langsung memutuskan sambungan transmitter-nya. Lalu, ia meraih tas golf yang berada di sampingnya dan memasukkan rifle tadi kedalamnya, dan segera angkat kaki dari tempat yang menjadi saksi bisu dari pembunuhan yang telah ia lakukan.