"Ah panas bangetsih jakarta." Kata ku yang tidak kuat merasakan teriknya matahari saat terkena kulit.
Hari ini adalah hari pertamaku hidup di Jakarta yang sebelumnya tinggal di Bukittinggi. Aku adalah seorang mahasiswi baru di Universitas Karya Bangsa. Perkanalkan namaku Vira, mahasiswa yang baru diterima di Jurusan Biologi. Saat ini aku akan berangkat ke Bogor untuk mengikuti acara makrab jurusan bersama dengan teman seangkatanku. Katanyasih kita disana bakal melakukan hal-hal yang menyenangkan, mungkin games atau semacamnya sama ada waktu kita untuk melihat-lihat alam. Yaa, tujuan kita adalah gunung Salak dan disana juga kita akan berkemah, bukan menginap di penginapan.
"Vir, kamu bawa lotion anti nyamuk nggak?" tanya Sasa teman sekelas ku saat masa orientasi kemarin.
"Bawa kok, kamu nggak bawa ya? Nanti pake bareng aja punyaku." Jawabku.
"Eh, makasih loh Vir. Iyaa nih aku lupa bawa abisnya buru-buru tadi kesininya takut telat dateng, ntar kena omel lagi sama Kating." Kata Sasa padaku.
"Iyaa gamasalh ko Sa, kamukan juga suka bantuin aku waktu ospek kemarin hehe" Kataku.
"Oiya Vir aku lupa, kita itu nanti bakal satu tenda kan ya?" Tanya Sasa sambil melihat daftar kelompok dari Hpnya.
Waktu aku dan Sasa ngobrol, tiba-tiba aku mendengar suara keras dari pengeras suara.
"Bagi mahasiswa yang berada di kelompok 6 dan 7 silahkan masuk kedalam bus nomor 2 ya!" teriak seorang kating berwajah baby face yang menggunakan pengeras suara.
"Eh liat deh Vir ka Guna cute banget mukanya, aku gemes deh liatnya." Kata Sasa.
Iya, orang yang mengenakan pengeras suara itu adalah ka Guna. Waktu ospek kemarin, dia adalah kaka pendamping untuk kelompokku.
"Iyaa ya Sa, ka Guna tuh mukanya baby face banget. Aku aja nggak nyangka kalo dia itu 2 tahun diatas kita haha." Kataku sambil tertawa kecil pada Sasa.
"Coba aja dia deketin aku. Pasti kalo dia nembak, aku nggak usah mikir 2 kali langsung aku terima tuh. Udah mukanya imut, pinter, jarang marah-marah terus anak BEM juga lagi." Kata Sasa.
"Udahlah Sa nggak usah banyak ngarep. Ka Guna kan fansnya banyak, kamu kira Cuma Maba aja yang jadi fansnya?anak anak senior juga banyak loh yang ngefans sama dia." Jawabku. "Eh iyaa! Kelompok 7 itu kelompok kita kan. Ayo buruan ke bis eh nanti malah dapet tempat duduk di paling belakang." Sambungku pada Sasa yang masih berkhayal meliah Ka Guna.
"Astaga iyaa aku sampe lupa haha." Jawab Sasa. "Yaudah ayo kita langsung ke bis aja Vir."
Aku dan Sasa langsung lari kearah bis nomor 2, ternyata anak – anak kelompok 7 sudah banyak yang berkumpul disana menunggu giliran untuk masuk kedalam bis. Ketika aku sampai disana dan melihat keadaan bis, ternyata sudah ada yang berada di dalam mungkin anak dari kelompok 6 karena aku tidak terlalu familiar dengan wajah mereka. Semoga saja aku masih mendapatkan kursi di tengah. Aku malas sekali kalo harus duduk di paling belakang membuat kepala pusing dan kalo bisnya berguncang, bagian belakang yang paling terasa guncangannya.
"Minggir, aku nggak bisa masuk kedalam nih kalo kamu didepan pintu gitu" Kata suara yang terdengar dari belakangku "kamu nggak denger ya? Atau emang ngacangin aku?"
Aku menoleh kebelakang untuk melihat suara siapa itu. Saat aku menoleh, ternyata suara itu berasal dari mulut Garry. Aku mengenal Garry karena banyak desas desus yang aku dengar tentang dia. Dia digosipkan pernah masuk ke rumah rehabilitasi karena mengonsumsi narkoba saat masih dibangku SMA. Selain itu, ada juga yang mengatakan kalau Garry pernah melakukan penipuan online dan mengambil keuntungan sampai ratusan juta dari penipuannya itu dan gosip yang paling baru adalah saat dia masuk ke perguruan tinggi, dia melakukan hacking pada situs univertas untuk mendapatkan data mahasiswa yang terdaftar disini yang mungkin akan digunakan untuk tujuan buruk lainnya. Aku tidak tau apakah semua gosip yang beredar itu benar atau tidak, tapi setelah melihat orangnya secara langsung seperti ini, aku tau kalau orang ini berbahaya.
Tubuh Garry yang kurus ramping seperti seorang wanita lalu memiliki rambut panjang hingga pundak, wajahnya begitu pucat dan memiliki tatapan mata yang dingin seperti memperlihatkan seorang yang pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang itu. Di telinga kanan terdapat anting yang memiliki bentuk seperti ular. Hal ini membuatku berpikir bahwa dia adalah orang yang harus dihindari.
"Oh iya, maaf aku tadi nggak tau kalo kamu tadi bicara denganku." Kataku pada Garry.
"Oh gitu, jadi suaraku tadi mungkin kurang keras ya?sampe kamu nggak nyadar kalo aku ngomong sama kamu?" Balasnya
"Heh! Kamu kalo ngomong yang sopan dikit dong kalo sama perempuan." Sasa langsung menyela pembicaraan ku dengan Garry dan menatap Garry dengan wajah kesal.
"Kamu ini kenapa ikutan ngomong juga? Akukan lagi ngomong sama dia, bukan sama kamu." Kata Garry sambil menunjuk kearahku. "Kalo kamu nggak diajak ngomong nggak usah ikutan ngomong."
"Kamu nggak sopan, aku nggak bisa diem aja kalo temenku digituin sama kamu." Balas Sasa.
"Udah sa, gapapa. Emang aku yang salahkan berdiri di depan pintu jadinya dia nggak bisa masuk."
"Loh, nggak bisa gitu dong vir. Dia ini udah keterlaluan."
Tiba-tiba Garry langsung berjalan masuk kedalam bis saat aku sedang menenagkan Sasa. Dia seperti tidak mau meladeni pembicaraan kami lagi.
"Eh mau kemana kamu? Main masuk aja. Minta maaf dulu!" Kata Sasa.
Garry tidak mau menggubris perkataan Sasa dan tetap berjalan melewati kami berdua.
"Woyy!!" teriak Sasa dengan nada yang tinggi.
Garry yang kesal mendengar suara Sasa itu langsung menoleh kearah kami lagi. Dia melontarkan senyuman manis sambil berkata.
"Iya, maafin aku sudah kasar ya hehe." Dia menatap kearah kami berdua.
Senyuman yang aku lihat saat itu dari wajah Garry seperti bukan senyuman yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia. Saat dia tersenyum, wajahnya terlihat sangat berbinar-binar. Aku tidak menyangka kalau dia bisa memiliki senyuman seindah itu. Sasa yang tadinya kesal, setelah melihat senyuman Garry tiba-tiba menjadi luluh dan tidak memperpanjang masalah.
"Nah, gitu dong kalo jadi cowo. Kalo bikin salah sama cewe minta maaf" Kata Sasa sambil tersenyum.
Mendengar ucapan Sasa, Garry tersenyum kembali. Namun kali ini senyumannya berbeda dengan yang sebelumnya. Aku tidak tau apakah Sasa melihatnya tapi aku dapat melihatnya. Senyumannya saat itu terlihat seperti senyuman yang sangat dipaksakan. Senyuman itu seperti memiliki arti yang lain.
"Sa, ayo kita masuk juga kedalam bis. Nanti keburu nggak kedapetan tempat duduk." Kataku.
"Ayodeh.."
Aku dan Sasa ikut masuk kedalam bis. Kami mendapatkan kursi dibgian tengah. Sasa duduk dikursi sebelah kaca, sedangkan aku duduk di kursi bagian koridor. Aku menoleh kebelakang dan melihat Garry duduk di kursi paling belakang. Walaupun kursi paling belakang memiliki kursi dengan jumlah 6, namun tidak ada seorangpun yang duduk disana. Garry hanya duduk disana sendirian sambil memasang headset di telinganya.
10 menit kemudian, bis kamipun berangkat menuju Gunung Salak. Aku mengeluarkan cemilan yang aku siapkan untuk dinikmati saat perjalanan.
"Eh vir, menurut kamu Garry itu orangnya gimana? Aku nggak nyangka kalo Garry itu ganteng juga kalo senyum." Kata Sasa padaku.
"Ah, iya juga ya. Aku juga nggak tau kalo dia punya wajah yang seperti itu saat tersenyum."
Benar ternyata dugaanku. Sasa sepertinya tidak melihat senyuman kedua yang ia perlihatkan pada kami tadi. Kalau Sasa melihatnya mungkin dia tidak akan berpikir kalau Garry memiliki senyuman yang seperti ini.
"Kayaknya Garry suka sama aku deh. Jarang-jarangkan dia mau senyum sama orang lain." Celetuk Sasa.
Aku yang mendengar ucapannya itu tidak bisa berkata apa-apa. Cewe ini kayaknya gampang banget tertarik sama lawan jenisnya atau memang dia memiliki sifat yang kepedean.
"Ehm.. iya mungkin sa." Balasku.
Selama perjalanan aku terus mengobrol dengan Sasa sampai akhirnya dia mengantuk dan tertidur. Saat Sasa tertidur, aku memasang headset untuk mendengarkan lagu dari handphone milikku. Habisnya bosen jugakan kalau dalam perjalanan tidak ada teman mengobrol. Aku mendengarkan lagu HiVi!-Siapkah kau untuk jatuh cinta lagi.
Saat mendengarkan lagu, tanganku tidak sengaja menjatuhkan cemilan yang sedang aku makan. Saat aku mengambil cemilan itu dari lantai. Aku mencoba menoleh kebelakang untuk melihat Garry. Saat aku menoleh kearahnya, aku seperti tidak bisa mengalihkan pandangan. Garry tampak tertidur pulas di kursi paling belakang. Dia tidur terlentang disana karena tidak ada mahasiswa lain yang duduk disana. Melihat wajah Garry yang sendang tertidur disana, aku seperti melihat wajah seekor anak anjing yang lucu sekali. Aku berpikir, kemana perginya wajah dinginnya tadi. Wajahnya saat memejamkan mata begitu berbeda dari saat matanya terbuka. Aku seperti terpesona melihat wajah tidurnya. Rasanya aku ingin duduk disampingnya sambil mengusapkan tanganku di kepalanya.
Tidak lama saat aku menatapnya, Garry membuka matanya dan menatap kearahku. Aku yang terkejut, langsung cepat-cepat mengambil bungkus cemilan yang terjatuh tadi dan kembali ke posisi duduk.
"Dia nggak nyadarkan kalo aku liatin daritadi." Kataku dalam hati. "Semoga saja dia nggak liat deh, bisa masalah lagi nanti kalo dia nyadar aku ngeliatin dia tidur."
Aku terus mengunyah cemilan sambil mendengarkan lagu dan tanpa tersadar akupun sudah mulai mengantuk. Akhirnya ku pejamkan mata dan tidur.
"Vir, bangun vir kita udah sampe nih." Kata suara disampingku. "Vir bangun ehhh!!" Lanjut suara itu.
"Iya sebentar lagi bangun ok." Kataku yang masih memejamkan mata.
"Eh, bangun udah sampe nih kita. Kamu mau ditinggal di dalem bis aja?"
Mendengar kata itu aku tersadar dari tidurku. Ternyata suara yang aku dengar itu adalah suara Sasa.