Berapa kali dalam mimpiku aku mendengar dia memanggil namaku seperti ini?
Sama seperti ketika kami masih muda, saya akan berlari sementara dia mengejar dengan marah, meneriakkan nama saya.
Atau sepulang sekolah, dia akan berkeliaran di gerbang, menyambut saya dengan tangan terbuka dan memanggil nama saya dengan lembut.
Atau ketika saya gagal ujian di sekolah menengah dan membawa pulang kertas saya, menggenggam tangan saya dan memohon padanya untuk memalsukan tanda tangan orang tua saya. Dia akan memanggil namaku dengan kecewa.
Atau malam-malam yang tak terhitung jumlahnya ketika dia menyelinap ke kamarku dan membelai wajahku ketika aku sedang tidur. Aku akan membuka mataku sedikit untuk mendengarnya membisikkan namaku.
Xiachun…
Xiachun…
Suara itu seperti badai, badai yang mengamuk di pikiranku.