Wakil direktur juga sejenak bingung. Dengan banyak kesabaran, dia berulang kali menanyai bocah itu apakah dia mengingat nomor itu dengan benar.
"Aku..." Bocah itu menggaruk kepalanya dan, untuk sesaat, mulai meragukan dirinya sendiri juga.
Dia hafal nomor ibunya dan bahkan bisa melafalkannya secara terbalik. Namun, dia jarang meneleponnya. Anak laki-laki itu biasanya di rumah menonton TV, dan tidak ada kebutuhan mendesak baginya untuk mencarinya. Ibunya telah memintanya untuk mengingat nomor itu demi keadaan darurat, tetapi seiring berjalannya waktu, ingatannya tentang nomor itu agak memudar, jadi dia mengalami kesulitan saat mengucapkan nomor itu. Dia terkejut mengetahui bahwa itu adalah panggilan yang sia-sia.
Wakil direktur mencoba menemukan beberapa petunjuk dari catatan rumah tangga, tetapi pencarian itu ternyata juga sia-sia.