Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Last Big Star

🇮🇩Artakun
--
chs / week
--
NOT RATINGS
14k
Views
Synopsis
Sebuah cerita tentang seorang pemuda bernama Feyard Godfrey yang hidup di sebuah dunia penuh sihir. Feyard yang merupakan salah satu dari 'The Seven Star' sudah muak dengan tingkah rekan-rekannya. Dia pun memutuskan untuk pergi dan meninggalkan mereka sendiri untuk melawan Sang Raja Iblis. Setelah memberikan kunci untuk membunuh Raja Iblis itu, Feyard pergi dan tak pernah kembali lagi. Dia bersumpah akan meninggalkan daratan utama dan pergi ke daratan seberang. Ini adalah cerita setelah Feyard meninggalkan rekannya dan pergi untuk mencari kehidupan damai di kampung halamannya. Tapi sepertinya dewa memiliki urusan lain untuk Feyard kerjakan. Terkutuklah dia, kesialannya, dan dosanya karena meninggalkan rekan-rekannya. NB: Fotonya bersumber dari Google (search: Dragon Age)
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

"Sudah, sudah cukup." Kataku dengan lantang kepada keenam rekanku.

Mereka semua memandangku dengan aneh. Aku tidak memperdulikan apa yang mereka pikirkan. Masa bodoh dengan semua omong kosong ini. Aku sudah muak.

"Hei Feyard tenanglah." Kata Rudy sambil memegang pundakku. Aku putar pundakku untuk menyingkirkan tangannya.

"Apa maksudmu tenang. Aku sudah muak dengan kalian. Apa kalian pikir aku tidak tau apa yang kalian pikirkan? Tidak tau apa yang kalian bicarakan dibelakangku? Tentang apa yang kalian rencanakan diam-diam? Jika kalian tidak bisa mempercayai ku maupun tidak suka dengan aku, bilang di depan." Amarahku semakin meledak-ledak. Bisa ku lihat mereka semua kaget atas apa yang aku katakan. Ya wajar saja, sejak kapan aku suka marah-marah?

Rina salah seorang wanita di kelompok kami, bangkit dari posisi duduknya dan berusaha mendekatiku "Fey-Feyard tolong tenanglah Feyard. Berpikirlah dengan kepala dingin. Semua ini bisa dibicarakan dengan ba—"

"Persetan dengan itu semua!!" Potongku dengan kasar membuat Rina ketakutan. Hal ini lebih mengagetkan mereka semua. Karena satu hal yang tak pernah aku lakukan adalah membentak Rina. "Terutama kamu Rina." Aku menunjuk wanita yang kucintai ini. "Aku mempercayaimu dan ini yang kau lakukan. Kamu menghinaku dan berbicara buruk di belakangku? Sungguh ironis."

Aku bergerak mengambil tasku yang sebenarnya tidak terlalu berguna ini dari tempatnya di samping persediaan makanan kami. Aku melangkah keluar dari 'Zona Sihir Kedap Suara' kami yang Sandra rapalkan di depan pintu masuk ruangan Tahta Raja Iblis. Suara langkah kaki terdengar mendekati ku, lalu sebuah tangan menggenggam erat lenganku.

"Feyard. Kembalilah ke kelompok. Kita bisa bicarakan ini baik-baik, oke. Kamu tau kan kami tidak bisa membunuh Raja Iblis tanpa bantuanmu." Rina memohon kepadaku. Melihat ekspresi sedihnya Hampir membuat kepercayaanku goyah. Dalam tanda kutip 'Hampir'.

Selama sepersekian detik, aku menangkap arah lirikan matanya ke lengan kananku. Kali ini aku benar-benar merasa ironis sekali. Hampir saja aku lupa bahwa untuk membunuh Raja Iblis memerlukan Rune khusus yang hanya bisa diukir di lengan kananku. Kuhunuskan pedang sihir 'Brisingr' lalu mengalirkannya energi sihir dari lengan kananku, menyelimuti pedang itu dengan api merah.

Rina dengan takut melangkah mundur. Sebuah tawa kecil tak terelakkan keluar dari mulutku. Aku benar-benar bodoh jika pernah mencintai wanita ini. Jika dia sedikit saja percaya padaku, dia tidak mungkin berpikir aku akan menyakitinya. Dengan sigap aku memotong lenganku dari sikunya, api dari pedangku membakar dan menutup lukanya agar tak ada darah yang mengucur keluar. Kugertakan gigiku menahan rasa sakit. Rasa sakit ini belumlah ada apa-apanya dibandingkan sakit yang kurasakan saat Rune tersebut diukir.

Tanpa melihat apakah tangan itu diambil atau tidak, aku meninggalkan Rina. Melangkah pergi dari tempat itu menuju lokasi dimana portal ke daratan pusat berada. Tak terdengar suara Rina berusaha untuk menghentikan ku. Baguslah kalau begitu. Aku jadi dapat meninggalkan tempat ini tanpa rasa bersalah. Ku pegang lengan kananku atau lebih tepatnya sisa lengan kananku. Walaupun ekpresiku tak menunjukkan apapun, tidak dapat dipungkiri bahwa hilangnya lengan ini mengganggu keseimbangan tubuhku. Huh.... Sepertinya aku harus membiasakan hidup dengan satu lengan.