Tak terasa beberapa bulan telah berlalu tinggal menghitung hari hingga libur akhir semester, hari-hari berat Zie yang selalu dibully bisa diatasi dengan adanya Bu Windi yang selalu baik dan mendengarkan curhatannya dan Zie merasa Bu Windi seperti keluarganya sendiri dimana ia tak memiliki seseorang yang pantas disebut keluarga setelah Ayah dan Ibunya meninggal, sering kali Bu Windi mampir ke rumah Zie untuk melihat keadaannya bahkan ketika Zie sakit pun Bu Windi merawatnya hingga sembuh tanpa pamrih dan Zie pun merasakan sebuah kasih sayang yang belum pernah ia rasakan selama 6 tahun setelah kematian Ayah dan Ibunya.
Libur semester tiba Zie mengajak Bu Windi jalan-jalan keluar ke tempat yang tidak jauh dari rumah nya hanya beberapa jam perjalanan, Bu Windi setuju untuk ikut ke makam orang tua Zie. Hari ini Zie dan Bu Windi pergi keluar untuk bersenang-senang melepas semua beban di pundak mereka, setelah 2 jam perjalanan akhir nya mereka sampai di sebuah air terjun yang sangat indah namun sepi sangat cocok untuk bersantai
"Kenapa gak dari kemarin kamu membawaku kesini Zie"
"Baru ingat Bu hehehehe"
"Bagus sekali Zie ini pertama kali ibu melihat tempat seperti ini"
"Zie gitu loh gak ada duanya... hahahaha"
"Kamu ini yah bisa aja"
"Hehehehe"
"Ngomong-ngomong tau tempat ini dari mana?"
Deg...deg.. Raut wajah Zie tiba tiba berubah
"Dulu aku sering kesini dengan orang tua ku"
"Ooohhh"
sambil menyiram air ke badan Zie yang terlihat sedang sedih, Zie yang terkejut membalasnya kembali, mereka bersenang-senang sampai tak terasa sudah sore
"Zie ayo pulang!"
"Berangkat boss"
mereka pulang setelah kelelahan bermain ketika di perjalanan pulang Zie meminta Bu Windi berhenti sebentar untuk mengunjungi suatu tempat, Bu Windi pun berhenti
"Bu tunggu disini saja"
"Tapi jangan lama lama ya"
"Iya boss"
Sampai di depan batu nisan orang tuanya Zie bercerita semua yang ia alami setelah orang tuanya meninggal
"Ayah Ibu semenjak kalian meninggal aku selalu sendiri tak ada teman ataupun keluarga yang menjenguk ku"
"Di sekolah aku tidak punya teman satupun, aku selalu sendirian dan selalu di lecehkan oleh teman sekelasnya"
"Tapi Ayah Ibu sekarang aku punya seseorang yang menjadi tempat menceritakan semua yang aku rasakan"
"Ia selalu memperhatikan kondisiku bahkan pola makanku"
"Bu Windi wali kelasku yang sangat peduli padaku"
"Ia sudah seperti seorang kakak untuk ku"
air keluar dari matanya setelah menceritakan semuanya setelah mengusap air mata Zie pun bergegas untuk pulang ke rumah bersama Bu Windi. Zie yang kelelahan tertidur di mobil dan Bu Windi tak tega membangunkannya membawa Zie ke apartemennya
Ketika bangun Zie heran karena ini bukan di kamarnya Zie pun keluar melihat sekeliling "Sreng...Sreng" suara seseorang sedang memasak ketika ia menuju dapur
"Bu Windia?"
"Oh Zie kau sudah bangun"
"Ini dimana Bu"
"Apartemen"
"Masa?"
"Liat aja ke jendela!"
tap...tap..tap melangkah menuju jendela
"Anjay tinggi banget... ini apartemen Bu Windi?"
"Iyah dong hahahaha...."
"Makan nih" memberikan sepiring nasi goreng
"Makasih Bu"
"Gimana rasanya"
"It's so delicious"
"Siapa dulu yang bikin nya?"
"Iyah iyah ibu yang paling jago"
"hahaha"
"Kalo udah selesai makannya sana mandi baru ibu anter pulang"
"Siap 86"