Chereads / Heart, Soul & Destiny / Chapter 3 - Tasku Mana?

Chapter 3 - Tasku Mana?

"Eh?"

Aku tercekat mendengar hukuman yang akan kuterima itu, karena bukan hukuman ringan namanya kalau harus merenung di kelas yang sudah tidak ada orangnya. Bisa saja sih aku menunggu Buk Susi pergi dan aku pulang tanpa merenung terlebih dahulu di kelas. Tetapi tentu saja aku tidak akan melakukan hal yang buruk seperti itu.

"Kenapa kamu malah melamun di sini? Ayo cepat kerjakan yang ibu perintahkan! Ibu pergi dulu."  Buk Susi pun pergi dari ruang guru. Kelihatannya buk Susi memang sangat terburu-buru.

Akupun juga meninggalkan ruang guru dan berjalan ke kelasku dengan langkah gontai sambil menatap ujung sepatuku untuk melaksanakan perintah Buk Susi.

Bruuk!

"Aw!"

Aduh! lagi-lagi bokongku menghantam lantai keras sialan itu, rasa sakit tadi pagi yang baru saja pergi terpaksa harus kembali deh aduh duh, sial! Sepertinya aku menabrak seseorang dan terpental ke lantai. Ah aku harus cepat berdiri dan segera ke kelas.

"Kau tidak apa-apa kan?"

Ku mendongakkan kepalaku dan terlihat laki-laki yang memiliki senyum mempesona itu mengulurkan tangannya kepadaku.

"Se- Senior? Ga- gapapa! Aku- Aku baik-baik saja"

Aku segera meraih tangan laki-laki yang merupakan senior ku itu dan segera berdiri. Aduuh apakah suaraku terdenger aneh? Malu sekali ih. Saking gugupnya aku bertemu Kak Nando, Kakak Senior yang sangat kukagumi dan merupakan ketua OSIS di SMA ini. Apakah sekarang aku terlihat aneh? parah sekali aku ini sampai-sampai suaraku sulit untuk keluar, dan yang lebih parahnya lagi tadi aku menabraknya? Minta maaf! Ya aku harus segera minta maaf karena sudah menabraknya dan berterima kasih padanya karna sudah membantuku berdiri.

"Te- Terima kasih kakak senior, Maafkan aku karna sudah menabrakmu"

"Tidak usah minta maaf, aku juga salah karena berjalan dengan terburu-buru untuk mengecek apakah ada murid yang masih berada di sekolah sehingga aku tidak melihatmu yang sedang berjalan. Hari sudah mau gelap, sebaiknya kamu segera pulang! Sebentar lagi sekolah ini sepi." ucap kak Nando mengingatkanku, karena itu memang tugas ketua osis di sekolah ini untuk mengingatkan siswa agar segera pulang sebelum malam. Memang aneh sih karena biasanya itu tugas seorang satpam kan ya? Tapi begitulah di sekolah ini memang agak unik.

"Baiklah kak. Aku akan pulang setelah menjalankan hukuman dari Buk Susi untuk merenung selama lima belas menit di kelas."Aku mengatakan alasanku belum pulang kepadanya walaupun itu sangat memalukan.

"Ooh begitu, setelah itu kau harus langsung pulang ya! Jangan main-main dulu. Aku akan pulang lima menit lagi setelah mengecek seluruh siswa. Kau harus hati-hati ya, apalagi kau seorang perempuan, Yena." Kak Nando menasehatiku sambil melemparkan killer smile nya itu kepadaku, aaah kalau aku ice cream pasti sekarang aku sudah meleleh karena senyumnya yang menyilaukan itu.

Sebentar! "Kakak tau namaku?" Aku tidak salah dengarkan? Mendengar kak Nando menyebut namaku membuat pipiku merona.

"Tentu saja! Kau kan salah satu murid yang berprestasi di sekolah kita ini Yena, sudah pasti aku tau namamu, seluruh sekolah ini juga tau siapa kamu. Hati-hati pulang nya ya, ingat pesan Kakak tadi ya Yena!" Ucap Kak Nando itu sambil berlalu pergi. Dia terlalu berlebihan memujiku membuatku hampir melayang ckck.

"Huuh, ketua OSIS yang selalu pulang terakhir saja, sudah mau pulang. Otomatis aku satu-satunya murid yang masih di sini. Tapi tak apa, hantu itu tidak ada. Hukuman harus tetap kulaksanakan. Ayo Yena! Semangat!" Dengan sedikit berbisik aku menghibur diriku yang malang ini. Ah aku harus cepat-cepat ke kelas.

Begitu sampai di kelas aku pun duduk di bangku ku untuk merenungi diriku yang malang ini.

Hm merenung ya?

Apa yang harus kurenungkan?

Kesalahanku?

Keterlambatan?

Memangnya tadi aku terlambat kenapa ya?

Pertama!

Bangun kesiangan... Kenapa aku bangun kesiangan? Padahal semalam aku tidur pada jam tidurku yang biasanya.

Kedua!

Jatuh di kamar mandi... Setelah pulang sekolah nanti aku harus menggosok lantai kamar mandiku dan membersihkannya dengan sempurna sampai kinclong.

Ketiga!

Rantai sepeda putus... Salah ku sih mengayuh sepedaku dengan kecepatan tinggi, dan kayaknya juga sudah waktunya sepedanya diservis.

Keempat!

Mengobrol dengan peramal aneh... Tapi aku tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mistis seperti itu jadi akan ku lupakan saja. Tetapi dia juga sudah berbaik hati untuk menemaniku ke sekolah dan aku belum mengucapkan terima kasih. Kalau bertemu dengannya lagi aku akan mengucapkan rasa terima kasih ku, tapi tapi aku tidak ingin berurusan dengan orang aneh lagi sebaiknya aku ucapkan terima kasih sekarang "Terima kasih Nana!" ugh semoga ucapan terima kasihku ini sampai kepadamu kalau memang kau peramal hebat haha.

Kelima!

Mengantarkan sepeda kebengkel... Ah iya mudah-mudahan saja sepedaku sudah selesai diperbaiki dan besok pagi aku akan berangkat pagi-pagi sekali untuk mengambil si Biru di bengkel.

Tinggal tujuh menit lagi, mengapa waktu terasa berjalan dengan lambat ya? Padahal aku merasa kalau sudah lama sekali rasanya aku merenungi kesalahanku ini.

"Hoam"

Ngantuk sekali. Rasa ngantuk yang amat dahsyat datang menghampiriku dan membuatku menguap berkali-kali.

***

"Hoaaaaam, jam berapa sekarang?" Aku pun melihat jam tanganku sambil meregangkan otot-otot tubuhku yang terasa kaku "Hmmm jam delapan kurang lima belas menit."

"Huwaaah!"

"Gawaaat!"

"Aku ketiduran!"

Aku pun segera berlari sekencang-kencangnya meninggalkan kelasku yang sudah kosong, bukan karena aku takut hantu atau hal mistis lainnya. Hanya saja, jika aku terlambat lima belas menit, aku akan ketinggalan bus untuk pulang dan harus menunggu setengah jam untuk bus berikutnya, itu pun kalau ada.

Aku menambah kecepatan langkahku dan saking cepatnya, sekarang aku sudah melayang di udara karena tidak menyadari bahwa ada empat buah anak tangga yang menghubungkan lapangan dengan teras sekolah.

"Aduuuuh pergelangan kakiku!" Aku memegangi pergelangan kakiku yang membengkak karena pendaratanku tidak semulus proses terbangku tadi.

Aku mendudukkan tubuhku di salah satu anak tangga sialan itu sambil memijit-mijit kakiku yang terasa ngilu. Hanya ini yang dapat kulakukan, karena tidak ada yang akan menolongku saat ini. Mengingat hari sudah malam.

"Haaah? kenapa aku duduk disini? bagaimana dengan busnya?" Aku pun kembali berlali melupakan rasa sakit di kakiku yang terkilir tadi.

Oh tidak lagi, bus nya! "Tunggu! Pak Supir! Tunggu Sebentar! Aaah." Teriakanku yang sia-sia, karena bus itu sudah berlalu pergi meninggalkanku yang terkulai lemas di kursi halte bus.

Rasanya ada sesuatu yang kurang, aneh! tunggu dulu! tas ku? dimana dia? Bukankah aku tadi membawanya saat aku berlari ke sini? Oh tidak! Mengapa aku begitu bodoh sampai-sampai meninggalkannya di atas meja. Uang, handphone, dan semua barang-barang berhargaku ada di dalamnya.

Tiba-tiba saja bulu kudukku merinding dan aku teringat perkataan peramal tadi pagi.

"Ah hahaha! ramalan itu hanyalah bualan semata Yena. Kau tidak boleh mempercayainya! Lagipula, kau sudah mengingatnya. Kalau kau mengambilnya, tidak akan ada lagi barangmu yang ketinggalan kan?" aku hanya bisa berbicara pada diriku sendiri dan berusaha menimbang-nimbang apakah aku harus kembali atau tidak, Andai saja tadi aku mau diajak pulang bareng sama Mino yang bersedia menungguku. Ah sudahlah nasi sudah jadi bubur.

"Kau harus tetap mengambilnya! Kalau tidak, kau pulang dengan apa? Yena bodoh!" Tanpa babibu lagi aku berlari menuju sekolahku, SMA Cendrawasih namanya.

Setelah sekian lama aku berlari akhirnya aku sampai di lantai dua sekolahku. Tempat kelasku berada, yaitu kelas 2B. Karena sudah dekat dan tenagaku terkuras habis, akupun memutuskan untuk berjalan perlahan menuju kelasku.

Kenapa lampu di dalam kelas 2A tidak dihidupkan? Terlihat kelas 2A sangat gelap saat aku melewatinya, Biasanya kalau malam hari semua lampu di ruangan-ruangan sekolah ini dihidupkan agar mudah terlihat oleh penjaga sekolah kalau-kalau ada saja pencuri atau orang asing yang mempunyai niat buruk lainnya memasuki memasuki salah satu ruangan.

Tunggu dulu, bukankah tadi ada bayangan seseorang yang menghadap ke papan tulis?. Akupun menghentikan langkahku dan mundur ke belakang beberapa langkah, tepatnya ke arah pintu kelas 2A untuk melihat lagi apakah disana memang ada orang atau tidak.

"Hey!" kataku saat melihat seorang perempuan beramput lurus sepinggang yang mengenakan seragam yang sama denganku, sedang berdiri menghadap papan tulis, seolah-olah pandangannya dapat menembus ke arah kelasku. Siapa dia? Apakah dia murid di sini juga? Ataukah? Jangan-jaaaa.... aku pun tercekat seketika tubuhku terasa membeku dan bulu kudukku berdiri, ingin rasanya aku berlari sekencang-kencangnya tetapi kakiku tidak mengikutiku. Aku hanya bisa berdiri mematung menatap sosok itu.