Tahun 2015, di Tokyo, Distrik B, markas Organisasi Sihir Seirei.
Markas ini memiliki dua lantai dan ruang bawah tanah. Hanya beberapa orang saja yang diperbolehkan memasuki ruang bawah tanah. Karena ada beberapa percobaan untuk proyek dunia sihir, menggunakan kartu as para penyihir, Penyihir Perang.
Pemimpin Organisasi Sihir Seirei berkeluarga dan melahirkan seorang bayi perempuan yang memiliki kekuatan sihir yang besar dan sempurna. Kini ia makin tumbuh besar dan sudah berusia 11 tahun. Orang-orang memanggilnya Melnor. Gadis kecil itu selalu dikawali seorang Penetral bernama Satou Yagi.
Dunia sihir sedang berada di ambang kehancuran. Pedang Excalibur di dalam mitos Raja Arthur tertancap di suatu wilayah Tokyo. Pedang tersebut bukan lagi pedang suci, melainkan terkutuk, karena setelah tercabut, seluruh Tokyo terbakar seketika.
Untuk mencegah hal tersebut, Dewan Penyihir Jepang mempercayakan kepada Organisasi Sihir Mutsuki, bukan Organisasi Sihir Seirei yang merupakan Organisasi Sihir no. 1 di Jepang.
Pemimpin Seirei tidak bisa menerima hal tersebut dan hingga mengajak pertemuan pada hari itu. Menurutnya takdir dunia sihir di tangan Organisasi Sihir Mutsuki tidak bisa dipercaya, karena pemimpin mereka adalah Mutsuki Minato, mantan Pemburu Penyihir.
"Sudah bangun, Melnor-chan?"
Satou Yagi menyambut sang majikan ketika terbangun dari satu-satunya ranjang di ruang bawah tanah. Kemudian ia menuntun Melnor agar bisa duduk yang benar.
Melnor hanya terdiam saja, sambil menatap telapak tangan yang kosong. Masih hidup, begitu pikirnya. Percobaan berkali-kali mungkin saja bisa membunuhnya. Namun tidak masalah, karena itu adalah takdirnya.
"Aku... masih hidup..." Melnor ingin menyangkalnya, namun tdak bisa. Inilah kenyataannya.
"Ya, kau masih hidup. Apa tadi sakit?"
Melnor mengangguk sebagai jawaban. Tak lama, kepalanya terasa pusing, efek samping percobaan.
"Kalau begitu, kita makan siang dulu. Terus jika kau mau bermain di luar, akan kutemani."
Melnor mengangguk sekali lagi. Kemudian ia turun dari ranjang dan mengikuti punggung Yagi.
Yagi mengobrol banyak hal, namun Melnor menghiraukannya. Ada sesuatu yang lebih penting daripada omong kosongnya. Dia merasakan keberadaan kekuatan sihir yang berbahaya dari lantai satu. Kekuatan sihir tersebut semakin mendekat ketika ia sudah menginjak lantai satu, berasal dari ruang pertemuan...
"Yagi-san, disana ada siapa?" Melnor bertanya sambil menunjuk ruang pertemuan sebelum berpapasan.
Yagi pun berhenti mengoceh dan tertarik dengan pertanyaan Melnor. Baru kali ini Melnor bertanya sesuatu karena penasaran. Memang, disana terdengar ramai.
"Aku hanya tahu sedikit sih. Kemarin kudengar Master ingin bertemu Pemimpin Organisasi Sihir Mutsuki untuk membujuknya agar tidak mencabut pedang Excalibur. Pemimpinnya sudah tahu tempatnya, tapi sangat berbahaya jika Pemimpin Mutsuki itu mencabutnya. Karena dia Pemburu Penyihir..."
--Excalibur?!
Beberapa saat, Yagi baru sadar bahwa ia telah menjelaskan yang tidak seharusnya. Dia langsung mengalihkan pembicaraan.
"Ah, sepertinya penjelasanku tidak penting ya. Pokoknya intinya..."
Pengalihannya percuma. Rasa penasaran Melnor sangat kuat, maka ia memutuskan berlari kesana tanpa izin dari Yagi untuk melihat keadaan. Tiba disana, ia disambut oleh kemarahan seseorang yang terdengar menggelegar.
"Menyelamatkan dunia katamu?! Semua penyihir sudah tahu kau adalah pembawa sial untuk dunia sihir! Lebih baik dunia sihir ini ada di tangan Seirei, bukan Penyihir licik sepertimu!"
Hanya mendengar dari suaranya, Melnor tahu siapa yang sedang mengamuk. Pemimpin Organisasi Sihir Seirei yang biasa dipanggil 'Master' oleh para anggotanya.
Tidak perlu penjelasan yang panjang, Melnor sudah tahu kronologis permasalahan mereka. Pedang Excalibur adalah sumber permasalahan mereka. Namun terasa ada yang janggal, seperti yand dia rasakan tadi di ruang bawah tanah. Keberadaan kekuatan sihir yang berbahaya. Kini Melnor tahu asal kekuatan sihir tersebut...
Pemimpin Organisasi Sihir Mutsuki, Mutsuki Minato sang 'Pemburu Penyihir'. Dari awal Melnor benci sosoknya. Dia sedang berhadapan dengan Master, dengan sikap sok tenangnya.
"Tenanglah. Bukankah pencabutan pertama memang ditakdirkan menghancurkan seluruh permukaan Tokyo? Anda bisa mengambil kesempatan kedua kan?"
Master makin menggeram kesal karena daritadi Minato berusaha mengelak bujukannya berkali-kali.
"Kau..."
Hampir saja Master menerjang Minato untuk menumpahkan amarahnya yang dipendam lama sejak awal. Para penyihir bawahannya langsung menahan Master.
"Kau benar-benar...!"
Melnor yang menonton dari belakang juga merasa kesal. Bukan kepada Master, namun Mutsuki Minato. Dia terlihat merencanakan sesuatu, entah baik atau buruk. Menurut suara hati Melnor, harus tau rencana tersebut. Rencananya bisa membawa kebenaran dunia sihir, begitulah firasat Melnor.
"Melnor, jangan pergi kesana!"
Yagi mengejar Melnor dengan panik. Dari wajahnya, dia sedikit kesal dengan tindakan Melnor yang seenaknya. Jika dibiarkan, Master bisa menghukum Yagi.
Namun Melnor masih berdiri mematung di tempat yang sama. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Mutsuki Minato. Dia benar-benar ingin menyelidikinya lebih dalam. Reaksinya terlihat sekali, ia menatap tajam ke satu orang.
"Ayolah, Melnor. Makanannya keburu habis nanti." Karena Melnor belum bergerak dari tempat meski Yagi sudah menghampirinya, Yagi langsung menarik tangan Melnor yang mungil.
Tetap saja, Melnor masih menatap lekat-lekat Mutsuki Minato. Sebaliknya, sebelum Melnor dan Yagi benar-benar meninggalkan depan ruang pertemuan, Mutsuki Minato menatap kepergian gadis kecil yang menatapnya juga.
--Penyihir Perang...
Seraya mendengarkan seluruh amarah Master, diam-diam Mutsuki Minato tersenyum licik.