Polusi? Ataukah polisi yang terdengar mengganggu baginya tapi entah apapun itu dia sedang berhadapan dengan keduanya terlebih lagi itu pamannya sendiri itulah yang sedang Angga hadapi sekarang ini. Kanan dan kiri sambil tanpa mendengar jelas ocehan paman nya, dia justru tertarik dengan dua orang yang memperdebatkan hal yang sama sekali tidak ia pahami dan salah satu orang itu adalah orang yang dia kenal.
"maaf paman, aku ada urusan kirim saja surat nya ke rumah ya"
Tanpa pikir panjang dia meninggalkan orang yang sedang memasang muka serius itu
"mas be-"
"bejo"
Tak sempat memanggil nama nya pria paruh baya itu melengkapi panggilan Angga bahkan sebelum dia melihat siapa yang memanggilnya
"eh, Angga?"
Hampir saja dia malu karna memanggil yang hanya mirip sekilas dengan kakak kelas nya waktu SMA dulu, wajah seorang yang tak perlu diragukan lagi ramah nya dengan perawakan yang tak tinggi besar namun tegap berisi .
"aku kira salah orang, btw kok bejo, nggak cocok banget sama muka blasteran nya mas hahaha"
"adalah, pokok nya jangan manggil nama asli ku lagi ya ngga"
Mengingat dia adalah orang yang terlihat tidak pernah memikirkan apapun dan orang yang paling ambil pusing sendiri di saat bersamaan Angga mengiyakan saja apa yang di mau nya toh yang penting orang nya sama, yah walaupun dengan melihat ada wanita cantik disampingnya sudah takperlu di pertanyakan lagi darimana pangilan itu berasal.
"Gimana kuliah mu? Nggak bikin masalah lagi kan?"
"hehehe nggak dong malah sekarang aku berhasil lolos jadi perwakilan olimpiade sains"
Dengan rambut dan gaya berpakaian seperti preman tapi dengan wajah tampan memang tak bisa dipercaya tapi tak perlu diragukan lagi kalau tingkat kecerdasan Angga memang diatas rata-rata, hanya saja karna ayahnya , jarang ada yang mengapresiasi dirinya seolah itu hanya manipulasi kekuasaan ayahnya. Terlebih karana berbeda dengan daerah lain yang menggunakan satu tim dari satu sekolah atau perguruan, di kota ini mereka menggunakan system ranking dimana 3 orang dengan nilai tertinggi dalam kota itu dijadikan satu tim dan melewati proses karantina
"jo, sehat?"
Singkat cepat dan padat sebuah ucapan dari wanita sebelah bejo yang dari tadi menggelengkan kepala seraya mereka berdua berbicara
"ah, ini adik kelas ku Angga, angga ini Febri bos ku"
Mendengar siapa wanita itu Angga merasa kaget bukan karna terkejut siapa wanita itu hanya saja dia kaget karna dia pikir dia orang yang special seniornya.
"ngomong-ngomong besok lusa akan dimulai karantina nya dan dengar-dengar pengajar ku mas farhan."
"terus?" Tanya singkat Bejo tanda tak ada minat sama sekali membicarakan orang itu
"kita datang"
Seketika dua orang itu langsung menengok kearah febri yang dari tadi seoalah tak mendapat kesempatan untuk ikut dalam pembicaraan
"dia sudah kasih kode untuk bertemu ngapain lagi pake lama-lama, terus kamu bejo dari muka mu itu kelihatan kalau dia itu musuh jadi ayo jalan. Dimana ada musuh disitulah jalan cerita nya terbentuk."
Terlihat jelas dimata febri kalau yang dia tunggu bukan siapa itu farhan tapi perkelahian antara mereka berdualah yang jadi bahan untuk tulisannya yang sedang mentok tak tau mau menulis tentang apalagi dan disitulah awal dari kasus ini dimulai