Waktu terus bergulir, namun bagi Fay rasa itu buat nya belumlah sepenuhnya ada. Cinta atau kasihan kah semua ini?
Berulang kali dia mencoba jatuh hati pada pemuda yang sangat mencintainya. Waktu demi waktu rasa itu mulai tumbuh laksana ponsel terisi daya 20% di sambut dengan sikap pemuda itu berani bertandang ke rumah Fay dengan di dampingi ibu Fay, yang bermaksud hendak melamar Fay kala pemuda itu menemukan pekerjaan tetap di luar kota sana. Sang ibu berpesan pada pemuda itu, ibu akan mengizinkan sampai kau kembali, nak. Kerjalah dengan sungguh-sungguh hingga mampu membawa sepasang tali pengikat di jari kalian berdua.
Mendengar itu semua, bak cambuk penyemangat baginya. Sepulang dari rumah Fay, pemuda itu mendatangi kediaman sahabatnya, stranger. Berpesan kepadanya "tolong jagakan Fay untukku, sahabatku. Penuhi apa yang dibutuhkannya tolong mintakan itu kepadaku,dan selalu berilah kabar akan keadaanya selalu. Aku percaya padamu"
" Baiklah, kawanku. Akan ku jaga pesanmu".
Keesokan harinya, saat pemuda itu berangkat, Fay menerima telpon dari nya. Dia pamit hendak mencari kerja dan pulang meminang Fay.
" Iya. Hati-hati. Jaga kesehatanmu selalu, jaga dirimu baik-baik".
" Salam rinduku selalu untukmu Fay".
Di kota seberang, pemuda itu bekerja dengan masih tetap menjaga perasaanya untuk Fay. Sementara sahabatnya, si stranger itu mengambil alih tugas tuk menjaga Fay demi pemuda itu. Dia sering datang kerumahnya Fay untuk izin meminta belajar les privat padanya, tentunya niat itu di izinkan oleh pemuda itu. Tanpa di sangka, di balik itu semua ternyata ada niat yang tak bisa di terima masuk akal diantara Fay, pemuda dan dia. Liciknya dia, yang bisa mengadu domba antara keduanya. Dia hilangkan jejak pemuda itu dari Fay, hingga Fay tak memikirkan pemuda itu lagi.
Fay pun anggap stranger sebagai adik. Dan begitu sebaliknya, dia juga anggap Fay sebagai kakak nya.
Yah laksana adik dan kakak. Fay pun tak ada sedikitpun memendam rasa khusus untuk dia. Fay masih asyik menikmati masa nya di bangku kuliah meniti cita-citanya. Kharisma magnet dalam diri Fay yang supel itu membuat para lawan jenisnya mudah tertarik padanya. Lalu lalang, mereka mencoba mengambil hati Fay. Usroks teman Fay semasa SMA masih sering bertamu silaturahmi ke rumahnya meskipun rasa Fay pada usrox hanya sebatas teman lagi. Karena Fay, sadar kalau usrox bukanlah jodohnya. Ada jurang adat istiadat nenek moyang yang tak bisa mereka tembus. Larangan yang mengharuskan mereka untuk tidak melanjutkan hubungan mereka. Usrox pun demikian, meskipun sakit hati yang di rasa tak bisa memiliki wanita yang ia cintai sebagai istrinya, namun dia harus rela melepaskannya demi kebaikan mereka berdua. Usrox si anak bungsu, lelaki sendiri keturunan bangsawan sedangkan Fay gadis biasa. Entah cerita itu dari mana, jika kedua adat dari dua daerah yang di larang oleh kedua nenek moyang mereka, maka sesuatu yang buruk bakal terjadi.
" Ah, kenapa kau kirimkan dia untukku jika kau buat kita terbelenggu tak kan bisa bersatu".. ujar Fay dari hati kecilnya.
Usrox yang tak bisa melupakan Fay, masih terus menghampiri Fay. Dia rela dan ikhlas jika Fay bukan jodohnya, dan berharap Fay akan menemukan jodoh terbaik pengganti dirinya. Di sisi lain, pemuda yang masih tidak sadar akan perilaku niat buruk stranger itu yang hendak menikam nya dari bekakang, masih saja percaya pada nya. Kepercayaan pemuda itu, membuat stranger leluasa keluar masuk rumah Fay, dia menjadi kalap, dia tidak menyangka, ternyata masih ada sosok pria lain yang dekat dengan Fay. Dia mengira dialah satu-satunya pria yang berpeluang akan masuk dalam kehidupan Fay setelah dia mampu menyingkirkan pemuda malang yang tak lain sahabatnya itu. Entah bentuk magis seperti apa yang telah di lakukan oleh stranger pada Fay, hingga Fay tak sedikitpun ingat akan keberadaan pemuda yang hendak menyuntingnya itu.
Stranger pun menjadi kalap, ketika si usrox dan temanya yang datang menjenguk Fay sakit di rumahnya. Rasa cemburunya begitu berlebihan, derap langkah kaki laksana raksasa yang hendak menerkam tumbalnya, serta sorot mata yang memerah hendak mengibas mengoyak mangsanya. Sikapnya yang tidak sopan, lalu lalang keluar masuk ruang tamu membuat risih usrox dan temanya. Pada akhirnya , mereka pamit pulang.
Rasa malu, rasa kecewa, kemarahan yang sangat menghantam hati Fay waktu itu. Sungguh peristiwa yang tak bisa di lupakan. Secara, di rumah orang. Stranger yang juga sebagai tamu mampu berbuat tidak sopan di rumah orang lain tanpa ada ikatan apapun.
Namanya aja stranger ya, begitulah dia strange luar biasa.
Dan pada suatu hari, pemuda itu pulang berniat ingin kembali pada Fay, membawa hasil kerja kerasnya selama di kota seberang. Sore itu, sekitar jam lima sore dengan naik bis kota, pemuda itu turun di pembatas gang masuk desa rumah Fay.
Setelah dia turun, dia menemuka warung kecil untuk dia beristirahat sejenak sekedar minum teh saja sambil menelepon stranger memintanya untuk menemaninya datang kerumahnya Fay. Pemuda itu telah menyiapkan kejutan untuk Fay. Sebuah cincin yang hendak di sematkan di jari Fay.
Meskipun langit mulai gelap hendak turun hujan, pemuda itu tetap tak mengurungkan niatnya ingin menemui pujaannya, dia pun tak memberi kabar kepulanganya pada Fay. Dan dia pun tak tahu, jika Fay lupa mengingat dirinya.
" Bro, nganggur ta sekarang?.. " pemuda itu bertanya pada stranger
" Iya. Kenapa "
" Kalau kamu nganggur, temani aku kerumahnya Fay sekarang. Aku di pembatas jalan masuk desanya, ku tunggu kau di sini ya, aku bawa hadiah kecil untuknya, aku ingin menepati janjiku, setelah aku kembali dan bekerja, aku akan meminta dia pada orang tuanya. Aku sudah menyiapkan cincin untuknya.
Mendengar pernyataan itu, stranger pun merasa sangat geram. Dengan berat dia menjawab ,
"Oke, kurang lebih setengah jam aku sampai di sana."
35 menit kemudian, stranger datang menemui pemuda itu di warung kecil bersamaan turunnya hujan kala adzan Maghrib berkumandang malam itu
Entah siasat seperti apa yang telah di bicarakan stranger pada pemuda itu hingga stranger sendiri yang datang kerumah Fay. Sahabatnya itu di tinggal sendiri oleh stranger. Dan Fay tak tahu menahu hal itu.
Begitu piciknya atas apa yang telah di perbuat untuk Fay yang jelas-jelas masih kekasih sahabatnya di perlakukan tidak adil olehnya.
Seperti benih yang di semai belum tumbuh, sudah di cabut paksa oleh orang asing. Begitulah dia, egois, menghalalkan segala cara, tanpa tahu teori balas jasa dan tanpa tau dirinya siapa