Menikmati bangku kuliah merupakan keinginan fay yang di luar dugaannya. Candaanya, sapaan hangatnya tak cukup lama berbaur dengan lingkungan baru nya.
Iya, Usrox, sebutan hangat Fay kepada teman kelasnya semasa masih duduk di SMA kemarin memberinya sedikit asupan 'booster' kala dia mengantarkan Fay di hari pertamanya masuk di perguruan tinggi swasta itu. Mengenakan jas almamater merupakan kebanggaan tersendiri buatnya. Bagaimana tidak? Fay yang hanya berasal dari keluarga sederhana, seorang emak sekaligus sahabat adalah seorang buruh serabutan yang super abis sabar nya dan suueeeper proteksinya pada Fay , dan bapak yang nggak banyak omong namun tegas adalah seorang supir ojek biasa.
Meskipun berasal dari keluarga sederhana, Fay tak pernah sungkan. Tak membuatnya layaknya batu sandungan untuk meraih impian menjadi profesi yang mulia. Perkuliahan demi perkuliahan di laluinya dengan nilai yang patut di hargai kerja kerasnya.
Di awal trimester perkuliahan ketiganya, tanpa di sadari nya di hadapkan dengan takdir masa depan yang sangat tak di inginkanya.
Tit..tit.tit tit bunyi SMS dari sahabatnya, Jihan.
" di rumah kah dirimu Fay, kita bertiga mau meluncur nih kerumahmu"
Siang itu, nampaknya waktu mempertemukan mereka kembali setelah hampir 2,5 tahun lamanya saat Fay semester 1 di perguruan tinggi swasta. Pertemuan yang tak di rencanakan itu membuat benih cinta yang dulu padam kembali bersemi lagi.
Pendiam, lugas, santai, hangat itulah sosok dari pemuda itu yang sekian lama memendam rasa pada Fay, namun Fay tak sedikitpun menyadari perasaan itu, hingga terjadilah barter nomer telepon diantara keduanya. Cara inilah akhirnya membuat jarak yang jauh pun menjadi semakin dekat. Acap beberapa kali, badri dan pemuda itu dua tiga kali bertemu kembali.
Siang itu, ketika Fay terlelap dalam tidur siangnya, terbangun oleh suara mozard nada dering telpon ya waktu itu. "Assalamualaikum, Fay"
"Iya, waalaikumsalam mbak"suaranya yang lirih, lemes itu terdengar keras dari telpon penerima yang di speaker keras membuat hati pemuda yang tengah duduk di sebelah Jihan itu makin berdegup kencang.
" Ada apa mbak" sahutnya.
"Tidurkah?., Habis ini kerumah aku ya?. Ada anak2 ini pingin banget ketemu kamu,. Aku juga gak ada sepeda nganterin mereka kerumahm, lekas kemari ya fay?"
Tanpa berpikir panjang, setengah belum sadar, Fay pun menyanggupi permintaan kawanya itu.
Setengah jam kemudian, Fay pun tiba di rumah Jihan. Namun tak ada siapa-siapa dalam rumahnya. Dua pemuda tersebut bukan di rumahnya Jihan namun di rumah sebelahnya, rumah bibi nya Jihan. Fay pun menghampiri kedua nya di ruang tamu mereka berdua sudah duduk manis sambil tersenyum tersipu malu melihat Fay yang datang waktu itu dengan sikapnya yang tanpa sedikit pun berubah menyapa hangat keduanya.
" Kabar kalian gimana?"
" Sekarang lagi kerja gimana, kuliah dimana ?" Tukas nya Fay kepada kedua pemuda tersebut.
Suasana tersebut mengalir tenang dengan candaan tawa mereka berempat.
Berapa hari kemudian, pemuda itu datang kembali bertamu ke rumah Fay di temani sahabat nya yang lain, sebut saja dia stranger. Ternyata, sebelum pertemuan ini berlangsung, kala Fay yang dulu sempat setengah semester merasakan pendidikan di pesantren semasa SMA dl, telah mencuri hati pemuda tersebut, namun tetap pemuda itu tak sanggup mengatakannya, hanya mampu memendam rasa itu buat Fay seorang meskipun Fay sudah tidak di pesantren itu lagi karena suatu sebab medis dia harus pindah kembali ke sekolah menengah swasta di tempat tinggalnya. Hingga pada suatu hari, takdir lagi menemukan mereka kembali saat Fay tengah semester 2 di perguruan tinggi .
kedatangan pemuda dan stranger, hanya ingin mengenal lebih jauh sosok Fay yang telah merasuk hati pemuda tsb. Pemuda itu yang tidak punya cukup banyak keberanian mengungkapkan segala beban dalam hatinya pada Fay, hingga sahabatnya yang di suruh menjadi perwakilan buatnya untuk mengutarakan cinta pada Fay.
" Mbak, ini si do'i suka sama kamu, mbak nya gimana jawabannya? Putuskan malam ini ya mbak?". Tutur sahabat pemuda itu.
"Ehmmm..ehmmm.. ehmmm gak tau ya, gak ada jawabannya sebenarnya ini". Tukas Fay Sahuti pertanyaan itu.
"Terus ini sudah malam mbak, putuskan hari ini juga, biar kita lega mendengarnya" sahut nya
Malam makin larut, dilihat jam dinding di ruang tamu rumahnya, jarum pendek itu yang semula di angka 7, sudah bergerak mendekati angka 9. Tanpa di pikir panjang, Fay pun akhirnya memutuskan jawabannya tuk bilang "iya" pada mereka.
"Terimakasih mbak atas jawabannya, kami pamit mau undur diri" tak lupa saling ulur tangan berjabatan bergantian mengucapkan salam.
"Okelah kalau kalian tahu diri" gumam Fay dari dalam hati.
*****
Keesokan harinya, saat Fay hendak sholat subuh, bunyi SMS masuk dari pemuda itu " met aktivitas ya, metode sholat subuh". Dari dalam hatinya, timbul gejolak, "apa keputusanku semalam salah ya Robb ku. Sejujurnya sampai detik ini rasa itu tak pernah ada untuknya, haruskah aku berterus terang kepadanya, yaa Robb ku. Tapi aku takut mengecewakannya" hingga tak lama kemudian, tersirat dalam pikirannya
Ah ya sudahlah, tak coba jalanin dulu aja, ini semua awalnya karena keputusanku sendiri. Toh, dia juga anaknya sopan banget...
Seminggu kemudian setelah jadian, ya anggap aja seperti itu. Layaknya remaja lainya, mereka berdua bertemu kembali. Namun Fay yang sibuk dengan semua tugas kuliahnya.. tak mengiyakan ajakan pemuda itu.. namun pemuda itu bukanya kecewa malah makin membuat Fay bahagia, lucunya dia menanggapi semua curhatan alay fay, gaya bercandanya dia membuat Fay tak henti-hentinya melebarkan senyumnya hingga lesung Pipit nya semakin jelas di pipi nya.