Peti tersebut tidak bergeming.
Dia lalu melihat ke sekeliling untuk mencari sesuatu seperti papan kayu atau tongkat tapi setelah melihat-lihat
sebentar tidak ada benda semacam itu.
"...Kalau begitu tidak ada pilihan."
Selanjutnya, dia berpindah untuk mencoba membuka peti kayu terbesar selanjutnya dengan ukuran sekitar satu
meter di semua sisi.
Yang ini bisa dengan mudah terbuka. Mengintip di dalamnya, ada bermacam-macam pakaian. Dimulai dengan
one-piece yang buruk, bahkan ada beberapa pakaian yang biasa dikenakan oleh putri bangsawan.
"Apa ini ? Apakah ada benda sembunyi di bawah ini... kelihatannya tidak seperti itu. Apakah ini pakaian
cadangan ? Beberapa diantaranya terlihat seperti pakaian kerja, dan ini adalah pakaian pelayan ? Apa ini ?"
Climb tidak mengerti apa arti semua pakaian ini. Dia memegang satu buah di tangannya tapi hanya pakaian
biasa. Jika ini berhubungan dengan sebuah kejahatan, maka ini pasti adalah barang curian. Namun, ini tidak
cukup dikategorikan sebagai bukti untuk menghancurkan rumah bordil ini.
Meninggalkan barang-barang yang tidak dia mengerti sendiri, Climb menuju ke arah peti kayu yang mirip
ukurannya dengan sebelumnya. Saat itulah dia mendengar suara berisik yang memenuhi ruangan.
Itu tidak mungkin. Dia telah memeriksa seluruh ruangan dan memastikan bahwa tidak ada seorangpun di sini.
Saat itu, sebuah pemikiran berkelebat di otaknya. Seseorang bisa saja menggunakan 'invisibility' untuk
menyembunyikan diri dari awal.
Climb mulai gugup karena pemikiran tersebut dan cepat-cepat berputar ke arah suara, peti dengan ukuran 2
meter yang tidak bisa dibuka. Salah satu sisi dari peti itu menempel di dinding, dan sisi lainnya sekarang
terbuka.
Tidak ada barang di dalam peti tersebut. Malahan, ada dua orang pria. Di dalamnya ada sebuah lorong dan ada
sebuah lubang dimana ada dinding seharusnya di sana. Di dalam peti tersebut telah tersambung ke terowongan
rahasia.
Ketika Climb berkedip, para pria itu melangkah keluar dari peti tersebut sekali lagi.
Keringat dingin mengalir ke lehernya.
Penampilan dari salah satu pria itu dari dekat mirip dengan ciri-ciri yang dia dengar dari Sebas. Namanya
adalah Succulent, yang dianggap sebagai rintangan terbesar di dalam serangan ini dan di waktu yang sama,
yang paling ingin mereka tangkap.
Dia adalah anggota dari 'Six Arms' yang disebut-sebut setara dengan petualang peringkat adamantium. Musuh
yang tidak ingin dikalahkan oleh Climb menghunuskan pedangnya dan berbicara sambil memicingkan matanya.
"Aku tahu ada penyusup dari 'Alarm' jadi aku sampai mengambil jalan rahasia tapi... Mungkin kamu sudah
mempersiapkan lebih banyak jalan ?"
Pria di belakangnya merespon dengan suara melengking.
"Meskipun sekarang kamu berkata demikian, entahlah."
Sementara itu, pria tersebut melihat Climb dan bicara sambil memiringkan kepalanya.
"Huh ? Aku pernah melihat bocah itu entah darimana."
"Seorang bocah yang kamu kenal ? Bahkan aku pun marah jika kamu berkata demikian di situasi ini."
"Ada apa denganmu, Succulent ? Bukan itu yang kumaksud. Tidak diragukan lagi, dia adalah bawahan dari
wanita yang paling kubenci di dunia."
"Kamu bilang bahwa dia adalah bawahan dari si putri ?"
Succulent melihat ke arah Climb dari atas hingga bawah seperti menjilatinya.
Meskipun mata dari pria di belakangnya, cukup ketakutan, dan dipenuhi dengan nafsu, matanya terlihat seperti
mencoba mengukur kemampuan Climb sebagai seorang warrior. Mereka seperti mata dari ular yang mencoba
untuk mengukur mangsanya apakah muat di dalam mulutnya.
Pria di belakangnya menjilat bibirnya sendiri dengan lidahnya dan bertanya kepada Succulent.
"Aku ingin membawanya denganku, boleh kan ?"
Merinding mengalir di punggung Climb dan dia merasa gatal di pantatnya.
Si brengsek itu, ternyata dia seperti itu!
"Aku akan meminta biaya tambahan."
Succulent mengabaikan teriakan di otak Climb dan menghadapinya. Meskipun Climb tidak melihat celah
apapun dari awal, dia terjerat oleh perasaan bahwa dia sedang menghadapi benteng yang kuat.
Succulent melangkah maju dengan kasar.
Tekanan itu membuat Climb mengambil langkah mundur.
Tidak diragukan lagi, tidak lama sebuah pertarungan di mana perbedaan kemampuan yang jelas harus
diselesaikan. Namun, Climb, sudah melangkahi kesulitan itu.
Jika aku mempertahankan pertahananku dan terfokus untuk menghadang, maka aku akan bisa mengulur waktu
hingga Brain-sama atau Sebas-sama tiba.
Tapi ada suatu hal yang dia harus lakukan sebelum itu.
Climb menghirup sebuah nafas panjang.
"Tolong aku-!!"
Dia meneriakkan sebuah suara yang cukup kencang untuk memaksa seluruh udara keluar dari paru-parunya.
Memenangkan pertarungan individu bukanlah sebuah kemenangan. Mereka akan menjadi kemenangan jika
mereka bisa mengikat pria-pria disini agar tidak bisa lari. Cara lain untuk menyebutnya adalah jika mereka
membiarkan seorang pria dengan kemampuan seperti itu - dan juga, seorang pria yang kelihatannya memiliki
banyak informasi kabur, maka itu artinya mereka kalah. Jika begitu, tidak ada alasan baginya untuk ragu-ragu berteriak minta bantuan.
Wajah Succulent berubah menjadi liar.
Pihak lain sekarang tertekan oleh kebutuhan untuk menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin. Dengan
kata lain, ada peluang yang lebih besar jika dia akan menggunakan skill yang lebih besar.
Climb tidak mengendurkan sikap waspadanya dan mengamati mereka.
"Cocco Doll-sama, kelihatannya akan menjadi sedikit sulit untuk membawa orang ini dengan kita. Kelihatannya
kita harus menghabisinya sebelum bala bantuan datang."
"Apa! Bukankah kamu bilang bahwa kamu adalah anggota dari Six Arms ? Kamu tidak bisa menghajar seorang
bocah sepertinya ? Kamu membuat namamu menangis, Devil of Illusions!"
"Jika anda berkata demikian, maka anda telah meletakkan saya di posisi yang sulit. Kalau begitu, aku akan
melakukan sebaik-baiknya tapi jangan lupa jika kemenangan kita berada pada Cocco Doll-sama yang bisa kabur
dari sini dengan selamat."
Climb mempertahankan kewaspadaannya dan menatap Succulent saat dia mencoba mencari tahu mengapa dia
disebut Devil of Illusions. Dia tidak akan mendapatkan julukan jika kemampuannya benar-benar tidak sesuai.
Dengan begitu, jika dia bisa menemukan asalnya, maka dia bisa membaca setidaknya sedikit kemampuan
lawannya. Tapi sayangnya, dia tidak bisa mengetahui apapun dari penampilan pria tersebut atau
perlengkapannya.
Meskipun dia tahu bahwa dia berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, Climb berteriak untuk memberi
semangat diri.
"Aku menjaga pintu ini. Sementara aku masih berdiri, aku tidak akan membiarkan kalian kabur!"
"Kita akan segera tahu. Ketika kamu roboh dengan menyedihkan di lantai, begitulah."
Succulent pelan-pelan mengangkat pedangnya.
Hmm?!
Climb meragukan matanya.
Pedangnya mengayun. Matanya tidak salah. Meskipun itu adalah fenomena aneh itu hilang dalam sekejap, dia
melihatnya dengan jelas.
Semacam Martial Art-?
Mungkin itu ada hubungannya dengan alasan dia disebut Devil of Illusions. Jika begitu, itu artinya bahwa
lawannya telah mengaktifkan sebuah kekuatan. Meskipun dia tidak mengendurkan kewaspadaannya, dia
sekarang harus lebih berhati-hati.
Succulent mendekati Climb sambil mengangkat pedang.
Tidak bisa dikatakan sebagai gerakan seseorang yang setara dengan petualang peringkat adamantium. Namun
lebih tepatnya, terlihat sebagai gerakan saja, jatuhnya sedikit di bawah perkiraan Climb. Dia mengangkat
pedangnya untuk menyamakan dengan jalan dari ayunan dan - merasakan sedikit rasa gemetar yangmenyebabkannya harus cepat-cepat menarik mundur.
Dalam sekejap, dia merasakan luka yang tajam dari samping tubuhnya dan hampir roboh.
"Ugh!"
Dia terhuyung-huyung ke belakang menempel ke dinding. Dia tidak bisa bersantai memikirkan apa yang baru
saja terjadi. Succulent sudah ada di depannya.
Pedangnya diangkat seperti sebelumnya. Climb mengangkat pedangnya ntuk melindungi kepalanya dan
melompat ke samping saat dia bergulung dengan kepala dahulu.
Rasa perih menjalar di lengan kanan atasnya.
Dia bergulang menggunakan momentum dan segera berdiri, mengayunkan pedangnya bahkan tanpa melihat.
Pedang itu membelah udara.
Dia menyadari bahwa musuhnya tidak berniat mengejarnya dan melihat sekeliling sambil menekan lengan
kanannya. Dia melihat Succulent berlari ke arah pintu yang menuju tangga sambil berhati-hati terhadap Climb.
Climb mengabaikan Succulent yang akan membuka pintu dan mengarahkan tatapannya kepada Cocco Doll. Dia
yakin bahwa Succulent bertanggung jawab terhadap perlindungan Cocco Doll, ini akan cukup menjaganya.
Perkiraannya benar.
Tangan Succulent berhenti tiba-tiba. Dia lalu meletakkan dirinya diantara Climb dan Cocco Doll lalu membuat
suara klik dengan lidahnya. Matanya bergerak ke arah pintu, Climb, dan Cocco Doll dengan urutan seperti itu
dan wajahnya menjadi bingung.
"Dia mendapatkanku! Maafkan saya tapi saya harus membunuh bocah ini disini."
"Apa~? jika kita membiarkannya tetap hidup maka dia akan menjadi kartu yang bagus untuk digunakan
melawan pelacur itu."
"Saya melakukan kesalahan karenanya. Saya terfokus pada kenyataan bawa dia sedang menjaga pintu ini dan ...
itu adalah alasan mengapa dia meracau tentang menjaga pintu ini. Si brengsek ini... bermain-main dengan
saya."
...Baiklah, dia kena jebakan! Seperti yang kuduga, mereka kelihatannya tidak memiliki informasi apapun
mengenai apa yang terjadi di luar. Sekarang mereka tidak akan bisa lari.
Di dalam situasi dimana Succulent hanya bodyguard satu-satunya, adalah ide yang bodoh untuk berlari sambil
membiarkan Climb hidup dan mampu melanjutkan pertarungan. Alasannya karena mereka akan terkena
serangan kepungan jika ada salah satu dari sekutu Climb yang ada di atas tangga. Entah kenapa, dia juga tidak
bisa membiarkan Cocco Doll kabur sendirian sebelum dia menyelesaikan pertarungannya dengan Climb.
Climb memisahkan diri dari pintu setelah berkata bahwa dia akan menjaganya dan menunjukkan tanda bahwa
dia sedang mengincar Cocco Doll menyebabkan Succulent jatuh ke dalam kebohongannya.
Dia sekarang
sedang bingung karena berpikir ada orang yang berjaga di balik pintu sana dan bahwa mereka akan
menggunakan serangan kepungan untuk menangkap Cocco Doll hidup-hidup. Agar bisa membuat lepas dengan
aman, dia harus bertekad bahwa dia harus mengalahkan Climb di sini terlebih dahulu.