Sebuah getaran merangkak di tulang belakangnya.
Dia tidak mungkin bisa menghadang serangan tambahan ini. Takut akan pisau membuatnya menangkis dengan
ayunan yang lebar. Karena pedangnya masih di udara, dia tidak bisa menariknya dengan cepat untuk
menyamakan timing untuk menyerang balik. Meskipun dia ingin terfokus pada menghindar, assassin tersebut
mengalahkannya dalam hal kelincahan.
Dia tersudut. Setidaknya, menggunakan lengannya sebagai perisai danSaat Climb membulatkan tekad, assassin yang menyerangnya tiba-tiba menutupi wajahnya dan melompat ke
belakang dengan jangkauan yang lebar.
Sebuah batu kecil dengan ukuran sebesar kacang datang melayang dan mengenai kelopak mata kiri assassin
tersebut. Menekan hingga batasnya, Otak Climb yang cepat memastikannya.
Meskipun tanpa berbalik, dia tahu siapa yang telah melemparkanya. Sebagai bukti, dia mendengar suara Sebas
datang dari belakang tubuhnya.
"Ketakutan adalah emosi yang berharga. Namun, jangan sampai dikalahkannya. Aku sedang melihatnya dari
tadi, tapi ini adalah pertarungan yang sangat tumpul dan setengah hati. Jika musuhmu memiliki tekad
mengorbankan sebuah lengan, itu pasti akan menjadi kematianmu. Jika kekuatanmu meninggalkanmu,
menanglah dengan kepalamu. Ada waktunya ketika otak melebihi tubuh."
Ya!
Menjawab di dalam kepalanya, dia terkejut ketika dia mendapatkan kembali ketenangannya. Itu bukan sebuah
perasaan aman dari bersandar kepada seseorang untuk membantunya. Namun, itu karena seseorang sedang
melihatnya.
Dia tidak bisa sama sekali menghapus ketakutan jika dia mungkin akan mati. Namun-
"Jika... aku mati, tolong bilang Renner-sama, tolong bilang pada sang putri bahwa saya bertarung dengan baik."
Dia mengeluarkan helaan nafas panjang dan pelan-pelan mengangkat pedangnya.
Climb melihat bahwa cahaya di mata assassin itu berbeda dengan sebelumnya. Meskipun waktu mereka singkat,
mungkin hati mereka telah menemukan sebuah sambungan melalui pertarungan yang mempertaruhkan nyawa
mereka ini.
Seperti bagaimana Climb menemukan tekadnya, assassin itu juga kelihatannya mengetahui dan menemukannya
pula.
Assassin itu melangkah ke depan. Tak usah dikatakan, dia memperpendek jarak tanpa berkata apapun.
Mempertimbangkan jika dia telah memasuki jangkauannya, Climb menurunkan pedangnya. Dalam sekejap, assassin itu melompat ke belakang. Dia telah membaca kecepatan pedang Climb dan menggunakan dirinya
sebagai umpan untuk mencoba tipuan.
Tapi ada satu hal yang terlewatkan dari assassin itu.
Tidak diragukan lagi, assassin itu telah melihat sebagian besar teknik berpedang Climb. Namun, itu hanya
mengecualikan satu serangan, tebasan vertikal yang sangat dipercayai oleh Climb. Tebasan itu lebih berat dan
lebih cepat dari serangan apapun lainnya.
Pedang yang menancap di bahu assassin itu dihentikan oleh baju rantai dan tidak membelahnya menjadi dua
sama sekali. Namun, bisa dengan mudah menembus tulang belikat, menembus daging, dan bahkan
menghancurkan pedang di bahunya.
Assassin tersebut meronta-ronta saat dia bergulung-gulung di tanah. Luka yang sangat kuat sehingga
teriakannya menjadi hening, air liur menetes dari mulutnya.
"Bagus sekali."
Sebas muncul dari belakang dan tanpa susah menendang perut assassin itu.
Dengan hanya itu, assassin itu menjadi boneka yang putus benangnya dan tidak bergerak. Dia telah jatuh
pingsan.
Di sudut matanya, Brain sudah mengalahkan assassin lawannya dan sedikit mengangkat tangan untuk
mengucapkan selamat kepadanya.
"Kalau begitu mari kita mulai interogasinya. Jika kalian memiliki hal yang ingin kalian dengar, tolong jangan
ragu dan bertanyalah."
Sebas membawa salah satu dari mereka dan membangunkannya. Tubuh pria itu terguncang saat dia mulai sadar,
Sebas lalu menggerakkan tangannya ke dahi pria itu. Semua ini bahkan tidak sampai dua detik. Meskipun dia
tidak sedang menekannya dengan keras, kepala pria itu melengkung mundur dan balik seperti sebuah ayunan.
Mata pria itu sudah kehilangan fokus, seperti mata pemabuk.
Sebas mulai bertanya. Meskipun bibir assassin itu seharusnya tersegel dengan rapat, pria itu tidak
menyembunyikan apapun dan mulai berceloteh. Melihat pemandangan aneh itu, Climb bertanya.
"Apa yang anda lakukan ?"
"Ini adalah skill yang disebut 'Palm of the Puppeteer'. Untungnya bisa aktif tanpa ada halangan."
Meskipun itu adalah skill yang tak pernah ia dengar, lebih penting lagi, Climb mengerutkan dahi dengan
informasi pria itu. Mereka adalah assassin dari Eight Finger yang dilatih oleh salah satu dari 'Six Arm', anggota terkuat dari
kelompok keamanan. Mereka mengikuti Sebas untuk membunuhnya. Brain bertanya kepada Climb.
"...Aku tidak terlalu yakin tapi, bukankah Eight Finger adalah organisasi kriminal yang sangat besar ? Kurasa
mereka ada hubungannya dengan kelompok tentara bayaran.."
"Kamu benar. 'Six Arm' adalah nama dari enam anggota terkuat dari organisasi itu. Aku dengar masing-masing
dari mereka memiliki kekuatan yang setara dengan petualang peringkat adamantium. Kita tidak tahu seperti apa
tampang mereka karena itu adalah persoalan mengenai dunia bawah tanah."
Dan Succulent, orang yang muncul di kediaman Sebas, adalah anggota dari Six Arm yang disebut 'Devil of
Illusion'. Rencananya adalah membunuh Sebas agar dia bisa dengan mudah memanipulasi tuan yang cantik.
Setelah mendengar hingga titik ini, Climb merasa sebuah hawa dingin merasuk ke tubuhnya. Hawa dingin itu
datangnya dari Sebas.
Saat Sebas pelan-pelan berdiri, Brain bertanya.
"Lalu apa yang Sebas-sama lakukan mulai sekarang ?"
"Aku sudah memutuskan. Aku akan hancurkan lokasi yang bermasalah itu. Dari apa yang dia katakan,
kelihatannya Succulent juga ada disana. Sebuah percikan api seharusnya cepat-cepat diinjak."
Baik Climb dan Brain menarik nafas mereka dengan balasan Sebas yang sepenuhnya tidak perduli itu.
Fakta bahwa dia akan menyerang mereka artinya dia cukup yakin untuk menang melawan petualang dengan
peringkat adamantium - dengan kata lain, yang terkuat di antara umat manusia.
Tapi bahkan itu pun dirasa bisa diterima.
Dia mengalahkan tiga orang assassin dalam sekejap dan bahkan Unglaus-sama yang terkenal waspada
terhadapnya. Siapa sebenarnya Sebas-sama ini ? Apakah dia adalah petualang dengan peringkat adamantium di
masa lalu ?
"...Namun, kelihatannya mereka juga telah menculik beberapa orang. Akan lebih baik bagiku untuk bergerak
dengan cepat."
"Benar, jika para assassin tidak kembali, mereka akan menyadari bahwa ada yang tidak beres dan memindahkan
orang-orang yang diculik ke tempat lain. Maka kita tidak akan bisa menyelamatkan mereka."
Semakin banyak waktu berlalu, semakin banyak kerugian di pihak ini dan di waktu yang sama, semakin banyak
keuntungan bagi musuh. Itu adalah situasi saat ini bagi orang yang disebut Sebas.
"Kalau begitu aku akan langsung mulai penyerangan. Aku minta maaf tapi aku tidak berniat untuk merubah
pikiranku. Bolehkan aku meminta kepada kalian berdua untuk membawa para assassin ini ke kantor penjaga ?"
"Ahhh, tunggu Sebas-sama. Jika tidak apa bagi anda, tolong perbolehkan aku untuk membantu! Tentu saja,
hanya dengan persetujuan anda."
"Saya juga setuju, Sebas-sama. Sebagai bawahan dari Renner-sama, menjaga ketertiban umum di ibukota
adalah jelas tugas saya. Jika orang-orang Kingdom menderita, saya akan menyelamatkan mereka dengan
pedang saya."
"...Meskipun Unglaus-kun mungkin tidak apa, akan sedikit berbahaya bagi Climb-kun."
"Saya tahu bahayanya."
"Hey, Climb...apakah kamu pernah mendengar menjadi beban ? Yah, dari sudut pandang Sebas-sama, mungkin
tidak ada banyak perbedaan antara aku dan dirimu."
"Tidak tidak, bukan itu maksudku. Aku hanya khawatir dengan keamanan Climb-kun. Tolong ketahuilah bahwa
saya takkan bisa melindungi anda seperti sebelumnya."
"Saya sudah bersiap."
"..Apa yang akan kita lakukan mungkin akan berakhir melukaimu, atau kehormatan tuanmu. Apakah tidak ada
kesempatan lain yang lebih tepat bagimu untuk mengambil resiko terhadap nyawamu ?"
"Menutup mata hanya karena itu berbahaya akan membuktikan bahwa aku tidak cocok sebagai seorang pria
untuk melayani tuanku. Seperti bagaimana orang lain menolong lainnya, jika mungkin, aku ingin mengulurkan
tanganku kepada mereka yang menderita."
Seperti ketika dia mengulurkan tangan kepadakuSeakan mereka menangkap sebuah kilatan tekadnya yang kuat, Sebas dan Brain berubah saling melihat satu
sama lain.
"...Apakah kamu sudah mempersiapkan tekadmu ?"
Dari pertanyaan Sebas, Climb menganggukkan kepala sekali.
"Saya mengerti, kalau begitu tak ada yang perlu dikatakan lagi. Tolong pinjamkan kekuatan kalian."