Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 237 - Kesatria Muda Yang Ingin Menjadi Kuat

Chapter 237 - Kesatria Muda Yang Ingin Menjadi Kuat

Meskipun potion itu seharusnya memastikan bahwa tidak akan ada lagi masalah dengan si bocah, akan lebih

baik untuk membawanya ke kuil untuk berjaga-jaga. Climb memberikan sinyal kepada para penjaga yang

sedang berdiri. Kelihatannya mereka sedang memanggil lebih banyak lagi; dua orang penjaga ditambah dengan

tiga orang lagi.

Orang-orang di sekitar melihat ke arah penjaga yang baru saja tiba dengan menghina. Para penjaga itu terlihat

gugup saat Climb bicara dengan salah satu dari orang-orang itu.

"Bawa anak ini ke kuil."

"Apa yang terjadi disini ? Sebenarnya..."

"Ada kekerasan. Aku menggunakan potion healing jadi seharusnya tidak ada masalah apapun, tapi bawa dia

untuk jaga-jaga."

"Ya, mengerti!"

Meninggalkan para penjaga untuk menyelesaikannya, Climb menilai bahwa tidak ada lagi yang perlu

dilakukannya disini. Tak ada hal bagus yang akan datang dari prajurit yang bekerja di istana ikut campur lebih

jauh dengan pekerjaan orang lain.

"Aku asumsikan kamu bisa mencari tahu apa yang terjadi disini dari saksi mata yang melihatnya dari awal."

"Saya akan melakukan apa yang anda katakan."

Setelah menerima perintah mereka, para penjaga menemukan kepercayaan diri dan cepat-cepat bergerak. Climb

lalu berdiri dan berlari, mengabaikan suara dari para penjaga yang menanyakan kemana dia akan pergi.

Setelah tiba di belokan jalan dimana pak tua itu berputar, Climb melambatkan langkahnya.

Dia lalu mengikutinya.

Matanya jatuh ke punggung pak tua yang sedang berjalan di belakangnya.

Meskipun dia ingin berbicara langsung kepadanya, kapanpun dia menemukan keberanian untuk melakukan hal

itu, Climb menurunkan kepalanya. Rasanya seakan sebuah tekanan mengalahkannya - seperti sebuah dinding

tebal yang tak terlihat.

Pak tua itu berputar ke jalan ini dan itu dan jalannya semakin gelap. Climb mengikutinya dari belakang tanpa

mampu berkata apapun.

Ini sama dengan menguntit pak tua itu.

Climb merasa seperti mencabut rambutnya sendiri melihat dari apa yang sedang dia lakukan. Tak perduli

seberapa kerasnya bicara dengan pak tua itu. Ini tidak benar. Climb mencoba mencari cara terbaik seakan situasinya berbalik saat mengikuti pak tua itu.

Akhirnya, mereka berputar ke dalam jalan lorong dengan tak ada satupun yang melihat. Climb menghirup nafas

dalam-dalam dan, seperti seorang pria yang akan menyatakan cinta kepada gadis yang dia sukai, memeras

seluruh keberaniannya dan bicara.

"-Permisi."

Merespon suaranya, pak tua itu berbalik.

Baik rambut dan jenggotnya berwarna putih, tapi punggungnya yang tegap mengingatkannya dengan sebuah

pedang ditempa oleh baja. Roman yang jelas dari wajahnya dihiasi oleh kerutan dan meskipun itu membuatnya

terlihat lembut, matanya sangat tajam, seperti seekor elang yang menatap mangsanya.

Dia bahkan mengeluarkan aura seorang bangsawan yang tinggi.

"Ada apa ?"

Meskipun entah bagaimana dia bisa merasakan usia dari pak tua itu melalui suaranya, kedengarannya

memaksakan dan penuh dengan kehidupan. Merasakan tekanan yang tak kasat mata dari mata pak tua tersebut,

Climb menelan ludahnya.

"Uh, uh--."

Climb terdorong oleh energi pak tua tersebut dan tak bisa bicara. Lalu, pak tua itu muncul untuk melepaskan

energi yang berkumpul di dalam tubuhnya.

"Siapa kamu ?"

Nadanya menjadi lembut. Climb akhirnya terlepas dari tekanan dan tenggorokannya sekarang bisa bergerak

seperti biasa.

"..Nama saya adalah Climb, seorang prajurit negeri ini. Saya disini untuk memberikan rasa terima kasih yang

tulus karena telah melakukan apa yang seharusnya saya lakukan."

Saat Climb membungkuk rendah, pak tua itu memicingkan matanya seakan berpikir dan bergumam lirih "Ahh"

akhirnya dia mengerti apa yang dia maksud.

"...Tidak usah dipikirkan. Kalau begitu."

Saat pak tua itu mencoba untuk mengakhiri percakapan dan berjalan pergi, Climb mengangkat wajahnya dan

bertanya.

"Tolong tunggu sebentar. Sebenarnya... meskipun saya malu untuk mengakuinya, saya mengikuti anda.

Sebenarnya, saya tidak keberatan meskipun anda tertawa atas permintaan saya, tapi jika tidak apa bagi anda, bisakah anda mengajari saya teknik yang anda gunakan tadi ?"

"...Apa maksudmu?"

"Saya sedang melakukan latihan untuk menjadi lebih kuat dan ingin bejalar meskipun satu porsi kecil dari

gerakan menakjubkan dan teknik yang anda tunjukkan tadi."

Pria itu memeriksa Climb dari atas ke bawah.

"Hmmm.... tolong tunjukkan kedua tanganmu."

Climb mengulurkan tangannya dan pak tua itu menatap lengannya dengan tatapan yang menusuk. Rasanya agak

canggung. Pak tua itu membalikkan tangan Climb lagi dan memeriksa kuku-kukunya, lalu mengangguk puas.

"Tangan-tangan itu sangat tebal dan keras, tangan yang bagus untuk seorang warrior."

Mendengar kalimat yang dia katakan dengan senyuman ini, Climb merasa hatinya semakin tambah hangat. Dia

merasakan kebahagiaan yang mirip ketika Gazef memujinya.

"Tidak, seseorang seperti saya ini... adalah warrior yang remeh."

"Aku kira kamu tidak perlu serendah hati seperti itu.. boleh aku minta kepadamu untuk menunjukkan pedangmu

selanjutnya ?"

Pak tua itu menggenggam pedang di tangannya dan menatap mata pisaunya dengan mata yang tajam.

"Aha... apakah ini pedang terbalik ?"

"Bagaimana anda bisa tahu?!"

"Seperti yang kuduga, apakah kamu melihat irisan di mata pedang sebelah sini ?"

Melihat ke arah tempat yang ditunjuk memang ada sedikit retak pada satu sisi dari mata pedang. Dia pasti telah

mengacaukan tebasannya ketika berlatih.

"Saya telah menunjukkan sesuatu yang memalukan!"

Rasa malu membuatnya ingin menghilang kemanapun. Climb tahu bahwa dia sangat tidak berpengalaman dan

sangat waspada, bahkan hingga gugup, tentang keadaan senjatanya, seluruhnya untuk usaha meningkatkan

peluangnya dalam kemenangan meskipun hanya sedikit jumlahnya. Tidak, dia mengira dia melakukannya

hingga saat ini.

"Ternyata begitu. Aku mendapatkan pandangan umum tentang kepribadianmu. Tangan dari seorang warrior dan

senjatanya adalah cermin yang memantulkan pemiliknya. Kamu adalah orang yang memberikan kesan yang

cukup menyenangkan."