Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 170 - Monk

Chapter 170 - Monk

Oleh karena itu, untuk memastikan maksud dari tindakan ini, dia sekali lagi melompat ke dalam jangkauan serangan musuh - dan sekali lagi disambut dengan ayunan horizonta yang sengit dan identik lainnya. Zaryusu menahan dengan Frost Pain dan sebuah benturan hebat mendarat di tangan pemegang Frost Pain, lalu tubuhnya terpukul mundur.

Untuk mengirim lizardmen dewasa terbang dengan satu lengan, kekuatan lengannya memang luar biasa.

- Darah mendidih karena gembira.

Ketika para warrior melihat kepala sukunya menunjukkan kekuatan lengan yang tak ada tandingannya, mereka meraung dengan keras.

Zaryusu menggoyangkan ekornya untuk memperoleh keseimbangan saat dia mundur.

Dia menggetarkan tangannya yang mati rasa ketika dia memicingkan mata.

Apa..ini?

Zaryusu memfokuskan pada tubuh raksasa di depan matanya.

Apa ini? Dia...terlalu lemah.

Zenberu memang secepat kilat, dan akan mengirimkan Zaryusu terbang jika dia menahannya dengan pedang. Tapi bukan hanya itu, ada hal menakutkan yang lain mengenai hal itu.

Gerakan Zenberu mirip dengan anak-anak yang bermain dengan tongkat: tidak ada teknik sama sekali, hanya ayunan yang kuat dengan tenaga kasar. Tapi apakah hanya itu? Dengan lengan sebesar miliknya, Zenberu seharusnya mampu menggenggamnya dengan lebih ahli dari ini.

Apakah dia sedang menahan diri untuk membuatku lengah?

Zaryusu merasa bukan itu.

Menjadi waspada karena perasaan aneh yang tidak diketahui, Zaryusu memikirkan kembali strateginya. Zenberu yang belum mengambil langkah dengan senyum:

"Bagaimana? kamu tak akan menggunakan kemampuan Frost Pain?"

Seringai itu mungkin untuk memprovokasi dan Zaryusu tidak bereaksi dengannya.

"Aku dikalahkan oleh pengguna Frost Pain di masa lalu."

Zaryusu teringat, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Zenberu. Orang itu adalah kepala suku Razor Edge, yang terbunuh oleh Zaryusu.

Zaryusu menenangkan fokusnya pada Zenberu sedikit dan mengawasi sekeliling.

Diantara rasa kebencian yang dia rasakan di sekelilingnya, yang paling kuat niat membunuhnya seharusnya adalah sisa-sisa Razor Edge.

"Dua jariku seperti ini adalah pertarungan itu."

Zenberu menunjukkan tangan kirinya yang kehilangan dua jari kepada Zaryusu.

"Jika kamu menggunakan kekuatan yang bisa dikeluarkan oleh orang tersebut untuk mengalahkanku, kamu mungkin bisa menang."

"Begitukah."

Zaryusu menjawab dengan tenang.

Memang benar, kemampuan itu memang kuat.

Dan karena kemampuan itu hanya bisa digunakan tiga kali dalam sehari, dia memiliki peluang besar untuk menang jika dia menggunakan kemampuan tersebut. Zaryusu hanya mengalahkan pemilik sebelumnya dari Frost Pain karena kemampuannya sudah habis. Jika dia menggunakan kemampuan itu, Zaryusu mungkin akan tewas.

Tapi tidak mungkin bagi seseorang yang tahu kemampuan Frost Pain untuk memprovokasinya agar menggunakannya lagi.

Zaryusu memperkuat pegangannya.

Aku tidak mengerti...Lagipula, keadaan takkan selesai jika terus diseret seperti ini, aku harus menyerang.

Zaryusu memantapkan otaknya dan berlari kencang dengan kecepatan dua kali lipat.

Zenberu mengayunkan halberd miliknya kepada Zaryusu dengan kecepatan yang menakjubkan.

Zaryusu tidakmenghindarinya dan menghadangnya dengan Frost Pain. Semua orang yang melihat ini mengira Zaryusu akan terpental mundur lagi.

Pedang dan halberd berbenturan - dan serangan itu sama-sama kuat.

Tidak perlu menggunakan kemampuannya. Zenberu hanya memegang halberd seperti bocah, dan bisa disamai tak perduli seberapa keras dia mengayunkannya.

Zenberu membuka matanya karena kaget - tidak, itu adalah kekaguman.

Di waktu yang sama, Zaryusu merangsek menuju Zenberu - tidak memberinya waktu untuk menarik halberd untuk bertahan. Meskipun jika dia memiliki otot semacam itu, perlu waktu baginya untuk menarik dan mementalkan halberd tersebut kembali. Itu adalah waktu yang cukup bagi Zaryusu untuk mendekatinya.

Selanjutnya, Frost Pain menebas tubuh Zenberu.

Darah mengalir keluar.

Sorakan keras menggema dan tangisan lirih bisa terdengar.

Yang mengalami pendarahan dan mundur bukanlah Zenberu. Itu adalah Zaryusu yang berdarah dari dua sabetan di wajahnya.

Beda dari taktiknya sejauh ini, Zenberu mengambil langkah besar ke arah Zaryusu untuk menyerang dengan senjatanya, tidak membiarkannya lolos.

Senjata itu adalah - cakar.

Frost Pain dan cakar saling berbenturan menghasilkan dering logam yang nyaring. Setelah itu, suara halberd yang jatuh ke air bisa terdengar.

"Wargghh-!"

Zenberu menghembuskan nafas dalam-dalam, dan menyerang secara beruntun dengan lengan yang besar saat dia maju ke depan.

Bukan seperti anak-anak yang bermain halberd sebelumnya, serangan Zenberu dengan cakar berada pada level master. Zaryusu akhirnya mengerti setelah informasi yang terpenting keluar.

Zenberu bukan seorang warrior, tapi seorang monk yang menggunakan tubuhnya sendiri sebagai senjata dengan mengatur energi khusus yang disebut Qi.

Zaryusu menahan tebasan dengan Frost Pain.

Cakar lizardmen memang lebih keras dari manusia, tapi tidak terlalu kuat sehingga bisa mengeluarkan suara seperti logam. Benar sekali, ini adalah hasil dari mengeraskan bagian tubuh - seperti cakar dan taring. Sebuah kemampuan yang dikenal dengan 'Natural Steel Weapon' (Senjata Baja Alami), kemampuan dari seorang monk.

Dikatakan bahwa pukulan seorang monk yang telah sampai pada level tertinggi bisa mengancurkan material terkuat adamantium. Tapi menilai dari rasa ketika beradu, Zenberu masih belum berada pada level itu, dia paling tinggi berada pada level baja. Meskipun begitu, dia setara dengan salah satu dari empat harta lizardmen, Frost Pain, dan itu bukanlah hal yang bisa diremehkan.

Kedua orang itu beradu pukulan.

Zenberu menyerang dengan cakarnya sementara Zaryusu menebas dengan Frost Pain. Mereka saling menghindari serangan satu sama lain dan melompat mundur, menjauh dari masing-masing.

"-Hahah, kamu masih hidup!"

Zenberu menjilat darah dan daging di jarinya.

Zaryusu menggunakan lidahnya yang panjang untuk menjilat cairan merah di wajahnya.

Zaryusu merasa beruntung, karena bisa menghindari cakar di matanya. Dia memang terluka, tapi itu hanya goresan, dia masih bisa bertarung. Dia bersyukur kepada perlindungan leluhur dan --

Mungkin aku menghindari itu karena leluhur Crusch.

Zaryusu berterima kasih sementara Zenberu protes tak senang.

"Ngomong-ngomong, kelihatannya kamu menahan diri menolak memakai kemampuan itu."

Zenberu mempererat kedua tinjunya dan memukul dadanya berkali-kali.

"Maafkan aku, tapi aku tak berniat menggunakan jurus itu."

"eh? Kalau begitu jangan protes setelah kamu kalah karena tidak menggunakan kekuatan penuh."

"Setelah beradu pukulan denganku, kamu masih berpikir aku adalah orang yang akan mengatakan hal semacam itu?"

"..Tidak, kurasa tidak. Maaf, aku sudah banyak bicara. Namun - jika kamu tidak mau menggunakan jurus itu, maka sekarang adalah giliranku!"

Dengan suara menusuk angin, Zenberu meluncurkan sebuah tendangan terhadap Zaryusu dengan kakinya yang setebal batang pohon.

Gerakan tersebut dibuat tanpa ragu sedikitpun.

Ketika Zaryusu menghindari tusukan kaki tersebut, dia mengayunkan Frost Pain untuk menebas Zenberu. Namun dering suara logam yang keluar dan pedang itu dipentalkan.

Zaryusu membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

Jika seseorang menggunakan pedang untuk menahan serangan dengan tubuh, pihak yang menyerang seharusnya adalah pihak yang terluka, ini adalah hal yang umum. Namun, dengan menggunakan energi Qi dari Monk membalikkan logika ini.

Ini adalah efek dari 'Steel Skin' (Kulit Baja). Saat ini serangan itu menyentuh dengan kulit penggunanya, kemampuan spesial akan menggunakan Qi untuk menyelimuti tubuh, merubah kulit menjadi sekeras baja. Kemampuan ini sama dengan 'Natural Steel Weapon', dimana kemiripannya adalah jumlah latihan yang dilakukan untuk menempa teknik yang dimaksudkan untuk kekerasa tubuh yang lebih hebat dan bisa diraih.

Kulit musuh telah mementalkan pedang magic. Itu artinya bahwa musuh telah menguasai kemampuan monk hingga tingkat yang hebat. Namun Zaryusu tetap percaya diri bahwa kemenangan masih dalam genggamannya.

Bukan karena perbedaan teknik bertarung pada masing-masing pihak yang amat tinggi, tapi lebih karena keadaan Zenberu yang memang relatif tidak menguntungkan.

Membuat dirinya diungguli oleh serangan beruntun.

Tendangan, sapuan ekor, pukulan, sabetan, serangan bermacam-macam.

Zenberu mengandalkan kemampuan tubuhnya dalam tiap serangan, yang mana bukan hanya cepat tapi juga berat. Menghadapi musuh seperti itu, bahkan Zaryusu harus melepaskan serangannya untuk mempertahankan pertahanannya.

Serangan beruntung diikuti dengan serangan beruntung yang lebih banyak lagi.

Jika dia harus bertahan melawan serangan menghancurkan musuh, Zaryusu tidak diragukan lagi akan kalah. Lizardmen di sekeliling percaya bahwa kepala suku yang meluncurkan serangan beruntung tanpa berhenti memiliki kemenangan dalam gennggamannya dan bersorak menyemangati.

Cakar Zenberu kadang menyerempet Zaryusu, dengan mudah menghancurkan sisik keras yang melindungi tubuhnya menjadi berkeping-keping, membuat darah segar mengalir. Lukanya sama sekali tidak ringan

Related Books

Popular novel hashtag