Setelah sesaat, Crusch melepaskan diri dari tubuh Zaryusu.
Kehangatan yang meninggalkannya sangat disesalkan, tapi dia tidak bisa menyebutkan ini keras-keras karena malu.
"Aku sudah menunjukkan hal memalukan kepadamu...Apakah kamu merasa jijik denganku?"
"Bagian mana yang memalukan? Dan apakah kamu melihatku sebagai pria bodoh yang menganggap seseorang jijik hanya karena bangkit dan berjalan maju melewati luka dan penderitaan? Kamu itu cantik."
"--! --!!"
Ekor yang putih berkali-kali ditepukkan ke lantai.
"Apa yang harus kulakukan."
Tanpa mampu bertanya Crusch yang sedang bergumam apa maksudnya, Zaryusu bertanya pertanyaan lain.
"Bagaimanapun juga, apakah suku Red Eye mengolah ikan?"
"Mengolah?"
"Benar, merawat dan membesarkan ikan yang akan menjadi makanan."
"Kami tidak melakukannya. Lagipula ikan adalah pemberian alam."
Mengolah yang dikatakan oleh Zaryusu adalah sebuah teknik yang dikenal oleh suku lizardmen manapun. Ide bahwa mereka bisa membesarkan mangsa mereka dengan tangan sendiri adalah sebuah ide yang pada dasarnya berbeda dari cara mereka berpikir.
"Itu kelihatannya adalah cara berpikir druid. Apakah kamu mau berkompromi? Membesarkan ikan dengan satu tujuan untuk memakan mereka. Druid di suku kami setuju."
Crusch menganggukkan kepala.
"Kalau begitu aku akan mengajarimu bagaimana cara mengolah ikan. Bagian terpenting adalah apa yang bisa kamu berikan pada mereka untuk dimakan. Kamu bisa memberi mereka makanan buat yang dibuat dari magic druid. Itu akan meningkatkan pertumbuhan mereka dengan cepat."
"Apakah tidak apa bagimu untuk membagikannya?"
"Tenty saja. Tidak perlu menyimpannya sendiri. Lebih penting jika banyak suku bisa selamat dengan menggunakan metode ini.
Crusch membungkuk dalam-dalam dan mengangkat ekornya tinggi-tinggi."
"Terima kasih."
"Rasa terima kasihmu... itu tidak perlu. Sebagai imbalannya, aku akan bertanya padamu lagi."
Rasa terima kasih itu hilang dari wajah Crusch. Melihat sikapnya, Zaryusu menenangkan hatinya.
Pertanyaan yang benar-benar tidak bisa dihindari. Baik Zaryusu dan Crusch menghirup nafas dalam-dalam.
Dan dia bertanya.
"Apa tindakan suku Red Eye mengenai peperangan yang akan datang?"
"...Dari kesimpulan rapat kemarin, kami akan kabur."
"Kalau begitu aku akan bertanya pada Crusch Lulu, sebagai kepala suku. Dan hari ini, apakah keputusannya tidak berubah?"
Crusch tidak menjawab.
Jawabannya akan memutuskan nasib dari suku Red Eye. Jelas sekali dia ragu.
Namun, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Zaryusu disini. Yang bisa dia lakukan hanya tersenyum canggung.
"...Itu adalah keputusanmu. Alasan dari kepala suku sebelumnya yang tersenyum padamu mungkin karena dia menyerahkan masa depan suku ini di tanganmu. Kalau begitu sekarang adalah waktunya bagimu untuk membawa misi itu. Aku sudah katakan semua yang aku katakan. Yang tersisa bagimu adalah memilih."
Mata Crusch berkeliling mencari di dalam gubuk. Dia bukan mencari jalan kabur, atau bantuan. Tapi hanya ingin mencari jawaban yang tepat dari dirinya sendiri.
Apapun yang dia putuskan, Zaryusu akan menerimanya.
"Aku akan bertanya sebagai kepala suku. Berapa banyak pengungsi yang ingin kamu evakuasi?"
"Untuk masing-masing suku aku mempertimbangkan sepuluh warrior, dua puluh hunter, tiga druid, tujuh puluh pria, seratus wanita, dan beberapa anak-anak."
"Dan sisanya?"
"Tergantung situasi, mereka akan mati."
Crusch tidak bisa berkata apapun dan memandang ruang kosong, lalu tiba-tiba bergumam.
"Begitu.."
"kalau begitu katakan padaku keputusanmu, kepala suku Red Eye, Crusch Lulu."
Crusch membuat ide dalam jumlah yang tak terhitung.
Tentu saja, membunuh Zaryusu adalah salah satu pilihan. Dia pribadi tidak ingin membunuhnya. Tapi bertindak sebagai kepala suku beda lagi. Bagaimana jika seluruh suku kabur setelah membunuhnya?
Dia menolak ide itu, masa depan terlalu bahaya. Dan juga, tidak ada jaminan bahwa dia akan benar-benar datang sendirian.
Lalu bagaimana jika menjanjikannya dulu sebelum kabur.
Ini juga bisa menjadi masalah. Jika keadaan bertambah gawat, hanya akan membuat perang diantara merka dan suku Red Eye. Mereka akan menjadi target pengurangan populasi. Keinginan pihak lain adalah mengurangi populasi, bukan masalah siapapun targetnya.
Pada akhirnya, dia membayangkan jawaban seharusnya adalah tidak membentuk aliansi, Zaryusu mungkin akan kembali ke desanya dan memimpin pasukan untuk menghabisi suku Red Eye.
Namun, tidak tahu apakah Zaryusu menyadari, ada satu celah. Pada akhirnya, masalah makanan tidak akan terselesaikan.
Crusch tiba-tiba tersenyum. Dari awal tidak ada jalan keluar. Saat Zaryusu menyerangkan baginya untuk membentuk aliansi; Dariw awal ketika fase tindakan suku Green Claw dimulai--
Hanya ada satu jalan selamat bagi suku Red Eye, itu adalah membentuk sebuah aliansi dengan yang lainnya dan ikut bersama-sama dalam peperangan. demikian juga, Zaryusu seharusnya memahami alasan ini.
Meskipun begitu, dia harus menunggu jawaban Crusch secara pribadi. Dia mungkin ingin membedakan apakah Crusch yang sedang memimpin suku lizardmen, memiliki kualifikasi untuk menjadi partner aliansi.
Yang tersisa adalah apakah dia ingin mengeluarkan keputusannya.
Kecuali, setelah memutuskan, maka akan banyak individu yang kehilangan nyawa mereka. Namun--
"Biar kubuat satu hal yang jelas. Kami tidak akan pergi berperang untuk mengorbankan nyawa, tapi memperoleh kemenangan. Mungkin aku sudah mengatakan banyak hal yang membuatmu tidak tenang. Namun, kami ingin menjadi yang berdiri dan tertawa menang. Tolong jangan salah dalam hal itu."
Crusch mengangguk menyatakan pemahamannya.
Lizardmen pria ini benar-benar baik. Dengan pemikiran seperti itu, Crusch mengeluarkan keputusannya.
"...Kami, suku Red Eye akan bekerja sama denganmu, karena kami tidak ingin melihat senyum kepala suku menjadi tidak ada artinya, dan juga karena itu bisa membuat anggota suku Red Eye memiliki kesempatan selamat."
Crusch membungkukkan kepalanya; ekornya lurus dan terangkat.
"Aku sangat bererima kasih."
Zaryusu sedikit mengangguk. Lalu mengangkat ekornya menyatakan pemikiran yang rumit, lebih kuat daripada ucapannya.
Pagi harinya.
Zaryusu berdiri di depan Rororo, melihat ke arah pintu masuk utama suku Red Eye.
Dia tidak bisa menahan diri membuka mulut dan menguap. Tadi malam dia adalah tamu pemirsa pada konferensi Red Eye di larut malam, oleh karena itu dia saat ini sedikit lelah. Namun tidak ada banyak waktu yang tersisa, dan perlu untuk mengunjungi suku lain dalam hari ini.
Zaryusu mati-matian melawan kantuknya, tapi sejenak tidak bisa menahannya dan kembali menguap lagi, tapi kali ini lebih besar daripada sebelumnya.
Meskipun duduk di Rororo tidak cukup nyaman untuk tidur, dia merasa mampu untuk melakukannya.
Setelah memandang matahari kuning sesaat yang baru saja terbit, Zaryusu memutar tatapannya kembali ke pintu masuk utama, dan merasa sedikit bingung. Ini karena obyek rasa penasarannya baru berlari keluar gerbang utama.
Itu adalah satu ikat rumput.
Ada rumput yang tumbuh di atas baju yang dijahit dari banyak bilah-bilah kain dan benang-benang baju. Jika seseorang merebahkan diri di tanah basah dan mengamatinya dari jauh, maka itu akan terlihat seperti seikat rumput.
Ah, aku yakin aku pernah melihat monster yang mirip sebelumnya entah dimana..
Zaryusu mengingat pemandangan yang pernah dia lihat ketika bepergian sebagai seorang traveler ketika Rororo yang di belakangnya mengeluarkan geraman lirih untuk memperingatkan.
Tentu saja Zaryusu mengerti apa sebenarnya ikatan rumput itu, dan tidak mungkin salah karena ekor putihnya sedikit kelihatan.
Saat dia menatap kosong pada ekor yang bergoyang kegirangan itu sementara dalam waktu yang sama menenangkan Rororo, ikatan rumput itu sudah tiba disamping Zaryusu.
"Selamat pagi."
"Un, selamat pagi...kelihatannya kamu telah mempersatukan seluruh suku tanpa halangan."
Zaryusu menolehkan tatapannya kepada permukiman suku Red Eye. Sejak pagi, area berkumpul sudah dipenuhi dengan nafsu membunuh. Banyak lizardmen yang gugup berlarian. Crusch juga berdiri pada sisi yang menghadap arah yang sama dan membalas:
"Ya, tak ada masalah yang muncul. Hari ini kami seharusnya kita bisa tiba di pemukiman suku Razor Tail, dan mereka yang ingin kabur juga sudah bersiap."
Druid yang ada di dalam desa menggunakan magic untuk menyampaikan update situasi. Suku Razor Tail juga sudah diberitahu bahwa mereka akan menjadi suku pertama yang dihancurkan. Suku pertama yang akan dibinasakan bukanlah suku Dragon Tusk, oleh karena itu ini lebih menguntungkan dalam hal waktu.
"kalau begitu Crusch, mengapa kamu ingin berada di pihak kami?"
"Jawabannya sederhana, Zaryusu, tapi sebelum aku menjawab, pertama katakan padaku satu hal. Apa rencanamu?"
Setelah rapat kemari yang bertempat dari sore hingga pagi, kedua individu ini tidak segan bahkan memanggil nama satu sama lain. Alasannya karena mereka sudah menjadi cukup familiar bahkan sikap mereka ketika berbicara satu sama lain telah berubah.
"Selanjutnya, aku berencana untuk mengunjungi suku lain...suku Dragon Tusk."
"Mereka adalah suku yang kekuatannya adalah segalanya ya kan? Aku dengar bahwa kekuatan tempur mereka merupakan yang terkuat di seluruh suku."
"Erm, kamu benar. melihat pihak lain adalah suku yang tak pernah kita saling tukar sebelumnya, kita harus mempersiapkan diri kita secara mental."
Seluruh informasi pihak lain masih terselimuti dengan misteri. Oleh karena itu menuju markas pihak lain adalah masalah yang berbahaya. Terlebih lagi, mereka juga menyerap yang selamat dari dua suku yang dihancurkan di perang yang lalu. Fakta ini membuat bahaya yang akan datang menjadi lebih besar.
Bagi kedua suku yang dikalahkan, Zaryusu, yang memainkan peran aktif di perang sebelumnya adalah musuh yang benar-benar dibenci, hingga tulang-tulang mereka.
Meskipun begitu, mereka adalah bantuan yang sangat diperlukan oleh seluruh suku untuk perang ini.
"Jika begitu...maka, masih lebih baik bagiku untuk pergi denganmu."
"--Apa?"
"Apakah itu aneh?"
Tumpukan rumput membuat gerakan kecil, dan mengeluarkan suara bisik yang samar-samar. Karena dia tidak bisa melihat wajahnya, dia tidak tahu apa niatnya.
"Aku tidak bermaksud mengatakannya aneh...tapi ini akan sangat berbahaya."
"Apakah ada tempat yang lebih aman sekarang?"
Zaryusu terdiam. Dia sedang berpikir dengan tenang, membawa Crusch bersamanya akan banyak bermanfaat. Namun sebagai seorang lizardmen pria, dia masih keberatan membawa lizardmen wanita, yang dia sayangi, menuju tempat yang diketahui bahaya.
"Aku benar-benar tidak cukup tenang."
Meskipun Crusch tersembunyi dibalik rerumputan, dan ekspresinya tidak bisa terlihat, dia hampir terasa sedikit tersenyum.
"...Kalau begitu, biar kutanya pertanyaan lain. Ada apa dengan penampilanmu?"
"Apakah tidak terlihat bagus?"
Pertanyaannya adalah apakah itu terlihat bagus atau tidak adalah hal yang aneh. Namun, bukankah sebaiknya memberikan sedikit pujian? Zaryusu tidak tahu bagaimana meresponnya dan setelah beberapa saat berpikir, menyimpulkan ekspresi tak terlihat lawan bicaranya dan membalas:
"...Aku seharusnya bilang itu terlihat bagus...ya kan?"
"Bagaimana bisa seperti itu."
Crusch cepat-cepat menolaknya. Zaryusu merasa kekuatannya diserap habis darinya, mau bagaimana lagi.
"Ini semata-mata karena aku lemah terhadap cahaya matahari, oleh karena itu ketika aku keluar, Aku hampir selalu berpakaian seperti ini."
"Jadi itu alasannya..."
"Ah, kamu belum memberikan jawabanmu. Maukah kamu membiarkanku bepergian denganmu?"
Berdiskusi lebih jauh lagi dari ini mungkin hanya akan menggoyangkan pikirannya. Dari sudut pandang bentuk aliansi, membawanya seharusnya merupakan keuntungan untuk memperoleh tujuannya. Dia juga berpikir demikian, itulah kenapa dia mungkin membuat tawaran ini. Dengan begitu, tidak alasan untuk menolaknya untuk menemani.
"..Aku mengerti, kalau begitu aku harapkan bantuanmu, Crusch."
Crusch gembira dari lubuk hatinya dan menjawab:
"--Aku mengerti, Zaryusu, Serahkan padaku."
"Apakah kamu sudah siap untuk berangkat?"
"Tentu saja. Tas punggungku sudah penuh dengan berbagai macam item yang diperlukan."
Setelah mendengar ini, Zaryusu dengan halus memperkirakan area punggungnya dan menemukan bahwa ada sedikit gundukan yang muncul dari rumput. Sebuah rumput segar tercium dari are itu, begitu juga dengan aroma yang terkumpul. Karena dia adalah druid hutan, oleh karena itu seharusnya ada beberapa tanaman obat yang berhubungan dengan kemampuannya disana, itulah kenapa isi di dalamnya pasti dipenuhi dengan barang-barang semacam itu.
"Zaryusu, kamu kelihatannya lelah."
"Ah, ya, aku sedikit lelah. Selama dua hari ini aku sibuk sekali, aku kurang tidur."
Saat ini, sebuah tangan dengan sisik putih terulur dari dalam konsum rumput.
"Untukmu. Ini adalah buah untuk menggantikan kekuatan. Kamu makan saja dengan kulitnya."
Itu adalah buah ungu. Ragu-ragu, Zaryusu meletakkannya di mulut dan mencoba menggigitnya.
Mulutnya dipenuhi dengan rasa yang tajam dan pahit tiba-tiba, menyingkirkan sedikit kelelahan. Pastinya meningkatkan kewaspadaan, efek ini hampir cukup baik, tapi setelah terus mengunyahnya berkali-kali, tiba-tiba pancaran rasa meledak dari ujung lidahnya. Bukan hanya itu, bahkan nafas yang dia keluarkan memiliki rasa yang sama.
"Muu, sensasi dingin apa ini yang bahkan meresap hingga ke rongga hidung?"
Zaryusu secara tidak sadar meneriakkan kalimat yang sering diucapkan oleh kakaknya. Melihat reaksinya, Crusch tidak tahan untuk tertawa kecil.
"Apakah kamu merasa rasa kantukmu pelan-pelan hilang? Kenyataannya rasa kantuk itu masih belum hilang, tolong jangan terlalu terbiasa dengan sensasi ini. Masih lebih baik bagimu untuk beristirahat."
Zaryusu merasa otaknya terang dan segar karena nafas yang dia hirup dan keluarkan, dan karena seluruh tubuhnya dipenuhi dengan sensasi dingin. Merasa puas, Zaryusu mengangguk dan membalas:
"Kalau begitu mari kita segera cari Rororo dan tidur cepat."
Setelah berkata demikian, Zaryusu langsung menaiki punggung Rororo, diikuti oleh Crusch yang juga menaikinya. Perasaan tidak enak karena ada satu ikat rumput yang berada di tubuhnya membuat Rororo tidak senang menatap Zaryusu, tapi akhirnya terpikirkan sebuah metode untuk membuatnya nyaman.
"Kalau begitu mari kita pergi. Karena perjalanannya akan sedikit bergejolak, berpeganglah padaku."
"Mengerti."
Crusch memeluk pinggang Zaryusu - perasaan rumput yang menusuk membuat Zaryusu sedikit gatal.
"...."
Perbedaan sebenarnya dari rasa yang dia bayangkan dan kenyataannya membuat bibir Zaryusu mengerut.
"Ada apa?"
"Tidak, bukan apa-apa. Rororo, ayo berangkat."
Apa yang membuat Crusch begitu gembira sekali? Tawa riang Crusch dari belakangnya, membuat Zaryusu tidak tahan untuk tidak mengeluarkan senyuman lebar di atas punggung Rororo.