Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 129 - Shalltear vs Tentara Bayaran

Chapter 129 - Shalltear vs Tentara Bayaran

Shalltear melompat ke depan. Seperti burung yang terbang menembus kegelapan, dia mendarat dengan satu kaki di atas barikade di pintu masuk gua itu. Pelayannya, dua orang vampire bride, pelan-pelan mengikutinya kembali ke pintu masuk.

Shalltear menunjukkan sebuah senyuman ketika melihat targetnya.

Dia melihat sebuah kelompok yang dibentuk erat.

Memimpin di depan adalah tiga orang pria yang kelihatannya adalah warrior. Masing-masing perlengkapan mereka berbeda satu sama lain, tetapi bahkan yang terlihat paling jelek dari kelompok itu memakai armor yang ditempa dengan menumpuk sisik-sisik bersamaan: Scale Armor (Armor Sisik), setiap orang menggenggam sebuah senjata di satu tangan dan membawa perisai di punggungnya.

Di belakang mereka ada seorang warrior wanita berambut merah yang mengenakan armor yang terikat. Di belakang kelompok itu, dilindungi oleh mereka yang ada di belakang, berjalan seorang pria yang memakai pakaian tipis dan memegang tongkat; kelihatannya adalah seorang magic caster. Disampingnya, berjalan beriringan adalah seorang magic caster faith based yang mengenakan pakaian seorang bishop menutupi armornya. Pria itu mengenakan sebuah liontin di sekeliling lehernya dengan bentuk lidah api.

Kelompok yang berjumlah enam orang itu, meskipun terkejut dengan kehadiran Shalltear yang tiba-tiba dari dalam gua, tidak menjadi kebingungan dan mempertahankan kewaspadaan mereka. Itu adalah reaksi yang lahir dari pengalaman mereka.

"Tidaaaaaak buruuuuukk."

Tidak buruk juga membunuh manusia yang selemah tahu, tapi memiliki musuh yang kelihatannya bisa memberikan perlawanan jauh lebih menarik.

Shalltear tersenyum tidak sabar ketika dua mata merah darahnya berkilau dengan harapan.

"Dia berbicara...!"

Sebuah tampang terkejut berkelebat di wajah magic caster, tapi itu hanya sebentar. Setelah ketenangannya langsung kembali.

"Musuh mungkin adalah seorang vampire! Hanya perak dan senjata magic yang efektif. Kemenangan tidak mungkin! Jangan melihat ke matanya!"

Dia meneriakkannya dengan suara lantang dan bisa terdengar di seluruh cekungan.

Dengan hanya meneriakkan informasi yang penting, respon dari anggota yang lain adalah cepat tanggap. Ketiga warrior yang ada di depan mengambil perisai besar dan membuat posisi bertahan. Mereka tidak memandang wajah Shalltear, namun melatih mata mereka untuk memandang dada atau perut. Warrior wanita di belakangnya mengambil masing-masing senjata mereka dan mulai melapisinya. Sebuah bau yang tidak sedap bertiup ke hidung Shalltear.

Perak Alkimia.

Cairan spesial yang dibuat oleh seornag Alchemist; ketika dilapiskan pada senjata, membentuk selaput magic dipermukaan pedang dan memberinya efek yang mirip dengan perak.

Senjata Perak sangat mahal. Bukan hanya itu, mereka lebih cepat rusak daripada senjata yang dibuat dengan besi dan tidak bisa bertahan lama. Itulah kenapa kebanyakan para petualang memilih untuk membeli caira alkimia sebagai gantinya, menggunakannya ketika dibutuhkan saja.

Dengan senjata mereka yang sekarang ditambahkan dengan properti perak, kelompok itu mulai mundur.

Bahkan cara mereka mundur sangat menakjubkan. Seluruh kelompok bergerak bersama-sama, gerakan mereka sangat teratur dan sinkron.

"Tuanku, Dewa Api--:"

"Percuma! Fokuskan pada magic pertahanan!"

Setelah menghentikan bishop itu menggunakan liontinnya, magic caster tersebut mulai fokus merapalkan mantranya ke depan kelompok. Uskup itu juga mengikuti dan mulai merapal nyanyiannya.

Meskipun berbeda kelas, pada umumnya, bishop menggunakan kekuatan Dewa untuk menekan, menghancurkan dan mendominasi makhluk seperti angel dan demon. Namun, itu adalah metode yang hanya efektif pada musuh yang menggunakan energi magic yang jauh lebih rendah daripada yang merapalkannya. Dengan kata lain, baru saja bishop itu mencoba untuk merapal mantra untuk menekan undead. Magic caster langsung memahami perbedaan kekuatan antara monster dan bishop itu, dan bilang padanya untuk tidak membuat energi dan menggunakannya untuk sesuatu yang lebih efektif sebagai gantinya.

Setelah mengetahui pemimpin mereka dari aliran di dalam kelompok, Shalltear memutuskan untuk mengikuti perintah dan menangkap mereka. Tapi hatinya masih diselubungi dengan hasrat untuk membantai, untuk melihat lebih banyak darah.

Dia ingin membunuh, menghancurkan mereka di bawah kakinya, untuk merobek anggota tubuh mereka, untuk menyiram dirinya dengan darah. Dia tidak tahan itu. Nafasnya menjadi tidak teratur dan mulutnya mulai berbusa.

[Anti Evil Protection]

[Lesser Mind Protection]

Satu demi satu, dua orang magic caster itu mengaktifkan mantra bertahan kepada warrior di depannya.

Shalltear, yang sudah kehilangan kesabaran karena gembira, meskipun sedikit, merasakan sesuatu yang mirip dengan kekaguman. Meskipun itu adalah yang paling dasar -- level 1, mantra yang mereka gunakan adalah yang paling cocok dengan situasi ini. Mereka berbeda dari tentara bayaran yang menyerang dengan sembrono, dari warrior bodoh yang bahkan tidak bisa menggunakan martial art dan menyerang sendirian.

Meskipun begitu, pada akhirnya itu adalah usaha yang percuma, begitulah: sia-sia. Melawan perbedaan kekuata yang sangat besar, semua itu tidak ada artinya.

Menghadapi perlawanan yang lucu itu, sedikit pertahanan diri yang membuat Shalltear masih di ujung kesadaran telah terpotong.

"Tidak lagi... Aku tak biiiiisaaaa! Aku tak biiiisaaaa menuuungguuuu laaagiiii!"

Dengan sebuah suara yang tali kekangnya sudah terpotong, Shalltear menggerakkan kakinya.

Itu adalah langkah yang sangat amat ringan. Tapi bagi mereka yang melihatnya, itu terlihat lebih cepat daripada badai. Seperti itu, tangannya menusuk ke depan.

Menembus perisai, menghancurkan armor, mengabaikan pelindung magic, membelah kulit, daging dan tulang; tangan yang di kelilingi oleh jantung yang berdetak dan dalam sekejap - mengoyaknya keluar. Mengabaikan figur warrior yang roboh, Shalltear menunjukkan sebongkah daging yang berwarna merah dan berubah-ubah kepada kelompok itu untuk dilihat. Wanita Warrior tersebut mengeluarkan jeritan kecil, dan wajah bishop seakan menatap sesuatu yang sangat dibenci.

Senang mendapatkan reaksi yang dia inginkan, Shalltear tertawa kecil karena gembira dan melepaskan magic miliknya.

[Animate Dead]

Warrior yang telah kehilangan jantungnya pelan-pelan berdiri. Dia telah menjadi zombie, monster undead kelas terendah. Namun, tidak berhenti disana.

Shalltear menjilat jantung di tangannya dan menaruhnya ke dalam bola yang sedang melayang di atas kepalanya. Ketika dia menariknya kembali, sebagai gantinya adalah sekumpulan darah yang berdenyut- seakan meniru tampilan dari jantung sebelumnya. Dia melemparkan segumpal darah itu ada zombie.

Seperti serangga, gumpalan itu berubah dan berputar, masuk ke dalam tubuh zombie. Degup. Dalam sekejap, tubuh itu gemetar. Setelah beberapa ldakan, zombie itu pelan-pelan mulai berubah.

Seakan seluruh cairan di tubuhnya mengering, kulitnya berubah kering dan retak. Kukunya memanjang beberapa kali, dan taring yang tajam terbentuk di giginya. Undead yang berdiri tidak lagi seorang zombie.

Melihat kelahiran dari vampire rendahan, suara terkejut dari para petualang terdengar bersamaan.

"Tidak mungkin! Aku tak pernah mendengar vampire yang bisa dengan mudah merapal mantra level tinggi seperti itu!"

"Kamu sedang melihat salah satunya sekarang! Tenangkan kepalamu!"

"Tapi!"

"Mundur juga tidak mungkin! Kita harus bertarung!"

"Mengerti!"

Saat bishop itu menjadi kacau, seorang warrior mengangkat senjatanya dan maju menyerang Shalltear. Warrior yang tersisa menyerang vampire rendahan, yang  dulu adalah sekutunya.

"Tuhanku, Dewa Api. Hancurkan makhluk keji di depanmu!"