Saat si gadis menjentikkan jarinya untuk menyela, suaranya yang kering menyebabkan vampire itu gemetar tak terkendali.
Di depan musuhnya yang benar-benar kehilangan fokus, Brain tidak bergerak.
Meskipun ada kesempatan seperti itu, dia tidak mengambil kesempatan itu untuk menyerang. Namun, dia mengubah padangannya kepada gadis itu dan menatapnya dalam-dalam.
Tubuhnya langsing dan sangat bertolak belakang dengan dadanya yang menonjol. Lengannya terlihat cukup rapuh bagi Brain yang bisa mematahkannya seperti ranting.
Ada banyak tipe magic caster faith based. Cleric kuat dalam pertarungan jarak dekat, sementara Priestesses dan Bishop spesialisasi dalam merapal mantra magic.
Karena dia telah meminta untuk gantian, dia pasti cukup percaya diri untuk melawan tanpa bertahan.
Kalau begitu-
Wajah Brain berubah tersenyum.
Dia kelihatannya bukan tipe yang bertarung menggunakan summon, vampire lain, maka.
Melihat dari sikapnya, yang ini pasti memiliki level yang lebih tinggi dari vampire lain. Kamu takkan pernah bisa menyimpulkan monster dari penampilannya. Tidak aneh baginya bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya, terutama sejak dia memutuskan untuk maju setelah melihat seberapa kuat Brain.
Dan reaksi vampire sebelumnya... apakah ketakutan?
Tuan ditakuti oleh pelayan vampire...dia kuat, seseorang yang tidak bisa dianggap enteng.
Sambil memperhatikan gadis itu, Brain dengan marah menguak kepalanya mencoba untuk mencari tahu identitasnya.
Tuan dari vampire, apakah dia adalah vampire lord yang mirip dengan yang ada di legenda? Jika aku tidak salah, salah satu vampire lord yang terkenal adalah [Landfall], yang menghancurkan sebuah kerajaan.. Aku dengar dia dibunuh oleh tiga belas pahlawan.
Jika pahlawan-pahlawan pada zaman dahulu bisa melakukannya, maka itu bukanlah hal yang mustahil.
Menggenggam katana miliknya dengan semangat yang diperbaharui, Brain mempersiapkan kuda-kudanya.
"Aku adalah Brain Unglaus"
Menyebutkan nama kepada musuh yang kuat, respon yang kembali adalah tampang bingung.
Merasakan udara yang canggung, Brain bertanya kepadanya.
"...Namamu?"
"Oh! Kamu menanyakan namaku? Cocytus pasti akan langsung menyebutkannya, tapi aku tidak melihat dirimu sebagai musuh jadi aku agak lamban untuk menyadarinya. Maafkan aku. Kamu seharusnya bilang dari tadi."
Gadis itu memegang ujung gaunnya, dan , seperti seseorang yang meminta seorang pria untuk berdansa di pesta dansa, dia memberikan perkenalan.
"Shalltear Bloodfallen. Biarkan aku menikmati ini."
Dengan senjata yang diarahkan kepadanya, gadis itu membungkuk dengan anggun. Apakah dia pikir Brain tidak akan menyerang? Ataukah mungkin, apakah dia cukup percaya diri untuk menahan serangannya dengan sempurna meskipun Brain menyerangnya? Jawaban itu jelas terlihat dari ekspresi yang diberikan oleh gadis itu, yaitu yang terakhir. Seakan mengatakan, kamu bukanlah sebuah ancaman.
--Aku akan menghancurkan ketenanganmu itu.
Brain menatap tajam Shalltear dengan tatapan yang cukup tajam untuk menakuti kebanyakan warrior yang keras. Jujur saja, dia sangat tidak suka dengan sikap santai gadis tersebut, tapi sebagian dari dirinya mempersilahkan itu.
Kesombongan dari yang kuat.
Itu adalah senjata yang bisa dipakai oleh manusia untuk bisa mengalahkan monster-monster yang kemampuan fisiknya jauh di atas mereka. Di masa lalu, Brain menghadapi banyak pertempuran dengan makhluk seperti itu yang mana dimenangkan olehnya dengan menggunakan kesempatan ini.
Terlebih lagi - dia bisa menghina mereka setelah mengalahkannya, mengajarkan kepada si bodoh bahwa ada musuh di dunia ini yang seharusnya tidak boleh diremehkan.
"Apakah kamu tidak menggunakan martial art?"
-Martial Art.
Dalam perjalanan latihan seorang warrior, mereka mendorong diri mereka hingga batas dan mempelajari skill khusus yang bisa menarik keluar seluruh kekuatan mereka. Martial Art membuat fenomena tak bisa dijelaskan yang ditarik dari aura warrior itu sendiri. Itu adalah penggunaan magi melalui senjata.
Melawan musuh yang jauh lebih besar darimu, [Fortress] akan membuat bisa menghindari serangan yang kat dan melawan mereka langsung.
Dengan menyalurkan auramu ke dalam pedang dan melepaskannya dengan ledakan yangkuat, [Severing Blade] akan membuatmu bisa meruntuhkan musuh yang kuat dalam sekali serang.
Jika musuh memakai armor berat, menggunakan [Heavy Blow] dengan senjata penghancur sudah terbukti efektif.
Atau, cukup dengan memperkuat dirimu dengan [Ability Boost], seseorang bisa meraih kemenangan dengan hanya tubuh fisik mereka.
Martial art membuat seseorang bisa mempersiapkan diri dari berbagai macam situasi yang berbeda, seperti, warrior berlatih untuk mempelajari berbagai macam skill dan menguasainya agar bisa digunakan kapanpun dibutuhkan. Terlebih lagi bagi para petualang, yang menghadapi bahaya yang jauh di atas normal.
Sedangkan untuk Brain--
"Hmph. Aku tidak akan membutuhkannya untuk melawan orang sepertimu."
Itu adalah kebohongan. Dia tidaklah cukup bodoh untuk menunjukkan kartunya sebelum bertarung.
Brain pelan-pelan mengeluarkan nafas sambil menundukkan tubuh, dan mengembalikan katana itu ke dalam sarungnya.
Kakinya ditancapkan dengan kuat.
Nafasnya; pendek dan panjang.
Dia memfokuskan kesadarannya pada satu titik, dan ketika tiba pada batasnya, melapaskan gelombang yang besar. Dia telah menciptakan sebuah dunia yang bisa dia rasakan suara, ruang dan keberadaannya. Itu adalah martial art original yang pertama - [Field].
Dengan jarak tiga meter, meskipun itu adalah jangkauan yang pendek, itu adalah martial art yang membuat seseorang bisa dengan cepat mengetahui apapun di sekelilingnya, martial art ini menjadi sangat kuat.
Meskipun ribuan anak panah berhujanan, dia percaya diri bahwa dia bisa merasakan dan membelokkannya dengan cepat yang akan mengenainya, dan berakhir tanpa cacat.
Terlebih lagi, tubuhnya mampu bergerak dengan cukup tepat untuk membelah sebuah biji gandum dari kejauhan.
Dan--
Seluruh kehidupan berakhir ketika titik vital mereka terpotong. Hanya itu yang dia butuhkan.
Daripada mempelajari skill serbaguna, lebih baik untuk memfokuskan diri pada hanya satu aspek; sebuah langkah yang lebih cepat dari musuh, sebuah serangan fatal yang akan selalu mengena. Karena hal itu, maka lahirlah martial art original yang kedua -- [Instant Slash]
Meskipun setelah memperoleh sabetan dengan kecepatan tinggi yang hampir tidak mungkin bisa dihindari, dia tidak berhenti.
'Sulit' bahkan bukan kata yang bisa menjelaskan latihannya. Dia mempraktekkan [Instant Slash] ratusan dari ribuan, tidak, jutaan kali, hingga kapalan di tangannya mengeras, hingga gagang katana itu mirip dengan bentuk telapak tangannya.
Dalam pencarian tanpa lelah terhadap batas, sebuah skill baru pun lahir.
Sebuah sabetan yang sangat cepat yang bahkan tidak akan meninggalkan satu tetes darahpun pada mata pedang. [God Slash], sebuah skill yang dia rasa membatasinya dengan ranah dewa.
Ketika pedang tersebut keluar dari sarungnya, sangat tidak mungkin bagi musuh bahkan untuk melihatnya datang.
Kedua martial arti ini; kewaspadaan mutlak dan sabetan bagaikan dewa, serangan yang tak bisa terelakkan digabungkan dengan [Field] dan [God Slash] membentuk suatu kartu as baginya.
Targetnya adalah mengarah kepada titik vital.
Idealnya adalah leher.
Ini adalah skill tersembunyi miliknya -- Wind of the Great Forest (Angin Hutan Besar)
Meskipun jika vampire itu tidak berdarah, memotong lehernya akan mengamankan kemenangannya.
"Apakah kamu sudah siap sekarang?"
Di depan Brain, dalam kesunyiannya dan nafasnya yang tajam, Shalltear hanya mengangkat bahunya karena bosan.
"Aku akan berasumsi kamu sudah siap dan mulai menyerang. Jika kamu mempunyai sesuatu untuk dikatakan, sekarang adalah saatnya."
Setelah sesaat--
"Aku akan menghancurkanmu."
Dengan sebuah deklarasi gembira, Shalltear melangkah maju.
Terus saja ngoceh selagi bisa. Mari kita lihat apakah kamu bisa tenang setelah aku memisahkan kepala dari tubuhmu.
Dia tidak mengatakannya dengan keras, jika dia membuka mulut, maka konsentrasinya selama ini akan sia-sia.
Shalltear, yang kelihatannya tidak perduli dengan dunia ini, mendekati Brain. Dia berjalan tanpa pertahanan sama sekali, seakan dia akan pergi piknik.
Melihat musuhnya penuh dengan kelengahan, Brain berusaha untuk tidak menyeringai.
Bodoh, hanyalah satu-satunya cara untuk menjelaskannya. Namun, dia tidak akan memberinya kesempatan.
Sambil mengaktifkan [Raise Stats], Brain menunggu musuhnya masuk ke dalam [Field]. Dia mengkonsentrasikan semuanya untuk saat ketika musuhnya itu akan masuk ke dalam jangkauan pedangnya. Monster bodoh ini berpikir bahwa mereka adalah yang terkuat, mereka semua sama saja. mereka pikir bahwa manusia itu lemah, tubuh kami rapuh, kemampuan kami tidak ada apa-apanya.
Tapi aku akan mengajarimu seberapa bahayanya meremehkanku.
Brain bersumpah di hatinya. Martial Art diciptakan agar manusia bisa melawan musuh yang jauh lebih kuat dari mereka.
-Aku akan membunuhnya dengan sekali serang.
Semakin bangga mereka, semakin putus asa mereka nantinya ketika terpojok. Jika dia tidak bisa membunuh gadis itu dengan sekali serang, tidak diragukan lagi dia akan memerintahkan pelayannya untuk bergabung dalam pertarungan. Maka situasinya akan berubah menjadi dua lawan satu, bahkan Brain tidak percaya diri mampu melawannya.
Itulah kenapa dia harus menyelesaikan ini dalam sekali pukulan.
Wajahnya tidak bergerak, Brain diam-diam mengejeknya.
Mendekat tanpa perduli apapun, dia tidak mengerti bahwa dia sedang berjalan menuju pisau Guillotine.
Hanya tiga langkah lagi, dua langkah.
... satu.
Lalu ---
-kepalamu adalah milikku!
Berpikir demikian, Brain meletakkan seluruh kekuatannya pada sabetan pedangnya.
"Tsuu!"
Nafasnya sangat tajam dan pendek.
Katana yang meledak dari sarungnya dan bisa menebas menembus udara menuju leher kosong dari Shalltear.
Kecepatannya seperti kilatan petir. Cepat sekali sampai-sampai ketika cahayanya masuk ke dalam penglihatanmu, kepalamu pasti sudah menggelinding di tanah. Jutaan kali mengulang akhirnya membuat hasil sebuah kecepatan yang sudah masuk ranah dewa.
Aku mendapatkannya.
Brain sangat yakin --
-- dengan membuka matanya lebar-lebar.
Sabetan yang bisa memotong udara dengan seluruh kekuatan di belakang itu. Jika dia berhasil menghindar, maka dia akan terpaksa mengakui bahwa musuhnya lebih kuat bahkan dalam imajinasinya yang paling liar yang muncul di depannya.
Namun -