dalam ruang pribadi, seorang pria berhenti merawat senjatanya dan memfokuskan telinganya pada suara berisik.
Suara seperti orang berlari, teriakan samar di kejauhan.
Sudah jelas mereka sedang diserang, tapi kekuatan dan jumlah musuh masih belum diketahui meskipun kenyataannya mereka dilatih untuk meneriakkan informasi penting seperti itu.
Tidak mungkin dia kebetulan tidak mendengarnya juga. Meskipun dia sedang berada di dalam ruangan, itu hanya sebuah lubang di dinding yang dibuat seolah-olah ruangan dengan kelambu yang berperan sebagai pintu. Meskipun kelambunya tebal, tidak cukup untuk menghalangi suara dengan penuh.
Kelompok tentara bayaran mereka, "Death Spreading Brigade" memiliki anggota berjumlah tujuh puluh. Meskipun tidak ada dari mereka yang sekuat dirinya, beberapa diantaranya adalah veteran yang selamat dari banyak pertempuran.
Tidak mungkin orang seperti mereka akan jatuh ke dalam kekacauan seperti ini hanya dari kelompok kecil. Apakah itu artinya musuh datang dengan kekuatan besar? Tapi tidak ada suara yang cukup mengindikasikan adanya pertarungan besar, dan dia tidak bisa merasakan kehadiran dari banyak musuh pula.
"Kalau begitu... apakah itu adalah para petualang?"
Sedikit jumlahnya, namun sangat kuat dalam bertarung, maka perasaan tidak nyaman ini akan cocok.
Pria itu pelan-pelan berdiri dan mengikatkan senjatanya ke pinggang. Untuk armor, dia menggunakan chainmail. Mudah dipakai dan tidak memerlukan banyak waktu untk memakainya. Selanjutnya, dia meraih sebuah kantong yang mengandung beberapa botol keramik potion dan mengamankannya ke dalam ikat pinggangnya dengan ikatan. Setelah sudah dilengkapi dengan kalung dan cincin, yang dibumbui dengan magic pelindung, persiapannya sudah lengkap.
Pria itu menyingkirkan kelambunya, seakan ingin merobek dari kaitnya, dan melangkah keluar menuju lorong darurat.
Dengan lebar yang sama, lorong itu diterangi dengan lentera [Continual Light] yang terang dan sulit dipercaya jika ini ada di dalam gua.
Lampu itu menunjukkan seluruh penampilannya. Dibalik baju, tubuhnya kurus tidak kerempeng, dan ototnya sekeras baja dan cukup sering ditempa melalui pengalaman, daripada latihan,
Rambutnya dipotong tidak karuan, panjangnya bahkan tidak ada yang sama, dan menjorok ke arah yang acak. Matanya yang coklat menatap lurus ke depan, dan sebuah seringai muncul di bibirnya. Rambut pendek di janggutnya memberikan penampilan tersendiri.
Meskipun penampilannya tidak rapi, gerakannya sangat lembut dan elegan, mirip dengan binatang liar.
Saat dia berjalan menuju pintu masuk dimana serangan terjadi, pria lain muncul menuju arahnya. Dia mengenali wajah yang familiar itu sebagai sekutunya. Segera setelah pria itu melihatnya, wajahnya bersinar cerah dan lega, seakan jika mengatakan kemanangan itu sudah dijamin.
"Ada apa?"
"Serangan musuh, Brain-san!"
Pria itu -- Brain tertawa pahit dan membalas.
"Aku tahu itu, penyerangnya? siapa mereka?"
"Ada dua orang, keduanya wanita."
"Wanita? dan hanya dua? Blue Rose... Tidak, itu tidak mungkin."
Saat kepalanya mulai berpikir, Brain melanjutkan untuk menuju ke sumber keributan.
Kelompok petualang terkuat di kingdom dikenal dengan "Blue Rose" dan terdiri dari lima orang wanita. Dulu, dia pernah menghadapi seorang wanita tua yang bisa menyamainyaa dari pukulan ke pukulan dan keduanya bertarung dengan seimbang. Ada juga sebuah rumor bahwa assassin terkuat dari empire adalah seorang wanita.
Wanita kuat bukanlah hal aneh. Lagipula, perbedaan kekuatan fisik antara pria dan wanita bisa dipenuhi dengan mudah oleh magic.
Tentu saja, tubuh terkuat disandingkan dengan kekuatan magic yang terkuat itu artinya orang itu tak terkalahkan.
Brain bisa merasakan hatinya gembira karena menunggu membayangkan bertarung melawan musuh yang cukup tangguh yang melawan mereka langsung.
"Ah kamu tak perlu datang denganku. Mundurlah ke dalam dan perkuat pertahanan."
Setelah berkata kepada tentara bayaran seperti itu, Brain melangkahkan kakinya dengan kuat dan berjalan menuju musuh yang kuat dari permukaan.
Brain Unglaus.
Asalnya adalah seorang petani, dia dianugerahi dengan yang bisa disebut sebagai bakat dari dewa dalam penguasaan pedang. Bersama dengan bakat alaminya, dia tak pernah kalah dengan senjata di tangan. Meskipun dalam peperangan, dia adalah orang jenius yang luka terburuknya adalah goresan.
Tak pernah merasakan kekalahan dengan pedang, dia selalu berjalan di jalan kemenangan.
Semuanya percaya padanya, dan dia sendiri tak pernah meragukan kemampuannya. Namun, sebuah perubahan dramatis datang kepadanya di sebuah turnamen yang diselenggarakan oleh istana Kingdom.
Dia ikut bukan karena mengincar juara. Dia hanya ingin menunjukkan kemampuannya ke seluruh Kingdom. Dia percaya bahwa mereka akan berlutut kepada kekuatannya. Tapi hasilnya, dia menghadapi situasi yang tidak bisa dipercaya.
Kekalahan.
Kekalahannya yang pertama sejak dia memegang pedang, tidak, mungkin sejak dia dilahirkan.
Yang mengalahkannya adalah seorang pria yang bernama Gazef Stronoff. Dia sekarang mengabdi sebagai Kapten Knight dari Re-Estize Kingdom, dan dikenal sebagai pria terkuat di seluruh negara.
Kedua pria itu telah memenangkan seluruh pertempuran mereka hampir sekejap, tapi pertarungan diantara mereka masih lama dan berkepanjangan, seakan mereka menyimpan seluruh waktu mereka untuk pertarungan yang satu ini.
Pada akhirnya, Gazef menyelesaikan pertarungan dengan menggunakan martial art [Fourfold Slash of Light]. Sebuah pertarungan yang masih dibicarakan hingga hari ini, tak ada yang menanyakan bagaimana seseorang dari kelas bawah naik ke posisi Kapten Knight. Itu adalah sebuah pertarungan dengan skala dimana bahkan para bangsawan yang tidak menyukai Gazef harus mengakui bahwa dia tidaklah lemah.
Pemenangnya diguyur dengan kejayaan, tapi bagi yang kalah, seakan semua yang Brain bangun hingga titik ini telah runtuh. Meskipun pertarungannya ketat, Brain menyadari bahwa kepercayaan dirinya menjadi yang terkuat hanyalah khayalan yang lahir dari si bodoh yang berpikiran sempit.
Selama satu bulan, dia mengunci diri di dunianya sendiri. Orang biasa akan menenggelamkan diri ke dalam alkohol, tapi Brain melempar keputusasaannya dan bertekad keras.
Dia menolak banyak penawaran pekerjaan dari para bangsawan, dan mencari kekuatan untuk pertama kalinya.
Dalam mengejar kekuatan, dia melatih tubuhnya.
Dalam mengejar magic, dia mengumpulkan pengetahuan.
Orang yang berbakat bekerja keras seperti orang biasa.
Kekalahannya membuatnya naik ke level baru.
Alasan dia menolak penawaran pekerjaan dari para bangsawan adalah karena dia tidak ingin kemampuannya berkarat. Agar dia bisa melatih kemampuannya hingga batas teratas, dia membutuhkan musuh. Karena dia tidak melatih dirinya untuk pamer, Brain membutuhkan pekerjaan yang menyediakan segudang kesempatan untuk merasakan pertarungan sebenarnya sambil membawa uang.
Mungkin saja memperoleh pendapatan sebagai petualang, tapi jalan itu tertutup baginya. Pekerjaan seorang petualan menawarkan sedikit hingga hampir tak ada kesempatan untuk bertarung melawan manusia. Membantai monster tidak buruk, tapi tujuan tertinggi dari Brain adalah untuk mengalahkan Gazef. Untuk itu, dia membutuhkan musuh manusia.
Dengan pilihan yang terbatas, dia memilih untuk bekerja sebagai anggota "Death Spreading Brigade". Tapi sebenarnya, kelompok tentara bayaran apapun baginya bukan masalah.
Dia hanya memiliki satu tujuan.
Untuk menghapus malu di masa lalunya, merubah kekalahan menjadi kemenangan.
Untuk meraih kekuatan agar tercapai tujuannya, dia membutuhkan senjata. Dia rela membuat semuanya untuk bisa memiliki senjata yang dia inginkan.
Senjata Magic sangat mahal, tapi yang sangat dia inginkan bukanlah senjata magic biasa.
Jauh di selatan, di luar Kingdom - ada kota di tengah-tengah gurun. Diantara barang-barang yang biasanya mengalir keluar dari kota itu adalah sebuah senjata yang, bahkan tidak diberi mantra, jauh melebihi kemampuan memotong dari senjata magic biasa. Ada harga yang setara dengannya, sangat banyak dan bisa membuat mata orang-orang akan meloncat keluar dari lubangnya ketika melihat itu. Itulah senjata yang dia inginkan.
Dan akhirnya, dia berhasil mendapatkan sebuah [Katana].
Sekarang ini, kekuatan Brain telah sampai pada batas dari potensi manusia. Dia sangat percaya diri bahwa dia bisa dengan mudah mengalahkan Gazef. Namun, dia tidak pernah membiarkan kepercayaan diri itu mengatur otaknya dan terus berlatih dengan rajin setiap hari.
Ketika dia memejamkan matanya, bahkan sekarang, dia bisa melihatnya dengan jelas, gambaran seorang Gazef ketika pertarungan hebat mereka.
Dia bisa dengan mudah menghindari serangan Brain yang tak pernah bisa sekalipun dihindari dan diserang balik oleh orang-orang yang dia lawan sebelumnya dengan empat serangan berkelanjutan.
Dia tidak lagi teringat penampilannya saat kalah. Namun, apa yang terbakar di ingatannya adalah gambaran dari pemenang yang mengalahkannya.
Saat Brain mendekati pintu masuk, bau darah segar menggantung di udara. Dia tidak lagi bisa mendengar teriakan, itu artinya mereka yang telah bertarung di dekat pintu masuk semuanya sudah terbunuh. Baru dua atau tiga menit.
Sepuluh pria yang ditempatkan di dekat pintu masuk diberi tugas untuk fokus pada pertahanan, untuk mengulur waktu bagi yang lainnya untuk membuat persiapan sebelum pertarungan. Bisa membunuh orang-orang ini dengan cepat--
"Jika hanya ada dua dari mereka, mereka pasti sekuat aku."
Wajah Brain mengeluarkan seringai.
Dia melanjutkan langkah cepatnya dan meminum salah satu potion dari kantung di ikat pinggangnya. cairan yang pahit dan kuat mengalir ke dalam tenggorokannya lalu ke perutnya. Dia lalu menenggak habis sebuah botol lain.
Dia bisa merasakan panas dari perutnya yang menyebar ke setiap tubuh. Dalam responnya, suara dari otot yang mengembang dan tumbuh kuat sampai telinganya.
Perubahan cepat karena efek menguatkan dari potion.
Yang pertama dia minum adalah potion [Lesser Streth], sementara yang kedua adalah [Lesser Dexterity].
Sebenarnya tidak perlu menelan potion secara langsung agar bisa bekerja; hanya mencipratkan dosis yang tepat pada tubuh sudah cukup. Tapi Brain selalu berpikir bahwa dengan meminumnya kelihatannya lebih efektif. Tentu saja, itu hanya imajinasinya saja, tapi imajinasi suatu ketika bisa mengeluarkan kekuatan ketika sudah tidak ada.
Dia lalu menghunus katana miliknya, dan menambahkan minyak pada mata pedangnya. Minyak itu mengeluarkan cahaya samar, lalu menghilang, seakan diserap oleh katana. Minyak itu disebut [Magic Weapon], dan meskipun efeknya hanya sementara, itu bisa menyuntikkan magic ke dalam pedang lalu menguatkan ketajamannya.
"Activate 1, Activate 2."
Kalimat itu memicu kalung dan cincin yang dia pakai dan sebuah magic yang samar menyelimuti tubuhnya.
[Necklace of Eye], seperti namanya, melindungi matanya ketika diaktifkan. Tahan terhadap status blind, night vision, menyaring cahaya. Seorang warrior yang tidak bisa mendaratkan pukulan adalah tidak berguna. Penglihatan yang terhalang, atau membuat jarak dan menyerang dengan serangan jarak jauh semuanya adalah taktik umum yang digunakan oleh petualang. Brain sekali pernah kalah dengan petualang yang menggunakan taktik itu.
[Ring of Magicbound] membuat pemakainya bisa mengikat mantra level rendah kepada item dan mengaktifkannya dengan cincin sebagai katalis. Cincinnya membawa [Lesser Protection Energy], yang membuatnya bisa menahan damage elemental.
Jika memang hanya ada dua musuh, maka persiapan ini sudah cukup. Akan sangat telat untuk menyesali tidak mengaktifkan ini sebelumnya nanti.
Dengan ini, persiapannya sudah selesai.
Dia mengumpulkan panas yang mengalir keluar dari dalam tubuhnya dan mengeluarkannya dalam sekali hembusan nafas.
Saat ini, dengan fisik yang diperkuat seperti ini, Brain kelihatannya telah mencapai puncak tenaga manusia. Dengan sikap arogan yang bisa menghalangi diri dari kepercayaan pada kemampuannya yang absolut, Brain berpikir di dalam otaknya dengan sebuah seringai.
Karena aku sudah repot-repot seperti ini, sebaiknya mereka memang layak.