Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 45 - Brita Sang Petualang

Chapter 45 - Brita Sang Petualang

Ketika Ainz merasakan persoalan ini sudah selesai dan ingin pergi, seseorang menghentikannya:

"Hey, hey, hey!"

Dia menoleh dan melihat wanita yang berteriak sedih mendekatinya begitu saja.

Dia berusia sekitar 20 tahun atau lebih muda, rambutnya yang acak-acakan dipotong pendek agar mudah bergerak.

Tak perduli bagaimana kamu menyebutnya, rambunya tidak rapi. Jujur saja, terlihat seperti sarang burung.

Tampilannya tidak buruk, matanya tajam, dia tidak memakai makeup dan kulitnya berwarna seperti gandum setelah terkena matahari dalam waktu lama.

Lengannya memiliki otot yang solid dan tangannya penuh dengan kapalan karena memegang pedang.

Kesan pertama yang datang bukan 'wanita' tapi 'warrior'.

Sebuah kalung medal besi tergantug di atas dadanya, berayu keras ketika dia berjalan.

"Lihat apa yang kamu lakukan!"

"Ada apa?"

"Huh?Kamu bahkan tidak tahu apa yang kamu lakukan?"

Wanita itu menunjuk meja yang berantakan.

"Karena kamu melempar orang itu kesana, potion milikku, potion berhargaku pecah!"

"Itu hanya sebuah potion.."

_________________________

Note: Potion=Sejenis obat yang memiliki efek penyembuhan dengan cepat/regenereasi luka/recovery, maupun meningkatkan kekuatan fisik dalam waktu tertentu juga ada yang berefek menghilangkan rasa kelelahan setelah bertarung. Sebuah potion sangat penting bagi petualang karena potion ibarat kamu memiliki tubuh berlipat-lipat nyawa. Biasanya didalam game potion berbentuk cairan.

____________________________

"..Aku bahkan tidak makan untuk menabung uang untuk membelinya. Aku baru saja membeli potion itu hari ini, tapi kamu sudah memecakannya! Tak perduli seberapa bahayanya berpetualang itu, potion itu akan membuatku aman. Tapi kamu memecahkan harapan itu dan masih menunjukkan sikap seperti itu? ini benar-benar membuatku marah."

Wanita itu mengambil langkah lain lagi untuk mendekat ke Ainz.

Berdiri di depannya adalah banteng yang marah, menatapnya tajam dengan mata haus darah.

Ainz menahan helaan nafasnya. Itu adalah kesalahannya karena melemparkan pria itu tanpa berpikir kemana dia akan mendarat, tapi Ainz juga punya alasan, jadi dia tidak akan menggantinya dengan mudah:

"..Bagaimana kalau kamu meminta uang kepada orang-orang itu? Jika dia tidak mengulurkan kakiknya yang pendek, tragedi seperti ini tidak akan terjadi, bukankah begitu?"

Ainz menatap tajam kepada teman-teman orang itu melalu lubang penutup kepalanya.

"Ah. benar sekali..."

"Tapi..."

"Lupakan saja, tidak perduli siapa, ganti saja potionnya.. harganya 1 koin emas dan 10 koin perak."

Pria-pria itu menundukkan kepala mereka; kelihatannya mereka tidak mempunyai uang untuk membayarnya. Lalu wanita itu melihat Ainz lagi:

"Seperti yang kuduga, Tentu saja mereka tidak mempunyi uang, melihat cara mereka minum. Dengan armor se-keren itu, kamu pasti punya beberapa potion khan? Ainz mengerti mengapa wanita itu meminta kompensasi darinya. Ini adalah kasus yang sedikit sulit."

Setelah berpikir sejenak, Ainz memberanikan diri dan berkata:

"Aku memang punya beberapa.. tapi itu adalah recovery potion benar khan?"

"Benar sekali. Aku bekerja keras -"

"Ya, ya, kamu tidak perlu mengatakannya. Aku akan menggantinya dengan sebuah potion dan menyelesaikan masalahnya."

Ainz mengambil potion grade rendah dan memberikannya kepada wanita itu. Wanita itu melihat potion dengan ekspresi aneh dan menerima agak ogah-ogahan.

"..Apakah kita sudah impas?"

"Yeah, semuanya baik saja."

Wanita itu terdengar seperti ingin berkata sesuatu, tapi Ainz mengabaikan keraguan di hatinya. Lebih penting lagi, dia khawatir Narberal mulai membuat kerusuhan besar.

Bahkan setelah Ainz memperingatkannya, mata Narberal terlihat tajam.

Beberapa orang merasa tidak enak setelah merasakan tatapannya yang membunuh.

"Ayo pergi."

Ainz berkata kepada Narberal dengan nada yang menunjukkan menahan diri dan pergi ke pemilik kedai.

Dia mengeluarkan dompet kulit, mengambil koin perak dan meletakkannya di tangan kasar pemilik.

Pemilik itu diam menerima perak ke dalam kantungnya dan mengambil beberapa koin tembaga.

"Ini 6 koin tembaga kembaliannya."

Dia meletakkan koin tembaga di sarung tangan Ainz dan meletakkan sebuah kunci kecil di counter:

"Kamar pertama di kanan, tangga atas, kamu bisa meletakkan barangmu di lemari di belakang tempat tidur. Aku tak perlu mengingatkanmu untuk tidak mendekati kamar orang lain sembarangan. Akan repot jika ada salah paham terjadi, tapi itu bukan cara yang buruk untuk membuat orang lain mengenalmu. Kamu kelihatannya bisa mengurus situasi apapun, hanya jangan membuat masalah untukku."

Pemilik itu menatap pria yang mengerang di lantai.

"Aku mengerti. Tolong persiapkan minimum perlengkapan yang dibutuhkan. Kami kehilangan barang kami dan Guild mengatakan kepada kami anda akan mempersiapkannya untuk pelanggan anda jika kami meminta."

Pemilik itu melihat Ainz dan Narberal dan memandang dompet kulit Ainz:

"Yeah, paham. Aku menyiapkannya sebelum makan malam. Kamu harus mempersiapkan uangmu juga."

"Tentu. Nabel, kita pergi."

Ainz menaiki tangga yang sudah tua dan berderit bersama Narberal dan menuju kamarnya.

Setelah figur Ainz menghilang di lantai dua, teman-teman dari pria yang dilempar oleh Ainz cepat-cepat merapal mantra penyembuh kepadanya.

Tindakan mereka seperti menyalakan sumbu, dan kedai itu menjadi gaduh lagi.

"...Kelihatannya dia setanggung tampangnya."

"Pasti. Kekuatan lengan itu terlalu kuat, bagaimana dia berlatih untuk bisa sampai level itu ya?"

"Tak ada senjata selain dari dua pedang besar di punggungnya, dia pasti sangat percaya diri."

"Mengapa ini terjadi lagi.. sekarang ada orang lain yang akan langsung mengungguli kita!"

Percakapan itu dipenuhi dengan helaan nafas, terkejut dan takut.

Semua yang tahu dari semula Ainz bukanlah petualang biasa.

Petunjuk pertama adalah perlengkapannya yang mewah. Armor full body tidaklah murah, hanya mereka yang terus bertualang dan mempunyai pengalaman yang banyak yang bisa membelinya.

Hanya mereka yang naik ke rangking medali perak yang bisa mengumpulkan kekayaan dengan upah misi mereka.

Tapi ada beberapa orang yang mewarisi atau mengambilnya dari medan pertempuran atau dungeon.

Itulah alasan mereka yang ingin tahu kekuatan dia sebenarnya. Semuanya adalah teman dan saingan di waktu yang sama.

Mereka semua ingin tahu kemampuan dari orang baru, jadi proses semacam itu tadi akan terus berulang.

Semua yang hadir melewati ritual yang sama. Tapi tak ada satupun melewati ritual itu dengan mudah.

Itu artinya dua orang yang memakai medali tembaga... Tak perduli itu adalah teman atau saingan, mereka pasti sangat kuat, itu adalah bukti bagi siapapun yang melihat mereka.

"Bagaimana kita menghadapi mereka berdua?"

"Tidak-tidak!, bisa menggoda si cantik itu lagi."

"Tapi jika hanya ada dua orang dari mereka, mereka bisa bergabung dengan tim kita."

"Kamu salah; kita seharusnya yang meminta untuk bergabung ke kelompok mereka."

"Aku penasaran bagaimana tampangnya dibalik penutup kepala itu."

"Aku akan menguping dari ruangan sebelah pria itu malam ini."

"Dia menyebut Gazef Stronoff, Salah satu dari petarung terkuat diantara kerajaan tetangga tadi khan? Jangan-jangan dia adalah murid dari Kapten Prajurit?"

"Itu mungkin saja. Biarkan aku yang membawa tanggung jawab berat ini dengan pendengaranku yang bagus (telinga pencuri)".

Saat kerumunan itu mendiskusikan dua orang misterius itu dengan semangat tinggi, pemilik kedai itu berjalan menuju salah seorang petualang:

Itu adalah wanita yang mendapatkan potion dari Ainz.

Wanita itu namany Brita- Brita mengalihkan tatapannya dari potion merah yang ditatapnya dalam-dalam dan melihat ke arah pemilik dengan ekspresi bengong.

"Potion apa itu?"

"Entahlah?"

"..Hei, kamu bahkan tidak tahu? Bukankah kamu yang menerima kompensasi langsung karena kamu tahu harga dari potion ini?"

"Itu tidak mungkin, aku tak pernah melihat potion seperti ini sebelumnya. Bukankah kamu kemari untuk melihatnya juga karena kamu belum pernah melihat ini sebelumnya juga khan, pak tua?"

Brita menebak dengan benar.

"Bisakah potion ini memenuhi kompensasimu? Potionmu yang pecah adalah fakta, ya khan? Ini mungkin lebih murah yang kamu beli."

"Mungkin saja...ini adalah pertaruhan, tapi aku yakin aku akan tahu. Ini diberikan kepadaku oleh orang yang memiliki armor mewah setelah dia mendengar harga potionku."

"Oh begitu..."

"..Aku tak pernah melihat recovery potion dengan warna yang aneh itu; Mungkin saja itu item langka. Jika aku ragu-ragu kala itu dan memintanya membayar dengan uang sebagai gantinya, mungkin sama seperti meninggalkan sarang harimau dengan tangan hampa. Aku akan mencari tahu harganya besok."

"Oh, aku akan mengurus biaya penaksirannya. Bukan hanya itu, aku bahkan akan merekomendasikan tempat yang bagus untukmu."

"Pak Tua?"

Brita mengerutkan dahi. Pemilik kedai itu bukanlah orang jahat, tapi dia pastinya bukan orang yang dermawan begitu saja. Pasti ada apa-apanya.

"Hey, jangan memandangku seperti itu. Aku hanya ingin kamu katakan padaku efek dari potionmu."

"Apakah itu rencanamu?"

"Itu adalah tawaran yang bagus khan? Dan dengan koneksiku, aku bisa memperkenalkanmu kepada farmasist terbaik, Lizzie Bareare itu."

Brita terkejut.

Banyak tentara bayaran dan petualang yang berkumpul di E-Rantel, jadi vendor-vendor spesialisasi dalam senjata dan perlengkapan bisa mendapatkan uang banyak, dengan perdagangan recovery potion menjadi yang paling menguntungkan.

Itulah kenapa E-Rantel mempunyai farmasist lebih banyak dari kota lain.

Namun di depan kompetisi yang banyak itu, Lizzie Bareare memegang titelnya sebagai farmasist terbaik.

Diantara semua farmasist di dalam kota, dia bisa membuat potion rumit dalam jumlah besar. Karena pemilik sudah menyebutkan Lizzie Bareare, Brita tidak bisa menolaknya.