Chereads / WHO? / Chapter 3 - 02. Sebuah Kejadian

Chapter 3 - 02. Sebuah Kejadian

Apa-apaan ini, dipagi buta dirinya dibangunkan secara paksa oleh adiknya yang kelewat kejam itu hanya untuk menemaninya belanja ke pasar?!

Damn it!

Seharusnya pagi ini ia bersantai santai diatas kasurnya yang empuk itu. Menikmati mimpi indahnya. Tapi dalam sekejap, adiknya ini mengacaukan semuanya. Impiannya-pun lenyap seketika. Benar benar adik yang menyebalkan!

***

Pasar terlihat begitu ramai hari ini, dibanding dengan hari hari sebelumnya. Entah ada apa yang membuat pasar ini begitu ramai. Tetapi ia merasa...

Tidak peduli.

"Nia! Ayolah jangan ditekuk seperti itu wajahmu. Nanti cantikmu hilang," hibur si adik. Sedang yang dihibur hanya mendengus kesal.

Oh ya, ngomong ngomong kalian belum mengetahui siapa nama adiknya itu, ya? Hmm.

Barea Smith, itulah namanya. Seorang gadis dengan sifatnya yang sangat menyebalkan bagi seorang Nia. Maklum saja, hampir setiap waktu adiknya itu selalu mengganggunya--tidak pernah absen sekalipun.

Hebat, 'kan?

Saking hebatnya, bahkan Nia sendiripun tidak akan segan untuk menendangnya pergi dari kehidupannya itu agar ia bisa mendapat kehidupan yang tenang.

"Nia! Ayolah jangan cemberut seperti itu. Lain kali aku janji tidak akan memaksamu ikut. Sebagai gantinya, kau boleh membeli apa saja yang kau mau. Aku akan mentraktirmu," ucap Barea yang ia yakini tidak akan ditolak oleh kakaknya.

Namun sayang, Nia hanya melirik sekilas, tak tertarik pada tawaran adiknya. Menurutnya, tawaran yang diberikan adiknya itu tak lebih baik daripada tidur paginya.

"Huft," menyerah. Baiklah, Barea menyerah kalau kakaknya sudah merajuk seperti ini. Bisa bisa nanti kakaknya akan mendiamkannya sampai berhari hari. Tidak itu tidak boleh.

Sambil mengangkat kedua tangannya bak buronan yang tertangkap, ia berkata, "Oke, oke. Aku akan menuruti semua kemauanmu hari ini. Tidak akan membantahmu. Juga kau akan bebas dari gangguanku. Aku menyerah."

Sementara Nia hanya tertawa pelan melihat adiknya seperti itu. Lucu sekali.

"Hari ini saja?"

"Sudah cukup baik aku memberimu tawaran," ujarnya sambil berdecak

"Oke, oke," Nia menaikkan alisnya. Hm, sepertinya hari ini akan menyenangkan. Dia akan menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.

"Bersiaplah Rea, aku akan membuatmu menderita," batin Nia tersenyum kemenangan

***

Senyuman tak terlepas sedikitpun dari wajah Nia. Ia begitu bahagia hari ini. Bagaimana tidak, sedari tadi ia memperlakukan Rea, adiknya seperti seorang budak. Sedangkan Rea, berusaha untuk sesabar mungkin menghadapi perlakuan kakaknya ini. Huh, Rea menyesal mengatakan hal itu.

"Reaaa!! Aku inginn ituuu!" Pinta Nia

"Huft, baiklah. Tapi, mana uangmu?" Tanya Rea

"Pakai uangmu,"

"Ehh.. kok bisa?" protes Rea

"Bukankah kau tadi mengatakan padaku bahwa kau akan menuruti semua keinginanku, kan? Nah, sekarang aku ingin kau membelikanku barang yang aku mau," jelas Nia

"Tetapi aku tidak mengatakan bahwa kau boleh memakai uangku," sahutnya tak terima

"Bukankah sebelumnya kau juga mengatakan padaku bahwa kau akan mentraktirmu?"

"Itukan sebelum aku pasrah padamu. Jadi, hal itu tidak berlaku," ucap Rea sewot

"Huh! Baiklah, baiklah. Ini ambil uangnya," ucapnya sambil memberi uang dengan sedikit berat hati dan adiknya pun langsung membelikannya barang yang ia mau tanpa memperdulikan raut wajah kakaknya yang kesal.

"Tidak bisa apa, dia berbaik hati padaku. Benar benar adik yang tidak pengertian! Huh!" gerutu Nia

***

Lama menunggu Rea yang tak kunjung kembali, Nia merasakan kebosanan yang luar biasa. Heran. Kenapa adiknya itu lama sekali. Sudah setengah jam ia menunggu, namun adiknya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Perasaan khawatir mulai menggerogoti hatinya. Tanpa berpikir panjang, ia pun pergi menyusul adiknya itu.

***

⭕ Alexania P.OV

Mataku menyipit tatkala melihat dua orang terlibat dalam pertarurangan. Hmm.. Sepertinya aku mengenal perempuan itu. Kutajamkan penglihatanku sekali lagi, dan benar saja itu Rea!

Aduhh.. Mengapa Rea berkelahi dengan pemuda itu. Terlihat sekali dari perbedaan fisik keduanya, sudah jelas siapa yang akan memenangkan pertarungan ini.

Nia, ayo gunakan otakmu! Pikirkan bagaimana membuat mereka berhenti!

Mataku melirik lirik sekitar, mencari sebuah benda yang mungkin bisa membantu menyelamatkan Rea. Namun apalah daya, tak ada satupun benda yang bisa menyelamatkannya.

Kepalaku menunduk ketika tak sengaja melihat Rea dipukul perutnya. Aku meringis pelan.Ngilu. Mencoba mengabaikan, tiba tiba sebuah ide terlintas dalam benakku. Ku ambil batu batu kerikil yang ada di tanah dan langsung kulemparkan tepat di kepala si preman.

Dukk!

Sontak saja si preman langsung menoleh ke arahku. Kucoba beranikan diriku walau rasa takut mendominasi karena tatapan tajam si preman.

"Hentikan! Apa salah adikku hingga kau mencoba menghabisinya?" leraiku

"Ohh.. Jadi ini adikmu? Ganti rugi karena telah menyebabkan targetku kabur!" gertaknya

"Target?" alisku mengkerut.

"Ya, gara gara adikmu yang menghalangi jalanku ini, targetku jadi berhasil melarikan diri!"

"Tidak! Aku tidak tau jika dia sedang mencoba mengejar seseorang. Tetapi ini bukan salahku! Salah siapa dia berlari tidak lihat lihat, jelas saja aku tidak terima karena telah menjatuhkan pesananmu," bantah Rea

Bingung. Itulah yang kurasakan sekarang. Bagaimana caranya agar si preman ini pergi tanpa mengambil keuntungan. Huh.

"Nona, jika kau tidak mau ganti rugi, maka aku akan.." preman itu menoleh ke arah Rea, "..menghabisinya."

"Tidak bisakah kau selesaikan dengan cara baik baik?" tanyaku