Chereads / Jenius Yang Nakal / Chapter 75 - Kakak Dava

Chapter 75 - Kakak Dava

"Kakak Dava,,, jangan begitu! nggak apa-apa kok!" Alisya tersenyum ceria melihat sang manager yang sudah lama tidak dijumpainya.

"Kamu sudah semakin besar Alisya, Kenapa masih diluar? ayo masuk!" Ajak Dava cepat.

"Tadi dilarang sama... aakkhhh" Alisya menyikut perut Karin cepat.

"Aku akan menghukum pegawai itu secepatnya!" Begitu mendengar ucapan dari sang manager si pegawai yang sedari tadi memperhatikan dari jauh dengan cepat berlutut meminta maaf.

"Maaf kan aku pak,, aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu aku hanya menjalankan tugas sebagaimana biasanya!" suaranya serak dan pipinya basah karena air mata.

"Lain kali seharusnya kamu mencari tau dulu sebelum bertindak!" Dava membentak dengan nada rendah.

"Kak Dava,,, biasa aja kali kak... kan memang begitu peraturannya!" Alisya membantu karyawan wanita itu berdiri dari tempatnya.

"Terimakasih, terimakasih banyak! Maafkan saya sekali lagi" ucapnya masih terisak isak. beberapa pegawai lain memperhatikan dengan seksama kejadian tersebut untuk mengingatkan diri agar lebih berhati-hati.

"Jadi apa yang kalian cari? mau aku temani?" Dava menawarkan diri dengan sopan.

"Kak Dava kaku amat,,, Biar kami melihat-lihat saja dulu kesekeliling, kak Dava cukup memberi pendapat saja nanti okeh?" Karin langsung menyebarkan pandangannya kesuruh ruangan tersebut.

"Tentu saja, saya siap kapanpun itu!" Ucap Dava sambil undur diri memberi kesempatan kepada Karin dan Alisya untuk melihat-lihat dengan nyaman dibantu oleh beberapa pegawai lain.

Meski takut akan membuat kesalahan, senyum Alisya yang ramah dan Karin yang ceria membuat mereka sedikit mencair dan tak begitu kikuk saat melayani mereka berdua. Seketika tempat itu seolah menjadi wisata bagi Karin dengan berkeliling dari satu tempat ketempat yang lain. Alisya membiarkan Karin menikmati waktunya sambil memilih milih beberapa gaun yang akan dipakai olehnya dan Karin.

"Aku rasa ini akan sangat cocok untuknya, dia pasti akan sangat cantik memakai ini" Alisya tersenyum mengambil sebuah gaun berwarna hijau toska dengan untaian berlian Swarovski dibagian dadanya.

"Sepertinya anda sangat hebat dalam memilih baju, ini adalah branded ternama dan hanya satu-satunya di dunia. harganya cukup mahal tapi ini adalah pilihan yang tepat jika ingin menghadiri sebuah pesta ulang tahun karena desainnya yang tampak sederhana namun sangat elegan. Sebuah kemewahan yang tersembunyi" Seorang pegawai yang setia menemani Alisya tanpa bersuara sekarang dengan riang memuji ketajaman mata Alisya.

"Aku akan ambil yang itu! Bungkuskan secepatnya!" Seorang pelanggan muda yang memakai kaca mata langsung menunjuk ke arah gaun yang sedang dipegang Alisya.

"Maaf, tapi aku yang terlebih dahulu melihat Gaun ini" Alisya berusaha mempertahakan gaun ditangannya dengan sopan.

"Maaf nona Kanya,, tapi nona ini yang mengambilnya terlebih dahulu!" Ucap sang karyawan dengan sangat sopan.

Pelanggan itu membuka kacamatanya dengan angkuh.

"Aku bilang bungkus yah bungkus!!!!" bentak Kanya dengan ganas.

"Tapi...." Tamparan tiba-tiba saja melayang dipipi sang karyawan membuat pipinya memerah padam dan jatuh tersungkur.

****"

"Ma,,, mama...." Adith langsung menerobos masuk kedalam rumah mencari ibunya.

"Kenapa Ditya??? kamu kok baru pulang sudah triak triak sih?" Ibunya datang dengan wajah bingung.

"Ma... ada yang ingin aku tanyakan!" Adith langsung mengajak ibunya duduk di sofa dengan nyaman.

"Kamu kenapa sih?? kok serius amat!" Ibu Adith semakin penasaran.

Setelah mengambil nafas cukup dalam dan menenangkan diri, Adith mengatur nafasnya kemudian menatap dalam kearah ibunya.

"Apa benar tuan Ali adalah Alisya???" suara Adith tegas dengan sorot mata yang sangat serius.

Ibunya kaget bukan main dan tak bisa menyembunyikan ekspresinya kemudian seketika tubuhnya bergetar hebat.

"Jadi benar???" Mata Adith seketika memerah dan suaranya serak.

"Dari mana kamu mengetahuinya Dith?" Suara ibu Adith terdengar lemas.

"Kenapa mama nggak bilang selama ini???" Adith merasa sesak akan sebaris kekecewaan terhadap ibunya.

"Maaf akan mama nak, tapi mama sudah berusaha untuk memberitahumu selama ini hanya saja mama belum menemukan waktu yang tepat!" suara lembut ibu Adith berusaha menenangkan Anaknya.

"Apa Bapak juga tau? paman Dimas? Yogi?" suara Adith terdengar lebih berat dari sebelumnya.

Ibunya mendekatkan tubuhnya untuk memeluk Adith.

"Ayahmu sudah tau karena ibu memintanya untuk menyelidiki Alisya lebih dalam untuk memastikan kebenarannya, Pak Dimas dan nak Yogi sama sekali tak mengetahui apapun!" ucapnya sambil memukul mukul pelan pundak Adith.

"Kalau begitu ceritakan semuanya ma, kenapa Alisya tidak mengenaliku jika dia memang tuan Ali yang selama ini aku cari??? aku fikir tuan Ali adalah seorang anak laki-laki?" Adith melepaskan pelukan ibunya dengan lembut.

"Baiklah, sepertinya mama sudah tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi" Ibu Adith menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Karena traumamu ketika mengalami penculikan dan menghilangnya tuan Ali, kedua hal itu membuat ingatanmu bercampur aduk sehingga tak mengingat dengan pasti kejadian yang sesungguhnya. Kau pertama kali bertemu dengan tuan Ali adalah sekitar 10 tahun yang lalu, bukannya terakhir kali kalian bertemu" jelas ibunya dengan perlahan-lahan sembari terus memperhatikan kondisi Adith.

"10 tahun yang lalu aku bertemu dengan Alisya?" tanya Adith dengan wajah bingung.

"Benar, Alisya yang mendapat didikan sangat keras dari ayahnya yang menginginkan seorang anak laki-laki membuat Alisya berpenampilan seperti seorang anak laki-laki yang kemudian ia sering dipanggil tuan Ali oleh para pengawalnya. Saat itu Alisya tak sengaja menemukanmu dikejar oleh anjing si penculik yang dengan beraninya menghadang kumpulan anjing itu agar tidak menggigitmu. Dan beruntunglah para pengawal Alisya tidak berada jauh disana sehingga mereka bisa menyelamatkan kalian berdua dengan mudah! Sejak saat itu kamu dan Alisya saling berteman satu sama lain!" Lanjut ibunya tak mengalihkan pandangannya dari anaknya.

Adith mengatupkan kedua tangannya menunduk dalam meresapi tiap perkataan ibunya.

"Lalu kapan terakhir kali kami berpisah? kenapa Alisya tak mengingatku sama sekali?" Tanya Adith lirih.

"5 tahun yang lalu, lebih tepatnya saat kamu berusia 10 tahun ketika kamu masih duduk dikelas 5 SD, Alisya menghilang karena mengalami penculikan yang dilakukan oleh orang yang sama dengan orang yang menculikmu sebelumnya. Orang itu ternyata melihat Alisya yang menyelamatkanmu sehingga dalam beberapa waktu dia terus membuntuti Alisya. Alisya yang hanya terlihat bersama para pengawal yang untuk menyembunyikan identitas Alisya, saat itu mereka tidak menggunakan tanda pengenal seperti yang mereka gunakan sekarang sehingga si penculik hanya mengetahui bahwa Alisya hanyalah seorang anak dari orang kaya membuatnya semakin ingin membalaskan dendam kepada Alisya sehingga setelah membunuh dua orang pengawal Alisya, Dia berhasil menculik Alisya!" Kali ini suara Ibu Adith seolah tak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya membayangkan bagaimana takutnya Alisya seorang anak kecil melihat pembunuhan terjadi didepan matanya.