"Makasih kak Karan" Karin melambai ke kakaknya Karan yang mengantarnya.
"Belajar yang baik jangan banyak main!" teriak Karan dari dalam mobil.
"Memangnya aku anak kecil??? pergi sana!" Usir Karin kesal diperlakukan seperti anak kecil.
"Masih pagi sudah bertengkar!" Alisya datang sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik kakak tersebut.
Karin hanya tersenyum licik melipat tangan seolah menunggu kejadian selanjutnya.
"Halo Quenbi cengeng! kalau mau nangis jangan lupa bahu Oppa (Panggilan sayang untuk laki-laki dalam bahasa korea) siap sedia dengan kode 86" Teriak Karan setengah keluar dari pintu mobil sebelah kanan menggoda Alisya.
Alisya yang jengkel langsung saja menendang ban mobil Karan.
"Pergi sana sebelum ku hancurkan mobil kesayanganmu ini" Bentak Alisya dingin.
"Galak amat sih, yang ada Adith bakal lari loh..." godanya lagi dengan menyebut nama Adith yang membuat beberapa orang yang sedang memasuki gerbang ikut menoleh.
"Karin, kamu bawa suntik nggak??? gue minta yang dosis tinggi dong!" Alisya meminta tanpa melirik ke arah Karin dan menatap tajam lurus ke arah Karan.
Karan yang tertawa terbahak-bahak lalu dengan cepat membunyikan mobilnya dan berlalu pergi.
"Bukannya kau yang mengataiku masih terlalu pagi untuk bertengkar??" Goda Karin dengan senyum sinis.
"Kakakmu itu benar-benar menyebalkan dari dulu! Sini kamu... biarkan aku melampiaskan rasa kesalku padamu!" Alisya tersenyum jahat mengejar Karin yang dengan sekuat tenaga berlari dari Alisya.
Karin yang berlari kalang kabut menghindari keganasan Alisya membuatnya tak begitu memperhatikan keadaan yang berada dihadapannya. Sehingga dengan cepat dia menabrak seseorang.
"Kau tak apa-apa??" Alisya berusaha membangunkan Karin yang tersungkur di tanah.
"Ini gara-gara kamu! wajah mu yang tersenyum licik itu benar benar teror horor yang sangat sempurna. Aku jadi menabrak orang tau!" bentak Karin sambil berusaha bangun.
"Ahhh,," seseorang berusaha keluar dari semak belukar yang menjadi pagar tanaman.
"Bantuin tuh..." pukul Karin kepada Alisya menunjuk kepada orang yang kesulitan tersebut.
"Ppuhaaahhh... kenapa ada banteng disekolah kita???" tanya nya bernafas legah setelah keluar dari semak taman.
"Riyan??? Maaf,, aku tidak sengaja!!!" Karin berusaha membantu Riyan untuk duduk sedang Alisya hanya tertawa kecil.
"Oh jadi kamu Karin, tidak apa-apa aku baik-baik saja selama wajahku tidak lecet dan kotor!" Ucapnya sambil mengelus wajahnya mencari apakah ada sesuatu yang salah.
"Wajahmu baik-baik saja kok! Aman..." Karin tersenyum canggung.
"Benarkah?? Bagaimana Alisya? Wajahku tetap ganteng?" Riyan bertanya dengan penuh percaya diri.
"Iya Ganteng,,, Gagal karena ke tabrak baNteng" Alisya tertawa kecil.
"Alisya!!! nggak kok, nih liat wajamu aman!" bentak Karin sambil menyerahkan cermin. Karin bukannya takut melainkan dia tidak ingin membuat orang nomor 3 ini memusuhinya karena kesalahan konyol.
Karin berusaha membersihkan sisa-sisa dedaunan yang menempel ditubuh Riyan lalu kemudian dengan lembut membersihkan daun yang menempel di pipi dan dahinya. Sesaat setelah Karin mengambil daun di tepi bibirnya, Jantung Riyan langsung berdetak dengan kencang terlebih saat Karin meniup kotorang di rambutnya.
Melihat tingkah Karin, Alisya berdiri dengan mengatupkan kedua tangannya sambil memperhatikan adegan romantis yang ada didepannya. Tanpa sepengetahuan Karin, Alisya mengambil Handphonenya lalu dengan cepat merekam kejadian tersebut dan mengirimkannya ke ruang Obrolan Grub mereka.
"Wow... apa yang mereka lakukan?" tanya Adora.
"Mereka pacaran?" tambah Emi.
"Tunggu dulu siapa yang mengirim ini?" lanjut Beni.
"Bukankah itu Riyan??" sela Febi.
"Sepertinya Adikku sudah semakin dewasa" imbuh Karan.
Ruang obrolan seketika meledak heboh. Alisya memicingkan matanya begitu melihat Karan masuk sebagai anggota grub mereka.
"Tidak cocok!" Adith muncul dengan emoticon love yang retak.
"Setuju!!!" Rinto muncul dengan emoticon marahnya.
Alisya tertawa jahat melihat seluruh komentar yang bermunculan.
"Apasih.. bantuin tau!!!" Karin kesal melihat Alisya tertawa sendirian.
Alisya menahan nafas mengambil Tas Riyan yang terjatuh.
"Kamu bisa berdiri kan???" tanya Alisya dingin.
"Maaf yah, aku benar-benar tak sengaja!" Karin memperlihatkan ekspresi tulusnya yang membuat wajah Riyan memerah. Baru kali itu dia dibuat terpesona oleh seorang wanita.
"Tidak apa-apa! aku juga baik-baik saja dan kamu sudah tulus meminta maaf!" Terang Riyan lembut.
"Syukurlah, kalau begitu kami pergi dulu" Karin ingin segera pergi berlari menjauh karena terlalu canggung.
"Sebentar!" Riyan menghentikan Karin.
"Ada apa?" Karin berbalik dan tersenyum canggung.
"Ayolah santai saja, Aku akan menerima permintaan maafmu dengan cara kamu harus hadir ke pesta ulang tahunku malam ini. Kamu bisa mengajak Alisya dan teman-temanmu yang lain agar semakin meriah!" Riyan menyodorkan undangan kepada Karin.
Sebuah kartu undangan eksklusif yang tampak seperti sebuah ATM platinum mewah. Sungguh Elite memang luar biasa dalam hal kemewahan.
"Apa kami benar harus pergi kesana?" Alisya bertanya dingin.
"Tentu saja, jika kalian benar-benar meminta maaf dengan tulus. selain itu aku mengundang Karin karena dia adalah Partnerku! bukankah begitu?" Ucap Riyan menunjuk ke arah Karin.
"Iya benar, akan kami usahakan!" terang Karin. Meski dia adalah partner dari Riyan, karena kesibukan Riyan mereka jadi jarang terlibat satu sama lain setelah acara festival lalu. Sehingga ia tidak merasa begitu akrab untuk datang kepestanya terlebih karena pesta dari orang elite adalah suatu tangga yang cukup berbeda dari apa yang mereka bayangkan.
*****
"Paman dimas, bisakah sekali lagi paman mencari tahu mengenai tuan Ali yang pernah aku temui didepan gedung perusahan kakek Alisya. Aku ingat bahwa paman bilang tuan Ali adalah cucu dari pemilik perusahan itu, sedangkan Alisya merupakan cucu satu-satunya tuan Takahashi. Tolong pastikan sekali lagi" Adith menutup telpon begitu ia selesai meminta bantuan dari pak Dimas.
Tepat setelah ia selesai, ruang obrolannya berbunyi tak henti-hentinya. setelah ia melihat isinya, ia tersenyum mengetahui siapa pelaku dari kejahilan tersebut. Sesaat kemudian Adithpun ikut berkomentar pendek.
"Adith, malam ini ulang tahun Riyan, kamu akan hadirkan? dia pasti sudah mengirimkan undangannya padamu!" tanya Zein duduk tepat disamping Adith.
"Dia bukan mengirimkan undangan padaku, melainkan sebuah ancaman dan aku tetap tak peduli dengan hal tersebut." Ucap Adith dingin.
"Ayolah, sudah lama sejak terakhir kali kita kumpul bersama, kamu selalu saja menghindar setiap kali kita ada acara kumpul. Riyan mengundang Karin kali ini" Zein masih berusaha membujuk Adith.
"Itu takkan merubah keputusanku meski dia mengundang artis sekalipun!" jawab Adith masih dingin.
"Benarkah? meski itu berarti Karin akan datang bersama Alisya?" pancing Zein.
"Alisya bukanlah tipe orang yang akan datang diacara seperti itu!" lanjut Adith lagi masih tak memperhatikan Zein dan bersikap acuh padanya.