"Mereka menyekapku dan menyiksaku. aku pikir aku akan mati disana pada saat itu. Namun kemudian, seseorang datang dengan nada mengancam. Ia mencoba membuat kesepakatan denganku!" lanjut Rinto menjelaskan dengan tenang.
"Aku pikir aku tau siapa mereka." Gumam Karin.
"Mereka menyebut nama tuan Ali, yang kemudian aku tau yang mereka maksud adalah Alisya, setelah mendengarkan pembicaraan mereka." Terang Rinto sekali lagi.
"Ya kau benar. itu adalah Alisya." karin mengiyakan.
"Mereka membiarkanku tetap hidup karena takut jika Alisya, tau kalau orang lain mati karena dirinya, maka kehidupan mereka akan lebih buruk lagi. Mereka mengancam akan berbuat lebih jika ini sampai diketahui oleh Alisya dan menyuruhku melaporkan kondisi Alisya, selama berada disekolah." Rinto membeberkan semuanya kepada Karin.
"Tidak! Aku rasa kejadian hari ini jangan sampai diketahui oleh mereka. Begitupula Alisya, dia tidak boleh tau kalau kau berhubungan dengan mereka." Karin meyakinkan Rinto.
"Aku tau!" Tegas Rinto di ikuti anggukan Yogi, karena lirikan Karin dan Rinto dengan pandangan bertanya padanya.
"Sepertinya aku melihat kau bukannya takut pada Alisya, tapi lebih terkesan sangat menghormatinya. Ada apa?" Tanya Karin yang merasa masih ada hal lain yang sedang disembunyikan oleh Rinto.
"Aku dibebaskan mereka setelah mereka merawatku di rumah sakit, namun sekolah dan geng lain masih mengincarku. Saat itu tanpa disengaja Alisya lewat dan menemukanku hampir sekarat di lorong karena dikeroyok. Ia dengan sigap menyelamatkanku dan membawaku kerumah sakit, setelah sebelmunya menyapu bersih seluruh pengeroyok diriku. Setengah sadar waktu itu aku melihat Alisya, yang seorang perempuan biasa tampak sangat keren saat berkelahi. Selain itu, dia membayar semua biaya rumah sakit." Rinto menatap Alisya dengan wajah memerah karena rasa kagumnya pada wanita yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
"Dia memang anak yang baik." Ucap Karin, memandang Alisya penuh sayang.
"Aku pikir sebaiknya kita kembali keruangan dan mengamankan situasi." Yogi menepuk pundak Rinto dan menatap Karin.
"Pergilah, aku akan tetap disini." ucap Karin mengiyakan.
*****
Kembali kekelas, Yogi dan Rinto langsung diserang oleh Miska dengan wajah khwatir.
"Bagaimana keadaan Alisya, apakah dia baik-baik saja? " Suaranya membuat semua ikut mendegarkan dengan saksama.
"Hentikan aktingmu yang sangat buruk itu sayang." Bisik Rinto yang mendekat ke telinga Miska. Wajah Miska seketika kembali dingin dan tak berekspresi.
"Kumpulkan Handphone Kalian sekarang!" Pinta Yogi yang berdiri di depan kelas. Semua siswa cowok dengan sigap menuruti permintaan Yogi tanpa bertanya, karena mereka sudah paham akan situasinya.
"Apa maksudmu? Buat apa kamu menyita HP kami?" Nely bertanya dengan marah dan kesal.
"Bawalah jika kalian ingin selamat!" Ancam Rinto menatap tajam kearah Nely.
"Aku tidak akan memberimu Handphoneku!" Tegas Yuyun.
"Apa kau sadar bahwa kau telah melakukan kesalahan besar hari ini? Kau hampir saja membunuh kami semua, tau!!" Rinto mulai tidak sabaran mengancam Yuyun dan mencekik lehernya.
Yogi dan semua siswa cowok serentak menutup pintu dan tirai jendela agar tidak ada yang melihat ataupun ikut menyaksikan kejadian saat itu. Semua orang yang ada didalam ruangan menjadi takut dan semakin bingung.
Rinto melepaskan cekikannya ketika Yuyun, mulai kehilangan nafas dan terbatuk-batuk. Yuyun menatap ke arah Miska, yang mengangguk agar ia menyerahkan HP milikya kepada Yogi. Melihat reaksi Miska, Yuyun akhirnya menurutinya.
"Aku ingatkan buat kalian semua! Apa yang terjadi hari ini sebaiknya jangan sampai tersebar dan tutup mulut kalian rapat-rapat! Jika kalian ingin selamat dan masih bersekolah dengan nyaman disini lebih baik kalian mendengarkan apa yang aku katakan." Rinto mengingatkan kepada semuanya terhusus kepada para siswi yang berada di kelas itu.
"To, semuanya aman! Sepertinya tadi tidak ada yang sempat mengambil rekaman." Bisik Yogi setelah memastikan semua HP telah diperiksanya.
"Bagaimana dengan Siaran Langsung?" Tanya Rinto mengingatkan.
Yogi menoleh melihat Dino dan Beni, untuk memastikan apakah mereka sudah selesai memeriksa semua akun medsos pemilik HP.
"Semua aman." Tangan Dino memembentuk simbol OK.
"Aku juga tidak menemukan apa-apa." Tambah Beni, menyakinkan Rinto dan Yogi.
"Hmmm... Baiklah! Kembalikan HP mereka!" Rinto mengeluarkan nafas lega.
Proses belajar mengajar kembali berjalan sebagaimana biasa, ketika jam pelajaran berikutnya dimulai. Rinto menjelaskan bahwa Alisya, tidak sempat hadir karena sedang berada di ruang UKS, sebab kondisi tubuhnya yang kurang baik.
"Aku semakin tidak menyukai Alisya. Memangnya dirinya siapa? " Geram Nely.
"Sepertinya Rinto menyukai Alisya, makanya dia bersikap seperti itu." Tambah Yuyun sambil memegang lehernya yang masih keram meski tak berbekas.
"Tenang saja! Aku punya cara untuk membalas dan menyingkirkan Alisya." Miska tersenyum sinis.
"Apa kau punya ide?" Nely antusias.
"Gunakan otakmu bodoh!" Tunjuk Miska.
"Apa rencanamu?" Yuyun mendekat karena penasaran.
"3 hari lagi kita akan ada presentase untuk menentukan apakah kita akan tetap di sekolah ini, atau dikeluarkan dari sekolah! Saat itu aku akan buat Alisya, agar dikeluarkan dari sekolah ini." Terang Miska penuh semangat.
"Aku baru ingat. Kau bahkan berpasangan dengan Zein untuk presentase. Meskipun Adith seorang yang jenius, Alisya bukanlah orang yang cukup cerdas dan tidak akan bisa mengalahkanmu!" Terang Nely dengan penuh semangat.
"Tentu saja! Dan tugas kalian berdua adalah membuat Alisya, semakin dibenci oleh seluruh sekolah terutama Kak Siska. Buat dia semakin membenci Alisya, dengan begitu akan sangat mudah menyingkirkannya." Miska tampak penuh semangat dan tak sabar menunggu semua rencananya berhasil.
"Kau sangat cerdas Miska, aku sangat menghormatimu!" Nely berdiri dan memberi hormat.
"Kau yang terbaik! Aku tidak sabar melihat ekspresi Alisya. terlebih lagi kita tau kelemahan dia!" timpal Yuyun.
"Sebaiknya kalian jangan mengacaukan rencana ini." Ancam Miska.
"Tentu saja tidak! Aku akan melakukannya sebaik mungkin." Yuyun meyakinkan Miska, dengan tatapan mantap.
"Bukankah ini bukan pertama kali lagi buat kita?" tambah Nely dengan senyum sinis yang mengerikan.
Mereka tertawa terbahak-bahak mengingat rencana mereka yang akan sukses besar. Sedang mereka tak tau, kalau apa yang akan mereka lakukan nanti malah hanya akan berbalik melawan mereka sendiri. Alisya bukanlah lawan yang mudah, meski tanpa bantuan siapapun, Alisya bisa dengan mudah untuk menghancurkan mereka. Terlebih lagi Alisya bukanlah orang bodoh seperti yang mereka pikirkan.
Alisya sudah memiliki cukup rencana cerdas dalam menghadapi Presentasi minggu depan. Tes itu akan terdiri dari tiga tahap, dimana tahap pertama dimulai dari Tes Pengetahuan, tahap kedua Tes Keahlian atau Kemampuan dan tahap Final adalah Presentase Sain atau Produk.