Di ruang kantor Direktur.
Alisya terduduk cemas di kursi tamu kakeknya. Ia duduk dan berdiri sambil terus melihat kearah pintu menanti kedatangan Adith dan kakeknya. Setengah jam kemudian pintu terbuka menunjukkan wajah kakeknya yang tersenyum ramah bersamaan dengan masuknya Adith.
"Apa yang kau lakukan kepada Adith??" Alisya langsung menyerang dengan agresif.
"Alisya, tenanglah! aku dan Direktur memiliki kontrak kerja sama dan kami bertemu untuk menandatangani kontrak kerja sama tersebut!" jelas Adith menenangkan Alisya.
"Tidak Dith! kau tidak tau betapa liciknya direktur yang ada dihadapanmu ini!" mata Alisya penuh dengan amarah.
"Kamu tidak usah khawatir, semua ini murni urusan bisnis. peluang kami untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan Narendra yang merupakan perusahaan nomor satu di Indonesia sangatlah menguntungkan kedua belah pihak dalam mengusai ekonomi pasar dunia!" Terang kakek Alisya tegas.
Penjelasan kakek Alisya dapat dengan mudah dipahaminya, tentu saja selama ini ia cukup heran jika mereka tidak melakukan kerja sama maka kedua perusahaan ini telah membuang kesempatan yang sangat besar. Selain itu kerjasama ini akan sangat memberikan keuntungan yang besar bagi kedua belah pihak.
"Apa yang kau rencanakan???" Alisya masih mengeluarkan suara mengintimidasi.
"Tidak kah kau ingat jika ini kedua kalinya kau begitu bersikeras melindungi Adith???" Ucap Kakeknya memancing Alisya.
"Apa maksudmu???" Alisya bingung tak mengerti.
"Aku tak bisa menjelaskan lebih karena kau harus mencari tau sendiri" tegas kakeknya. Bukan hanya Alisya, Adith juga tak begitu mengerti apa yang dimaksudkan oleh kakek Alisya namun ia mengetahui akan adanya pesan tersirat yang disampaikan oleh kakeknya.
"Aku takkan pernah tertipu lagi oleh kata-katamu!" Suara Alisya tidak melembut sama sekali.
"Itu terserah padamu! tau kah kau apa yang akan diberikan oleh nenekmu kepadaku???" pancingnya seolah mengetahui tujuan dari kedatangan Alisya.
"???" Alisya memicingkan matanya siaga.
"Bukalah sendiri, selama ini dia terus berusaha untuk melindungimu dengan menutup semua kebenaran yang ada karena kamu yang hilang ingatan!" kakek Alisya terus memancing pikiran Alisya. Ia sengaja karena keberadaan Adith dapat dengan mudah memicu ingatan Alisya yang hilang karena rasa traumanya.
"Hilang ingatan??? apa maksudnya???" Alisya sedikit gusar dengan apa yang diucapkan oleh kakeknya.
"Aku tak bisa menyampaikan lebib dari itu, sisanya kau bisa cari sendiri!" kakeknya membelakangi Alisya yang mengenggam erat Amplop titipan dari neneknya.
Alisya langsung berlari keluar dengan penuh amarah tidak mengerti apa maksud dari kakeknya. Jika apa yang dikatakan oleh kakeknya adalah benar, maka selama ini neneknya telah membohonginya. Tapi tentang apa? Alisya tidak bisa menemukan penjelasana dalam kegundahannya.
Adith yang berada disituasi tersebut juga bingung dengan situasi tersebut. Ia tak mengerti mengapa kakek Alisya memancing Alisya sedang ia berada disana dan mendengar semua penjelasan yang ada.
"Alisya...?" teriak Adith mencoba menghentikan Alisya.
"Adith,,," suara kakek Alisya menghentikan Adith.
Adith terdiam membatu memperhatikan sang Direktur yang bernafas berat seolah ingin mengatakan sesuatu yang lebih serius.
"Ada hal yang harus aku beritahukan kepadamu! ini berhubungan terhadap kalian berdua!" Suarany penuh akan kekhawatiran.
Adith memilih diam untuk terus memberikan kesempatan kepada Direktur melanjutkan perkataanya.
"Sebelumnya aku meminta maaf kepadamu, untuk yang kini maupun apa yang sudah kulakukan terdahulu! Seperti yang kau lihat bahwa Alisya sangat membenciku, selain karena kekejamanku terhadap Alisya, itu juga karena dirimu!" Suaranya penuh kelembutan mengisyaratkan ketulusan dalam tiap kalimatnya.
"Maaf Direktur, tapi aku tak begitu mengerti apa yang anda katakan!" Adith melangkah maju dalam kebingungan.
"Kau dan Alisya sudah mengenal sejak lama! untuk saat ini hanya itu yang bisa aku jelaskan, karena kalian berdua harus menghadapi semuanya sendiri!" tambahnya lagi.
"Sepertinya Direktur telah salah paham, saya pamit dulu. Untuk kedepannya saya sangat mengharapkan kerja sama anda!" Ucap Adith sambil menunduk menghormati sang Direktur.
"Adith... Aku titipkan Alisya dalam perlindunganmu! Cepatlah berkembang dan kuat!" Jelas sang Direktur tepat sebelum Adith keluar mengejar Alisya.
****
Pagi hari di sekolah
"Pagi Sya...." Sapa Emi
"Selamat Pagi Alisya!!!" Adora tak kalah semangat.
"Pagi Alisya... apa yang kau pikirkan???" Feby masuk menghampiri Alisya yang duduk termenung menghadap jendela.
"Bukannya ini terlalu pagi untuk melamun yah?" Tambah Emi menaruh tas nya menghawatirkan Alisya. Beberapa bulan belakangan mereka dengan mudah melihat banyak ekspresi Alisya yang lebih bersahabat dan mulai jarang terlihat sendiri karena mereka yang sudah lebih sering mengajaknya bercengkrama.
Alisya melirik sekilas namun hanya memberi senyum seadanya. Ekspresi Alisya terlalu sulit untuk mereka terjemahkan dan senyumnya bukannya terlihat lemah dan tidak ikhlas melainkan ia lemparkan seadanya sehingga mampu membuat mereka berpikir bahwa Alisya baik-baik saja.
"Jadi bagaimana??" tanya Adora menaruh wajahnya di atas meja Alisya.
Alisya terdiam tak mengerti pertanyaan Adora.
"Kamu jadi salah satu kandidat dalam pemilihan ketua Osis" Terang Adora membaca ekpresi bingung Alisya.
"Kenapa Aku???" tanya Alisya datar.
"Itu karena banyak yang merekomendasikan kamu setelah melihat kemampuan kamu!" Ucap Karin sembari memasuki kelas di ikuti Rinto dan Yogi.
"hah??" Alisya masih tidak begitu peduli. "Sepertinya Rinto dan Yogi semakin tampak seperti pengawalmu yah Karin!" Alisya menangkup dagunya dengan sebelah tangan.
"Kami selalu saja berpapasan di depan sebelum masuk kekelas. Jadi bukan berarti mereka terus mengikutiku yah... Jangan salah paham!" Ketus Karin
"Jadi pengawal yah??? Tidak buruk!" seru yogi memikirkan dengan serius ucapan Alisya.
"Sepertinya dia menanggapinya dengan serius" bisik Emi terkikik kecil.
"Jadi bagaimana??? Kamu sudah memikirkan mengenai kamu yang dierkomendasikan sebagai salah satu Kandidat Ketua Osis???" Goda Karin.
"Aku tak mengerti mengapa mereka merekomendasikan aku sebagai calon Ketua Osis!" ucap Alisya acuh tak acuh.
"Sewaktu kamu memenangkan presentasi, membuat orang mengakui kecerdasanmu dan kelihaianmu dalam menghadapi masalah ditambah lagi sewaktu kamu berhasil menjadi Ratu sekolah membuat kepopuleran dirimu meningkat tajam sehingga banyak yang merekomendasikan kamu" Jelas Rinto.
"Sistem pemilihan kandidat calon Osis disekolah kita sedikit berbeda dibanding dengan sekolah-sekolah lainnya. Selain mempertimbangkan Kemampuan dalam hal kecerdasan, Kecantikan dan kepopuleran merupakan hal tambahan yang sangat mendukung dalam pemilihan" tambah Yogi.
"Sebuah aturan yang cukup konyol dari sekolah elit. Tapi tidak mengherankan" ucap Alisya yang tak berpikir bahwa pemilihan ketua Osis yang harusnya menitik beratkan dalam hal Kemampuan Akademis, keterampilan serta Atitude calon ketua Osis malah menjadikan Kecantikan sebagai salah satu kriterianya. Tapi setelah memikirkan kembali bagaimana sekolah Elit ini dipenuhi dengan seluruh siswa yang lebih banyak menitik beratkan perbandingan sosial dalam hal penampilan dan harta membuatnya cukup memahami bahwa hal itu mungkin saja terjadi.