Menuju dapur dengan sangat halus Alisya mengambil beberapa pisau yang tergeletak dengan tak mengeluarkan bunyi apapun. Alisya tidak yakin akan apa yang sedang terjadi namun Alisya memiliki satu kekhawatiran yang sangat mendalam.
Alisya takut bahwa kemungkinan besar posisinya yang kini telah diketahui meski ia sudah merubah penampilannya dengan lebih feminim, video wawancara sewaktu dia berhasil melakukan presentasi dan memenangkannya kemungkinan besar telah beredar dan tersebar yang tentu saja akan membuatnya untuk semakin mudah di lacak.
Alisya mengutuk dirinya sendiri ketika memikirkan keegoisannya yang kini mungkin bisa berdampak pada orang disekitarnya.
Alisya melangkah sepelan mungkin dengan tidak mengeluarkan suara sambil berjaga-jaga agar bersiap terhadap apapun yang akan terjadi.
Alisya menuju keatas dimana kamar Adith berada dan tak menemukan siapapun disana. Alisya akhirnya melepas alat ditelinganya untuk memusatkan pendengarannya agar bisa mendengar apapun namun hanya bisa mendengar bunyi horden yang tertiup angin, bunyi gemericik bara api serta bunyi mesin Ac dan kulkas. Alisya sangat terganggu namun terus berusaha untuk bisa menemukan suara sekecil appun itu.
Tidak menemukan apapun, Alisya terpaksa memasang kembali alatnya karena semakin tak nyaman dengan seluruh bunyi yang didengar oleh telinganya.
"Surpriseeee!!!!" Teriak semua orang keluar dari salah satu ruangan dibalik tangga.
Alisya yang kaget langsung melempar pisaunya tepat mengarah ke Karin yang sedang memegang kue tar berisi lilin yang sudah menyala. Untunglah Adith dengan cepat bisa menangkap pisau yang dilemparnya tersebut.
"Hei, kau mau membunuhku???" Tanya Karin dengan wajah sinis.
"Apa maksud dari semua ini???" Alisya bertanya tak kalah sinis.
"Ini bukan ideku!" balas Karin.
"Iya Sya, kami juga tidak tau kalau ternyata hari ini kamu ulang tahun!" ucap Adora dengan senyum lebar.
"Maaf Alisya, ini semua ide tante!" Ibu Adith muncul dari belakang Adith dan Karin.
"Tante? tapi kenapa???" Tanya Alisya sopan dan bingung.
"Ehemmm..." Karin terbatuk mengingatkan Alisya tidak bertanya dan lebih baik untuk menghargai niat baik Ibu Adith.
"Ibuku sudah menyukaimu sejak pertama kali bertemu denganmu, aku juga tidak tau bagaimana dia bisa mengetahui ulang tahunmu. tapi begitu melihat nenekmu disini kamu pasti paham!" Nenek Alisya muncul begitu dia disebutkan.
"Ibu Adith datang mngunjungi nenek kemarin dan tanpa disengaja dia mengetahui hari ulangtahunmu dari mulut nenek. Nenek tau kamu tidak menyukai perayaan ulang tahun tapi Ibu Adith bersikeras untuk membuatnya. Jadi anggap saja kamu tidak berulang tahun tetapi lagi syukuran!" senyum nakal nenek Alisya sambil memeluk manja Alisya.
"Nenekk..." Alisya merasa sesak dengan pelukan erat neneknya.
"Woyyy,, tangan aku pegal nih" teriak Karin.
Alisya langsung mencabut lilin yang berada di kue tar tersebut membuat semua yang ada terkejut dan bingung.
Alisya tersenyum nakal.
"Aku nggak mau makan lilinnya, aku mau kue tarnya doang" Ucapnya mengambil pisau di tangan Adith.
Semua orang tertawa dengan kalimat konyol yang dikeluarkan oleh Alisya.
"Kamu tak pernah berubah yah Sya!" Karan muncul memberikan sebuket bunga yang isinya penuh dengan berbagai jenis eskrim.
"Kak Karan???" Alisya tidak bisa menghindari kecupan hangat karan yang dipikirnya takkan dilakukannya dihadapan semua orang.
"Saingan Muncul tuh!!" bisik ayah Adith ke telinga Adith yang wajahnya memerah padam melihat Karan mengecup dahi Alisya.
Ibu Adith tersenyum menggoda Adith.
"Kita nggak makan nih? aku sudah kelaparan..." Yogi tak bisa menahannya lagi.
"hahhahahaha,,, ayo keluar semua! actingnya sudah berakhir sekarang!" seru Ibu Adith.
"Kalian semua keterlaluan!" sela Alisya kesal.
Semuanya segera makan dan menghabiskan hampir seluruhnya karena tak disangka Adith mengundang seluruh siswa kelas MIA 2 serta orang-orang terdekat Alisya.
Alisya merasa bersyukur bahwa apa yang ditakutkanya tidaklah terjadi dan malah mendapatkan momen berharga yang takkan pernah bisa dia lupakan sebelumnya.
Adith tersenyum puas menyaksikan ekpresi wajah bersyukur Alisya yang tampak berkaca-kaca.
"Jangan ditahan, kalau mau menangis. menangislah dipelukanku!" goda Adith setengah berbisik.
Alisya berbalik dan melirik tajam ke arah Adith.
"Aku bisa menebak bahwa acara ini memang dipersiapkan oleh ibumu tapi semua yang terjadi tadi pastilah ulahmu!" Alisya menghadap dihadapan Adith serius.
"Bukankah tidak seru jika kejutan diketahui dengan mudah?" senyum Adith menggoda Alisya.
"Jangan pernah lakukan itu lagi" tatapan Alisya tajam dengan wajah yang serius dan meyakinkan.
Adith melihat tatapan ini bukanlah sebuah perintah melainkan sebuah permintaan yang benar-benar harus dilakukan apapun yang terjadi.
"Maafkan aku!!!" Elus Adith kekepala Alisya menenangkannya.
Adith paham jika itu orang lain mungkin hanya akan berlalu begitu saja dan meninggalkan sedikit kenangan special tapi Alisya berbeda. Apa yang dilakukannya tadi mungkin saja terjadi dan Alisya akan berada di posisi dimana ia akan dengan mudah kehilangan orang-orang terdekatnya. Setelah mengetahui Alisya lebih dalam, Adith seperti bisa mengetahui dan memahami Alisya lebih baik lagi.
"Alisya,,," Ibu Adith datang menghampiri ditemani ayah Adith.
"Iya tante,,," Nada suara Alisya lembut dan menghangatkan.
"Maukah kamu memanggilku dengan sebutan Mama?" pinta ibu Adith memandangi Alisya penuh kasih.
Alisya bingung menatap Adith yang membuang muka dan neneknya yang membalas dengan anggukkan pelan.
"Tapi tante..." Alisya tidak paham maksud ibu Adith.
"Alisya, saya sejak dulu menginginkan seorang anak perempuan dan saya merasakan kedekatan emosional yang sangat tinggi terhadapmu. Bisakah saya menjadi pengganti Ibumu, meski saya tau saya tidak cukup baik untuk menjadi seorang ibu untukmu!" suara ibu Adith terdengar serak.
"Tidak tante aku berterimaksih banyak karena tante mau menganggapku sebagai anakmu!" Alisya mengambil tangan ibu Adith cepat untuk menenangkannya.
"Jadi aku bisa menjadi ibu mu?" tanya ibu Adith dengan tatapan hangat.
"Iya, tentu saja tante... maksudku mama" Ibu Adith langsung memeluk Alisya begitu mendengar panggilan itu.
"Terimakasih,,, akhirnya aku bisa memelukmu kembali Quenby ku sayang" bisik ibu Adith ditelinga Alisya. Alisya kaget mendengar panggilan ibu Adith kepadanya.
"Mama kok..." Alisya menatap dengan wajah bingung begitu ibu Adith melepas pelukannya.
"Itu panggilan sayang dari ibumu kan?" ucap ibu Adith menjepit dagu Alisya.
Alisya kemudian paham maksud dari panggilan dari ibu Adith. sudah lama sejak terakhir kali nama itu disebutkan olehnya sehingga ketika dia mendengar nama itu dia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
Melihat sikap Alisya dan ibunya. Adith tersenyum manis sambil membuang pandangannya ke langit yang tampak semakin larut.
"Bapak juga senang kalau Alisya menjadi menantu bapak!" Goda ayahnya ke telinga Adith.
Adith hanya tersenyum melepas pandangannya ke Alisya yang kini tengah bercengkrama heboh dengan teman-temanya. sedangkan nenek Alisya dan ibunya kembali kedalam rumah memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk bersantai.