Chereads / Jenius Yang Nakal / Chapter 31 - Takahashi Yamada

Chapter 31 - Takahashi Yamada

"Loh? Alisya dimana?" Adith yang muncul di kelas membuat Rinto, Yogi dan Karin terkejut. Suasana menjadi sedikit canggung karena kehadirannya.

"Emmm... Dia sedang berada diperpustakaan tadi!" Setengah gagap, Yogi menjawab kaku.

"Ada apa? Kenapa wajah Karin se lesu itu? Dia habis nangis? " Adit yang bertanya tanpa basa-basi membuat Karin dengan cepat mengatur emosinya.

"Kenapa kamu mencari Alisya?" Tanya Karin setelah bisa menguasai diri.

"Eh... Bukan apa-apa. Aku hanya datang berkunjung saja!" Adith jadi sedikit gugup menyembunyikan tujuannya.

"Apakah aku harus memberitahu Adith mengenai Alisya... Tapi aku tidak yakin apakah ini akan menjadi tindakan yang benar atau malah akan menyulitkan keduanya. Aku juga belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai apa yang membuat Alisya dan Adith seperti terhubung. Terlebih lagi jika memang keduanya saling terhubung, bukankah seharusnya mereka akan saling mengenali satu sama lain?" Karin larut dalam pikirannya sambil memandang Adith.

"Karin... Karin... Kamu baik-baik saja?" Adith memanggilnya beberapa kali.

"Ah maaf... Sepertinya aku sudah mulai mengantuk. Sebaiknya aku pulang lebih awal hari ini." Karin mengangkat tasnya.

"Ini baru jam 7 loh, apa kamu akan melewatkan pelajaran malamnya?" Rinto mencegah langkah Karin.

"Malam ini aku izin yah? Tolong katakan pada Alisya, kepalaku sakit." Pinta Karin dengan tersenyum manis.

"Hei... Kau tampaknya ingin melarikan diri dari Alisya." Yogi mencegat Karin.

"Te... Tentu saja tidak! Aku hanya... " Alisya tiba-tiba muncul di dalam kelas saat Karun, belum menyelesaikan kata-katanya.

"Karin... Aku mendapatkan pesan dari kakekku!" Alisya datang dengan wajah suram.

"Kakek? Kakek yang mana?" Karin tidak bisa memyerap perkataan Alisya karena terkejut dengan kedatangannya.

Alisya hanya memasang wajah serius tanpa menjawab, mengisyaratkan kalau Karin mengetahui siapa yang dimaksudnya tanpa menjelaskan lebih.

"Ka.. Kakek Takahashi? Pe.. Pesan apa sya?" Wajah Karin tak kalah suramnya. Karin selalu takut tiap kali Alisya harus berhadapan dengan kakeknya.

"Aku sudah mengirimnya ke HP kamu!" Alisya melirik ke arah tangan Karin yang memegang Handphone.

Wajah Karin menjadi pucat pasih melihat pesan tersebut. Ia tak menyangka kakek Alisya kini menampakkan dirinya, setelah sekian lama hanya mengamati Alisya dari kejauhan tanpa mendekati atau menghubungi Alisya sama sekali.

"Karin ada apa?" Rinto menepuk pundak Karin, yang membuat Karin terduduk lemas.

Adith langsung mengambil Handphone di tangan Karin membuat Alisya kaget tidak menyadari kalau Adith berada disana.

"Se, sejak kapan kamu disitu? " Alisya bertanya dengan tatapan tajam.

Sewaktu Alisya masuk, Adith berada di balik tembok sehingga Alisya tidak menyadari keberadaan Adith.

"Segitu pentingnya kah temanmu sampai kau berani melawanku? Baik. Aku tak akan menyetuh teman-temanmu dengan satu syarat! Kau harus mendapatkan Nilai paling tinggi di ujianmu kali ini. Bukan juara 1 kelas, melainkan mencapai nilai tertinggi dari seluruh sekolah di Indonesia! Jika tidak, kau akan lihat apa yang akan terjadi." Adith membaca bunyi pesan di Handphone Karin dengan suara lantang.

"Apa maksudnya pesan itu? " Rinto menatap Alisya meminta jawaban.

"Siapa yang kamu maksud dengan Kakek Takahasi?" Adith juga melancarkan pertanyaannya.

"Takahashi Yamada adalah kakek Alisya. Dia adalah orang yang sangat menyayangi Alisya, tapi juga sangat protektif terhadap Alisya. Jika Ayahnya adalah seorang Kesatria Setan Putih, maka kakek Alisya adalah Iblis Bersayap malaikat. Begitulah julukan yang kami berikan pada keduanya karena perlakuan mereka terhadap Alisya" Karin menjelaskan dengan serius.

"Jadi yang menculikku dan juga pria-pria berjas hitam sewaktu insiden penembakan tempo hari itu adalah orang-orang dari kakekmu? " Tanya Rinto memastikan.

"Aku juga tak menyangka, aku pikir kalau ayahku lah yang mengirimkan mereka! Tak aku sangka kalau itu adalah perbuatan kakek." Alisya menjawab sambil terduduk lesu.

Adith hanya menyimak percakapan mereka tanpa memberikan reaksi mengenai apa yang sedang didengarnya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan dengan ancaman, maksudku pesan itu?" Yogi bertanya dengan gugup.

"Sepertinya hanya aku yang tak mengetahui apapun disini." Adith menaruh HP Karin menatap satu persatu orang-orag yang ada di hadapannya. Ia mulai tak sabar untuk bisa ikut masuk kedalam percakapan mereka.

"Maaf Adith, aku tak tau harus menjelaskannya dari mana. Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya!" Alisya hanya melirik kearah Adith lalu menatap Karin.

"Dan aku tidak cukup sabar untuk bisa menunggu nanti Alisya..." Adith setengah berbisik mendekati wajah Alisya yang terduduk dihadapannya.

"Adith aku serius!!!" Bentak Alisya menjauhkan wajah Adith dari pandangannya. Perlakuan Adith selalu saja mampu membuat Alisya tak mampu mengendalikan emosinya.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Rinto ragu.

"Jika hanya nilai tertinggi dikelas itu bukanlah apa-apa bagi Alisya, tapi untuk Se Indonesia, itu berati Alisya harus mengalahkanmu Adith" Karin menatap ke arah Adith.

"Adith bukanlah lawan yang mudah dan tentu saja dia tidak mungkin akan mengalah hanya demi... " Yogi tak berani melanjutkan kalimatnya.

"Aku bisa membantumu!" Adith memberikan pernyataan yang membuat mereka semua terkejut.

"Apa maksudmu? " Tanya Alisya kaget.

"Aku akan membantumu mendapatkan nilai tertinggi di Indonesia, meski itu berati kau harus mengalahkan aku." Adith melipat tangannya sedikit memperlihatkan keangkuhannya.

"Tapi tentu saja dengan syarat!" Adith kembali mendekatkan wajahnya dihadapan Alisya.

"Alisya....." Karin menatap Alisya memberi tanda.

"Apa syaratnya?" Meski ragu, Alisya tidak punya pilihan lain. Kakeknya bukanlah orang yang bisa diajak berkompromi.

"Kau harus memberiku semua Informasi mengenai dirimu." Adith tersenyum nakal.

Alisya paham betul bahwa Adith, dari dulu sangat ingin mengetahui tentang dirinya. Akan tetapi Alisya tidak yakin apakah setelah mengetahui mengenai kehidupan pribadi dirinya, Adith masih akan menerimanya atau malah akan menjauhinya. Alisya merasakan sesak dihatinya yang perlahan-lahan mulai terbiasa dengan kehadiran Adith. Tapi cepat atau lambat, Adith pasti akan mengetahui semuanya meski ia berusaha menyembunyikannya.

"Baik itu tidak masalah! Aku setuju! " Ucap Alisya tegas.

"Kalau begitu kita bisa mulai besok dirumahku!" Adith berlalu pergi.

"Adith... Bisakah aku ikut?" Karin menghentikan langkah Adith.

Adith hanya memasang tampang bingung tidak menjawab Karin.

"Aku ingin membuktikan kepada kakeknya, bahwa aku adalah teman yang layak bagi Alisya." Jelas Karin mantap.

"Kami juga ikut! Jika Karin berkata seperti itu, maka hal itu juga berlaku bagi kami berdua." Rinto dan Yogi menyakinkan Adith.

Melihat tatapan serius dari ketiganya, membuat Adith tidak bisa menolak keyakinan yang sudah mereka layangkan kepadanya. Terlebih lagi dengan persaingan tingkat tinggi yang dari tahun ketahun selalu terjadi disekolah itu, membuat Adith sedikit menaruh rasa kagum kepada mereka bertiga.

"Tidak masalah! Besok memang hari minggu, tapi aku takkan membiarkan kalian untuk bisa bersantai-santai." Adith pergi setelah memberikan kedipan mata kepada Alisya.

"Karin, setelah ujian selesai kamu juga harus mengatakan yang sebenarya kepadaku! Untuk saat ini, sebaiknya kita serius untuk bisa meningkatkan nilai kita!" Alisya menatap lembut kepada Karin, agar Karin tidak terlalu merasa terbebani akan perkataannya.

"Baiklah, aku takkan menyembunyikan apapun lagi dan menceritakan semuanya kepadamu Sya! " Karin memegang tangan Alisya, sembari tersenyum manis.

"Rinto, Yogi... Maaf karena aku sudah melibatkan kalian dalam kekacauan ini." Alisya menundukkan pandangannya merasa bersalah.

"Dari awal kamilah yang sudah melibatkan diri. Selain itu, aku sangat senang bisa menjadi teman atau sahabatmu Sya! " Rinto menenangkan Alisya.

"Terlebih lagi aku semakin mengagumi mu Sya! " Tambah Yogi sambil tersenyum canggung.

"Terimakasih, baru kali ini aku merasakan bagaimana rasanya kehidupan sekolah, berkumpul bersama teman, dan juga berinteraksi dengan banyak orang. Kalian sudah banyak memberi warna dalam hidupku." Wajah Alisya memerah memancarkan kebahagiaan.

"Ehemmm,,, teruatama Adith yang memberi warna pink. Bukan hanya di kehidupanmu, tapi juga di hatimu kan?" Goda Karin mencubit pipi Alisya.

"Ka, Karin... Apa-apa'an sih!" Alisya langsung mengunci leher Karin, membuat Rinto dan Yogi tertawa lepas.

"Ohhh... Sepertinya menarik! " Adith yang ternayata dari tadi belum menghilang mendengar seluruh percakapan mereka.

"Adith???!" Alisya berteriak keras.

Adith dengan santainya pergi meninggalkan Alisya yang gusar menceramahi Karin karena perkataanya. Adith tak menyangka kalau ternayata Alisya juga merasakan hal yang sama. Saat mencari Alisya, Adith memang ingin memastikan perasaanya kalau ia juga memiliki perasaan kepada Alisy sebagai seorang perempuan. Sedang untuk Ali, mungkin hanya karena rasa kagum yang berlebihan saja.

"Aku yakin, kak Ali juga akan melupakan perkataanya dulu! Itukan sewaktu kak Ali masih kecil, sekarang pasti semua sudah berbeda! Ya pasti berbeda." Adith terus berjalan sembari bergumam meyakinkan dirinya sendiri.