"Baiklah," ucap Thomas yang menyanggupi permintaan Nuansa.
"Terima kasih," ujar Nuansa yang kemudian kembali duduk di sebelah Thomas.
"Tapi ... apa kau benar-benar akan pergi?" tanya Thomas.
"Menurutmu aku bercanda?" Nuansa bertanya balik.
"Maksudku ... jangan membuat keputusan seperti itu dengan secepat kilat tanpa memikirkannya secara matang, kau bahkan menutup mata dan telingamu untuk kenyataan yang ada. Aku memahami perasaanmu, tapi, ada baiknya kalau kau tidak bersikap seperti ini."
"Aku yakin kau pernah merasakan yang namanya 'butuh waktu', dan itulah yang sedang kurasakan saat ini. Butuh waktu bagiku untuk mau membahasnya lagi. Kapan aku siap? Aku juga tidak tahu, mungkin bisa bertahun-tahun lagi, atau berbulan-bulan lagi. Tapi aku jamin aku tidak akan siap dalam hitungan hari ataupun minggu."
Thomas lantas terdiam, tampaknya ia mulai menyerah untuk membujuk Nuansa mau mendengarkan apa yang ingin dia ceritakan.