Gladys akhirnya sampai di rumahnya, saat ia baru akan masuk, seorang tetangganya bertanya kepadanya, tetangganya itu adalah seorang ibu muda, jadi wajar saja jika dia sedikit kepo.
"Gladys, di mana Finn?"
"Oh, dia ada urusan mendadak, jadi dia tidak mengantarku pulang hari ini," jawab Gladys.
"Ooh. Yasudah, aku pergi dulu, ya, aku hanya ingin bertanya tentang Finn."
"Baiklah."
Begitu tetangganya tersebut pergi, Gladys pun masuk ke dalam rumahnya yang lebih baik dari pada rumah Nuansa.
Ia melihat adiknya yang sedang belajar dengan posisi tengkurap di lantai, sementara Ayahnya tengah menikmati air hangat sembari menonton TV.
Gladys tersenyum melihat adiknya yang belajar dengan sangat tekun, ia pun lantas mengusap kepala saudara kandung satu-satunya itu.
"Eh, kapan kau pulang?!" tanya sang adik yang tampak terkejut dengan kehadiran Gladys yang dia rasa sangat tiba-tiba, karena ia baru menyadarinya saat kakaknya itu mengusap-usap kepalanya.
"Baru saja," jawab Gladys.
"Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?!"
"Itu artinya kau belajar dengan sangat bersungguh-sungguh, dan itu membuatku senang. Teruskan belajarmu, Trisha."
Trisha, adik Gladys kemudian tersenyum dan melanjutkan kegiatan belajarnya.
Gladys pun lantas masuk dan menghampiri Ayahnya yang lemah.
"Bagaimana kondisi Ayah?" tanya Gladys pada Ayahnya itu.
"Sudah lebih baik dari pada tadi pagi," jawab sang Ayah.
Gladys kemudian tersenyum.
"Syukurlah," ucap gadis itu, matanya tampak berkaca-kaca.
"Ada apa, Nak? Kenapa kau terlihat sedih?" tanya Ayah Gladys.
"Tidak apa-apa, aku hanya merasa bersyukur saja," ujar Gladys.
"Bersyukur kenapa?"
"Tidak ada, lupakan saja," kata Gladys.
'Aku mungkin butuh uang yang banyak, tapi aku tidak mau menjual harga diriku dengan benda itu. Aku bersyukur karena aku tidak menjadi seseorang yang murahan, walaupun mungkin keputusanku itu akan mengganggu pikiranku mengingat kondisi Ayah yang tidak stabil, tapi aku tidak akan menyesalinya sama sekali, itu hanya tawaran dari orang gila, aku hanya akan menjadi orang yang tidak waras jika menerima tawaran seperti itu,' batin Gladys, ia kemudian tersenyum pada Ayahnya.
***
Nuansa dan Neptunus akhirnya sampai di depan gang tempat rumah Nuansa berada. Ya, Neptunus mengantar gadis itu pulang.
Nuansa saat ini bersiap untuk turun dari dalam mobil Neptunus, namun sebelum melepaskan sabuk pengamannya, ia mengatakan sesuatu.
"Jadi ... bagaimana kita akan menjelaskan kepada Ibumu mengenai 'hubungan' kita yang 'berakhir'?" tanya Nuansa pada Neptunus.
"Itu urusan kecil, tidak usah dipikirkan," ujar Neptunus.
"Kita harus membuatnya percaya, Neptunus."
"Aku tahu, kalau tidak pasti semuanya akan terbongkar."
"Ya, kau memahaminya dengan baik."
"Tentu saja."
"Tapi kau bersikap seolah kau tidak memahaminya dengan baik."
"Itulah kenapa ada pepatah yang mengatakan bahwa jangan menilai sesuatu dari luarnya."
Nuansa kemudian terkekeh.
"Yasudah, aku masuk dulu, ya. Terima kasih karena sudah mengantarku pulang," kata Nuansa.
"Sama-sama," balas Neptunus.
Nuansa pun lalu membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil itu. Usai Nuansa keluar dari dalam mobilnya, Neptunus pun pergi, mereka saling melambaikan tangan saat Neptunus pergi, dan Nuansa akhirnya berjalan ke rumahnya setelah mobil Neptunus benar-benar tidak terlihat lagi.
Saat ia sampai di rumahnya, ia melihat Ibu dan Ayahnya yang sedang mengobrol dengan tetangga-tetangga mereka, Nuansa menyapa mereka semua dan ikut menimbrung, namun tidak lama kemudian ia masuk ke dalam rumahnya, tepatnya ke dalam kamarnya, ia lalu berbaring di atas kasurnya.
Setelah berbaring selama beberapa menit, gadis itu kemudian memeriksa laci yang ada di dekat kasurnya, itu adalah laci tempat ia menyimpan gajinya dari Neptunus selama ini.
Nuansa kemudian menghitung jumlah uang-uang tersebut.
Mengejutkan, uang-uang itu masih utuh jumlahnya, dalam artian, selama ini uang itu sama sekali tidak terpakai.
'Ibu dan Ayah sama sekali tidak memakai uang-uang ini selama aku berada di Korea? Kenapa?' batin Nuansa.
Nuansa memang tidak ingin menggunakan uang-uang itu sebelum urusan dia dengan Neptunus benar-benar selesai, dan dia memang tidak mau langsung berfoya-foya dengan uang sebanyak itu, ia memilih untuk menyimpannya dulu, namun saat dirinya akan berangkat ke Korea, dia mengatakan kepada orangtuanya kalau sebaiknya mereka menggunakan uang-uang itu selama dia berada di Korea, Nuansa menyuruh kedua orangtuanya untuk memakai uang-uang itu untuk makan dan lain-lain, dia mengatakan bahwa tidak masalah uang itu terpakai walaupun urusannya dengan Neptunus belum selesai, karena waktu itu memang keadaannya memang mengharuskan Arfan dan Durah untuk 'mencubit', uang-uang tersebut untuk bertahan hidup.
Namun begitu Nuansa menghitungnya untuk yang pertama kalinya, jumlahnya benar-benar sesuai dengan gajinya selama ini.
Nuansa memang tidak pernah menghitung uang-uang itu selama ini, ia baru menghitungnya sekarang karena kontraknya dengan Neptunus akan segera berakhir, jadi ia ingin memastikan bahwa semuanya sudah pas, tetapi tentu saja ia terkejut dengan jumlahnya yang benar-benar utuh.
Gadis itu pun kemudian keluar dari kamarnya dan mendapati kedua orangtuanya yang baru saja masuk ke dalam rumah mereka.
"Ayah, Ibu, boleh aku bertanya?" ujar Nuansa.
"Silakan saja," sahut Durah.
"Kenapa gajiku dari Neptunus masih sangat utuh? Kenapa Ayah dan Ibu tidak memakainya ketika aku sedang berada di Korea? Uang kita tidak cukup lagi, kan?"
"Ah, soal itu. Ingat saat Neptunus pertama kali datang ke sini? Dia memberikan kami uang lima ratus ribu, dan kami baru memakainya saat kau pergi ke Korea, saat itu kebetulan memang penjualan sisa singkong di kebun kita sedang menurun, jadi terpaksa kami menggunakan uang yang diberikan Neptunus saat itu," papar Durah.
"Ya ampun, Ibu, uang itu dia berikan kan untuk makan siang Ibu dan Ayah."
"Ya, tapi ... harga makan siang kami tidak sampai lima puluh ribu, jadi sisanya masih bisa disimpan."
"Padahal kalau Ibu dan Ayah memakai uang di laci itu juga tidak masalah."
"Iya, Ibu tahu, tapi uang yang lain masih ada, ditambah lagi setelah kau kembali dari Korea, entah kenapa penjualan singkong kita meningkat lagi, jadi gajimu dari Neptunus itu benar-benar tidak akan terpakai sampai urusanmu dengan dia selesai, sesuai keinginanmu. Tapi memang bagus juga prinsipmu itu, berguna agar kita tidak malah berfoya-foya."
"Iya, tapi tidak apa-apa jika Ibu dan Ayah menggunakannya kemarin."
"Sudahlah, yang kemarin tidak usah dibahad lagi, uang dari Neptunus dan penjualan singkong masih mencukupi."
Nuansa lantas terdiam.
"Soal Neptunus, ada beberapa hal yang ingin aku ceritakan pada Ayah dan Ibu," kata Nuansa beberapa saat kemudian.
Mendengar hal itu, Durah dan Arfan lantas saling melirik.
"Kami akan mengakhiri kontrak tiga minggu lebih cepat, antara lusa atau tiga hari lagi," ucap Nuansa, ia kemudian menjelaskan tentang semua hal mengenai kontraknya dengan Neptunus yang akan mereka akhiri jauh lebih cepat dari yang seharusnya.