Nuansa saat ini sedang berada di area parkir kampus Neptunus, ia sudah berada di sini selama beberapa belas menit, setelah menghabiskan waktu puluhan menit berada di restoran tempat Gladys bekerja.
Gadis itu terus mengedarkan pandangannya, dan ia akhirnya melihat apa yang sejak tadi dia cari: Emma.
Emma berada sangat jauh dari Nuansa, namun Nuansa berhasil melihatnya. Para Mahasiswa dan Mahasiswi baru saja keluar dari kelas mereka, jadi saat ini keadaan sedang sangat ramai di area depan kampus, dan secara tidak sengaja, Nuansa yang berniat untuk menghampiri Emma menabrak seorang gadis yang sedang berjalan bersama seorang temannya.
"Eh, astaga, maaf, maaf," ucap Nuansa usai dirinya menabrak gadis itu.
"Iya, tidak apa-apa," ujar gadis tersebut.
"Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Nuansa.
"Tidak apa-apa, kita hanya saling menyenggol, tidak ada masalah."
"Tapi aku yang menabrakmu-"
"Tidak apa-apa."
"Tunggu, kau yang waktu itu merusak pestanya Emma, kan?" kata teman gadis yang ditabrak Nuansa tadi secara tiba-tiba.
'Ok, julukan perusak melekat padaku,' batin Nuansa.
"Ya, kau ada di pesta itu malam itu?" Nuansa bertanya balik padanya.
"Tentu saja."
"Gadis ini yang merusak pesta Emma malam itu?" ucap gadis yang ditabrak Nuansa tadi.
"Ya, kau tidak ingat?" ujar temannya.
"Neptunus menyelamatkannya dengan cara menjilati tangannya," sambung teman gadis yang ditabrak oleh Nuansa tadi.
"Kalau boleh tahu, kalian ini siapa, ya?" tanya Nuansa.
"Itulah yang ingin aku tanyakan padamu juga, kau ini sebenarnya siapa? Kenapa Neptunus sampai menjilati tanganmu saat itu?" Teman gadis yang ditabrak Nuansa tersebut malah bertanya balik pada Nuansa.
"Aku ... aku pacarnya Neptunus," jawab Nuansa.
Kedua gadis itu terkejut mendengar jawaban Nuansa.
"Sungguh?" tanya gadis yang ditabrak Nuansa tadi dengan rasa tidak percaya.
"Ya," jawab Nuansa secara singkat dan cepat.
Gadis yang ditabrak Nuansa itu kemudian saling melirik dengan temannya.
"Ada apa memangnya?" tanya Nuansa.
"Ti-tidak ada apa-apa, maaf telah membuang waktumu," jawab gadis yang ditabrak Nuansa.
"Kalian belum menjawab pertanyaanku, kalian siapa?" Nuansa tampaknya masih belum ingin mengakhiri pembicaraan ini.
"Namaku Stephanie-"
"Stephanie?!" Nuansa menyela gadis yang ditabraknya itu.
"Namamu Stephanie?!" lanjut Nuansa.
"Ya," ucap Stephanie, gadis yang ditabrak Nuansa tadi. Dengan rasa terkejut ia menjawab Nuansa sebab Nuansa terlihat sangat tidak menyangka mengetahui siapa yang telah ditabraknya.
"Kau mantannya Neptunus?!" tanya Nuansa.
Mendengar pertanyaan itu, Stephanie dan temannya pun lantas saling melirik.
"Aku rasa Neptunus telah menceritakan cukup banyak hal mengenai kita padanya," ujar teman Stephanie.
"Tidak hanya dia, tapi juga aku. Namaku Zhenya," lanjut temannya Stephanie tersebut.
"Tunggu, apa?!" kata Nuansa dengan perasaan yang seperti habis diberikan kejutan besar.
"Ya," ucap Stephanie.
"Kenapa kau terkejut?" tanya Zhenya.
"Maafkan aku, aku hanya tidak menyangka akan bertemu dengan kalian, ini sulit untuk dipercaya, tapi mengingat kalian juga berkuliah di sini, mana mungkin aku tidak akan bertemu dengan kalian," jawab Nuansa.
"Memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa, aku hanya merasa senang bisa berkenalan dengan kalian."
Mendengar jawaban Nuansa, Stephanie dan Zhenya lantas saling melirik lagi.
"Senang berkenalan denganmu juga," balas Zhenya.
"Jadi ... ya ... intinya ... ya, senang berkenalan denganmu," kata Stephanie pada Nuansa dengan canggung.
"Kenapa canggung? Biasa saja, aku ingin kita berteman, tidak masalah, kan?" ujar Nuansa.
"Teman?" tanya Stephanie.
"Ya, aku tahu kau merasa canggung karena statusku adalah pacar Neptunus, sementara kalian adalah mantan-mantannya, tapi apa itu penting? Maksudku, untuk orang yang tidak waras seperti dia, sebaiknya tidak usah terlalu dijadikan pengaruh yang besar," kata Nuansa.
Mendengar perkataan Nuansa barusan, sontak saja Stephanie dan Zhenya terkejut, belum pernah di antara mereka yang berani sevulgar itu membicarakan tentang Neptunus.
"Ayolah, mau menghabiskan waktu bersamaku? Mengobrol untuk pengakraban?" sambung Nuansa.
Stephanie terlihat bingung.
"Boleh saja, tapi sepertinya tidak bisa sekarang, kami sedang ada urusan, mohon dimaklumi, ya," ujar Zhenya.
"Oh, ok, tidak apa-apa," kata Nuansa.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Zhenya lagi.
"Nuansa."
"Oh, ok, salam kenal, Nuansa."
Mereka berdua lantas saling berjabat tangan, begitu juga dengan Nuansa-Stephanie.
"Baiklah, kalau begitu kami pergi dulu, ya," Zhenya berpamitan pada Nuansa.
"Ok," jawab Nuansa. Stephanie dan Zhenya pun kemudian pergi.
Setelah kedua gadis itu pergi, Nuansa kembali fokus pada tujuan awalnya: mencari Emma.
Namun, tanpa di duga, Emma bersama Anne ternyata sedang berjalan menghampiri Nuansa, sehingga Nuansa tidak perlu repot-repot menghampiri mereka.
Dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya, Emma menghampiri Nuansa dengan langkah yang pelan, dan dengan kepala yang tegak, sementara Nuansa hanya berdiam diri.
"Kelihatannya kau tidak memiliki masalah dengan Stephanie dan Zhenya," ucap Emma pada Nuansa begitu akhirnya ia bisa mensejajarkan posisi mereka.
"Untuk apa aku memiliki masalah dengan mereka?" tanya Nuansa.
"Kau pembuat masalah, kau sudah lupa dengan apa yang kau lakukan di pesta ulang tahunku?" Emma bertanya balik.
"Emma, dengar-"
"Aku menghampirimu bukan untuk mendengarkanmu! Aku ingin memberitahu padamu bahwa tidak peduli jika benar kau adalah pacar baru Neptunus, aku tidak akan membiarkanmu merusak kehidupanku begitu saja. Pertama kau merusak pesta mahal dan mewahku, dan kedua kau merebut Neptunus dariku, jadi aku akan memperingatimu kalau kau tidak sedang baik-baik saja, Nona," pungkas Emma, dia dan Anne lantas pergi meninggalkan Nuansa.
"Satu-satunya hal yang ingin kukatakan padamu adalah aku ingin meminta maaf!" ujar Nuansa saat Emma dan Anne mulai berjalan menjauhinya.
Mendengar hal itu, Emma pun mengehentikan langkahnya, dan diikuti oleh Anne, namun mereka tidak berbalik badan, mereka membiarkan Nuansa melanjutkan ucapannya.
"Itu adalah hal yang tidak kusampaikan padamu malam itu, dan maaf karena aku baru bisa menyampaikannya sekarang, itu saja," lanjut Nuansa.
Beberapa saat kemudian, Emma dan Anne melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti itu.
'Ada apa dengannya?! Aku meminta maaf baik-baik, tapi dia malah seperti itu! Humph!' batin Nuansa.