Chapter 70 - Irit Bicara

Setelah selesai memasak, Nuansa membawa masakan-masakannya dan Durah ke ruang tamu, sementara Durah mencuci piring.

Saat sedang mengantar makanan-makanan itu, Nuansa bertemu dengan Neptunus yang sedang bermain ponsel seorang diri di sana. Neptunus hanya memakai kaos biasa dan celana pendek, seolah ini adalah rumahnya sendiri.

Neptunus tampak be tidak peduli dengan aktifitas Nuansa, ia fokus pada ponselnya, namun Nuansa tahu kalau mereka harus membicarakan tentang hal yang tadi, dan melihat Neptunus yang terlihat tidak peduli, Nuansa pun menyadari bahwa dialah yang harus memulai pembicaraannya.

Jadi dia menarik napas untuk mempersiapkan dirinya.

"Ehm, hei," Nuansa memanggil Neptunus, Nep kemudian menegakkan kepalanya dan melihat Nuansa.

"Kau memanggilku?" tanya Neptunus.

"Ya, aku ... aku ingin minta maaf soal yang tadi, aku tidak bermaksud untuk melakukannya, tapi ... aku melakukannya. Maafkan aku, aku hanya ..."

"Nafsu?"

"TI-TIDAK! Bukan begitu!"

"Lalu?"

"A-aku juga tidak tahu kenapa bisa aku melakukannya, aku ... intinya aku ingin meminta maaf."

"Baiklah, permintaan maafmu diterima, tapi sebenarnya jika kau tidak meminta maaf juga tidak apa-apa, itu bukan hal yang salah bagiku."

"Itu tetap salah, sebagai seseorang yang bekerja untukmu, aku telah terlalu lancang dengan melakukan hal itu, dan lagi pula aku tahu kau berbohong dengan apa yang kau katakan barusan, kau juga menganggap hal itu salah, kan? Sejak kau begitu mencintai Tiana, kau pasti tidak akan membiarkan wanita manapun menciummu."

Neptunus lantas terdiam sesaat. "Oh, iya, itu salah," ucapnya beberapa detik kemudian, suasana terasa aneh saat ia mengatakan hal itu, terlebih lagi dirinya langsung memainkan ponselnya lagi setelah berucap seperti itu.

Nuansa menyadari keanehan ini, dan ini terjadi akibat perubahan sikap Neptunus secara tiba-tiba, dan itu dikarenakan dia mengungkit-ungkit tentang Tiana dalam pembicaraan mereka tadi, dan gadis tersebut benar-benar menyadari semua itu.

"A-aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk mengungkit-ungkit soal Tiana-"

"Tidak apa-apa, aku sudah memaafkanmu, dan mungkin sebaiknua kita menyudahi pembicaraan tentang hal itu, kau hanya akan semakin bersalah nanti, kan? Dan lagi pula memang semuanya sudah selesai, kau sudah meminta maaf dan aku memaafkanmu, selesai," Neptunus menyela Nuansa.

"Y-ya, sekali lagi aku minta maaf, ya," ujar Nuansa.

"Ya, tidak apa-apa."

"Permisi," Nuansa lalu kembali ke dapur dan melanjutkan apa yang sedang dia lakukan tadi.

Saat Nuansa pergi, Neptunus terdiam.

'Kau benar tentang Tiana, maafkan aku, Nuansa,' batin Neptunus.

***

Nuansa, Neptunus, Arfan, dan Durah sedang makan bersama sekarang. Nuansa tidak bicara apapun sejak tadi, sementara orangtuanya dan Neptunus sampai sekarang masih terus mengobrol.

"Kampusku akan membuat pertunjukan musik, Paman, dan pertunjukannya bisa disaksikan secara gratis oleh masyarakat umum," ujar Neptunus sebab Arfan banyak bertanya tentang kuliahnya.

"Jadi kau akan terlibat di dalam pertunjukan itu?" tanya Durah.

"Belum tahu, Bibi, pemilihan peserta pertunjukannya akan dilakukan hari ini, dan setelah itu mereka yang terpilih akan melakukan latihan selama dua minggu sebelum melakukan pertunjukkan beberapa hari setelah selesai latihan," jawab Neptunus.

"Berapa orang yang akan dipilih?"

"Sepertinya tidak akan banyak, yang terpenting sepertinya akan ada satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang akan ditunjuk sebagai Penyanyi."

"Ooooh, begitu. Kau sendiri bagaimana? Kau tertarik jika terpilih sebagai pesertanya?"

"Sebenarnya tidak, tapi aku tidak akan menolak juga jika terpilih, hitung-hitung sebagai penambah pengalaman, tidak salah juga kan kalau terpilih?"

"Ya, memang."

Mereka kemudian lanjut membicarakan hal lain, sementara Nuansa tetap diam, bahkan sampai akhirnya Neptunus mengajaknya ikut pergi ke kampusnya, Nuansa benar-benar sangat irit berbicara.

"Ada apa denganmu?" tanya Neptunus pada Nuansa saat mereka sudah di dalam mobilnya dan sedang dalam perjalanan menuju kampusnya.

"Hm? Apa?" Nuansa bertanya balik, namun ia memalingkan wajahnya dari Neptunus.

"Kau sangat irit berbicara sejak tadi."

"Aku lagi sariawan."

"Benarkah?"

"Ya."

"Tadi pagi kau sangat lancar berbicara dan memarahiku, apa sariawanmu tidak terasa sakit pada saat itu?"

Nuansa lantas terdiam, ia menyadari bahwa Neptunus tahu bahwa dirinya berbohong mengenai sariawan itu.

"Huft, lupakan saja," ujar Neptunus yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan itu, karena ia pun tahu bahwa Nuansa berbohong, jadi tidak perlu lagi memaksa gadis itu untuk mengakui bahwa dia berbohong, dan Neptunus malas untuk bertanya lagi apa alasan Nuansa jadi irit berbicara seperti ini.

"Ngomong-ngomong, Vega pindah sekolah mulai hari ini," kata Neptunus yang membuat topik pembicaraan baru.

"Oh, ya?" Nuansa menyahutinya dengan nada datar.

"Ya."

Keduanya lalu sama-sama saling terdiam, sampai akhirnya Neptunus kembali membuat topik pembicaraan baru karena ia tidak tahan dengan aksi saling diam-diaman mereka.

"Jujur aku bingung, kau irit bicara karena kau menciumku atau karena kau menyebut-nyebut Tiana tadi?" tanya Neptunus, dan begitu Neptunus mengatakan hal tersebut, Nuansa memberikan respon yang jauh lebih bermakna dari pada yang sebelum-sebelumnya, ia tampak merasa bersalah, dan dirinya hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Neptunus.

"Tidak perlu merasa bersalah karena kau telah menyebut nama Tiana tadi, aku tahu bahwa kau tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanku atau apalah, intinya, tidak perlu sampai jadi sebegininya," ucap Neptunus.

"Tidak, permasalahannya ada di dirimu, sikapmu langsung berubah tadi bahkan setelah kau mengatakan semuanya sudah selesai, aku tahu kau berbohong, aku tahu perasaanmu sebenarnya terganggu, kan? Aku bisa merasakannya, perasaanmu itu sangat berbeda dari semua yang pernah kau tunjukkan padaku, seperti ada luka lain yang tercipta di dalam dirimu setelah pembicaraan kita itu," ujar Nuansa.

Neptunus kemudian terdiam.

"Ada suatu hal yang ingin aku katakan, tapi aku tidak pernah bisa melakukannya, bahkan mungkin tidak hanya satu," kata Neptunus beberapa saat kemudian.

"Dan itu memiliki hubungan dengan apa yang terjadi tadi pagi?" tanya Nuansa.

"Ya, beberapa dari sekian banyak hal yang ingin kukatakan itu memiliki kaitan dengan apa yang terjadi tadi pagi, dan ketahuilah bahwa kau adalah orang pertama yang tahu bahwa aku menyimpan banyak sekali hal yang tidak pernah aku katakan pada siapapun, tadi sangat ingin aku katakan pada orang-orang, setidaknya hanya satu, karena selama ini aku memendamnya seorang diri," ucap Neptunus.

"Lalu kenapa tidak kau menceritakannya padaku? Dan lagi pula kenapa kau memendam semua hal itu selama ini? Memangnya hal-hal semacam apa itu?"

"Lupakan, ini semua sudah terlalu jauh."

Mereka kemudian sama-sama terdiam.

'Syukurlah dia tidak menanggapinya terlalu serius, aku tahu dia berpikir kalau semua itu bukanlah hal yang penting, baguslah, karena sampai di sini saja aku sudah terlalu jauh, aku tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya aku akan menceritakan kepada seseorang sebagian kecil dari semua itu, walaupun hanya sekedar memberitahu kalau aku menyimpan banyak hal yang aku pendam sendiri,' batin Neptunus.