"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Vega pada Nuansa sembari terus mengusap-usap punggungnya.
"Sudah lebih baik," jawab Nuansa yang sedang duduk sambil menghadap ke lantai, mereka sedang berada di ruang tamu sekarang.
"Syukurlah."
"Ya, syukurlah."
"Itu sangat mengerikan, kau tahu. Jika saja kau masih terus menginjak pedal gasnya, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu," ucap Eugene yang juga berada di sana.
"Oooh, iya, itu benar-benar mengerikan, mungkin sekarang aku punya trauma untuk menaiki mobil," ujar Nuansa.
"Kenapa? Seharusnya yang terjadi adalah kebalikannya, kau sepatutnya jadi memiliki niat yang besar untuk belajar cara mengendarai mobil agar hal seperti itu tidak terulang lagi."
"Bagaimana bisa aku malah memiliki niat yang besar untuk belajar mengendarai mobil sekarang setelah apa yang terjadi tadi? Kau sendiri juga menyadarinya, Paman, bahwa itu sangat mengerikan."
"Ahaha, ya, aku paham."
"Lalu kenapa kau malah mendorongku untuk memiliki niat belajar cara mengendarai mobil?"
"Hanya untuk berjaga-jaga agar hal seperti itu tidak akan terjadi lagi, Nuansa. Dan, lagi pula itu akan berguna untuk tidak membuatmu memiliki rasa trauma untuk menaiki mobil, ditambah lagi tidak ada salahnya kan belajar cara mengendarai mobil? Hitung-hitung untuk membuat kau sendiri bisa mengendarai mobil, iya, kan?"
Nuansa kemudian terdiam, namun hanya dalam sesaat. "Ya, benar juga, tapi mungkin aku tidak akan melakukannya dalam waktu dekat, aku masih belum siap," kata Nuansa.
"Ahaha, tidak apa-apa, itu wajar-wajar saja," ucap Eugene.
Beberapa saat kemudian, Bulan datang, tampaknya Ibu dari dua anak itu masih belum 'lepas' setelah apa yang terjadi diantara dirinya dan Neptunus.
Baik Eugene, Vega, maupun Nuansa paham bahwa Bulan membutuhkan waktu untuk berbicara empat mata dengan Neptunus dan menyelesaikan ketegangan yang masih terjadi di antara mereka berdua.
"Engh, halo, Bibi," Nuansa menyapa Bulan, Bulan lalu hanya membalasnya dengan sebuah senyuman dingin, dan hal ini semakin meyakinkan Nuansa bahwa pemikirannya tentang Bulan yang sepertinya menginginkan pembicaraan empat mata dengan Neptunus memang benar.
"Atau mungkin aku bisa mulai belajar mengendarai mobil sekarang, entah kenapa tiba-tiba rasa takutku hilang, aku sangat siap sekarang," ujar Nuansa pada Eugene saat mendapat sambutan kurang hangat dari Bulan, selain itu dirinya berkata demikian karena ingin memberikan waktu kepada Bulan dan Neptunus.
Eugene hanya terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Nuansa barusan.
"Baiklah, ayo, aku yang akan mengajarimu, semoga saja aku adalah guru yang tepat bagimu," kata Eugene, ia kemudian mengajak Nuansa untuk keluar dari dalam rumah ini, Vega lalu mengikuti mereka, jadi Neptunus dan Bulan benar-benar berdua di dalam ruang tamu ini.
***
"Paham, kan?" tanya Eugene pada Nuansa usai dirinya menunjukkan cara mengemudi pada gadis itu.
"Iya," jawab Nuansa.
"Sekarang kau akan mencobanya atau tidak?"
"Tentu saja aku akan mencobanya."
"Bagus, ayo bertukar bangku."
Nuansa dan Eugene lantas sama-sama keluar dari dalam mobil tersebut untuk bertukar tempat duduk.
"Ayo, semangat, kak Nuansa!" seru Vega yang memberikan dukungan kepada Nuansa, ia hanya bisa menonton sambil duduk di teras, sebab Nuansa belajar mengemudi di halaman, halaman rumah ini luas, jadi sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk berlatih mengendarai mobil.
Nuansa hanya membalas Vega dengan tawaan kecil karena ia benar-benar tegang sekarang. Sebenarnya dirinya belum siap untuk belajar mengendarai mobil, namun karena keadaan diantara Bulan dan Neptunus yang masih belum sepenuhnya kembali seperti semula, Nuansa pun memutuskan untuk mengalihkan dirinya dari hal itu dengan cara seperti ini.
"Kau pasti bisa!" sambung Vega.
Nuansa yang kini sudah berada di kursi sopir pun menyentuh setir dengan rasa keraguan yang cukup besar, karena sebenarnya ia belum siap untuk belajar mengendarai mobil, ia hanya terpaksa kali ini. Gadis itu pun kemudian menarik napas dalam-dalam.
***
Sementara itu, di dalam, Bulan menghampiri Neptunus dan duduk di sebelahnya.
"Bagaimana perjalananmu di Korea?" tanya Bulan kepada putranya itu sebagai cara untuk memulai pembicaraan yang sebenarnya.
"Baik-baik saja, aku dan Nuansa benar-benar menikmatinya," jawab Neptunus.
"Ibu rasa semua itu membuat kita merasa lebih baik dari pada saat kita terakhir mengobrol, kan?"
"Ya."
"Baguslah, Ibu harap kita sama-sama bisa berpikir dengan jernih sekarang."
"Aku juga."
"Kau tahu Ibu ingin membicarakan apa denganmu saat ini, kan?"
Neptunus terdiam sesaat sebelum menjawab. "Ya."
"Ibu harap kau tidak akan keberatan untuk membahasnya lagi."
"Aku tidak akan keberatan, karena sebaiknya kita membuat semuanya menjadi jelas sekarang, kita harus membicarakan hal itu sampai menemukan titik terangnya agar semuanya selesai."
"Itulah yang Ibu inginkan."
Mereka berdua lantas sama-sama terdiam.
Beberapa saat kemudian, Neptunus menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya.
"Baiklah, aku akan membiarkan Ibu menikah dengan Eugene, jika itu akan membuat Ibu bahagia, maka mungkin memang sebaiknya aku memberikan lampu hijau untuk kalian," ucap Neptunus usai ia menarik napas dalam-dalam tadi.
"Apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Bulan.
"Tidak ada."
"Pasti ada."
Neptunus lantas terdiam, perubahan sikap yang di ambilnya sebenarnya merupakan efek dari pembicaraannya dengan Nuansa di studio musiknya beberapa hari yang lalu, namun tidak hanya hal itu yang akhirnya membuatnya mengambil keputusan ini, ia juga telah memikirkan semuanya secara matang sejak saat pembicaraannya dengan Nuansa di studio musiknya waktu itu.
"Kalaupun ada, aku rasa Ibu tidak perlu tahu apa itu," ujar Neptunus.
'Nuansa, dan pemikiranku sendiri,' batin Neptunus.
***
"HATI-HATI, HATI-HATI!" seru Eugene yang merasa ngeri dengan cara Nuansa membawa mobil.
Bagaimana tidak, Nuansa yang masih ketakutan selalu menginjak pedal gas dan rem secara bersamaan, jadi mobilnya hanya maju dengan langkah yang kecil, namun selalu maju dan selalu berhenti karena selalu di rem setiap 2 detik sekali.
Jadi sejak tadi, Nuansa membawa mobil ini dengan langkah yang kecil-kecil, tetapi mengerikan, sebab ketika mobil langsung di rem seperti itu setelah di gas pastilah akan membuat tubub penumpang di dalamnya dibuat maju mundur cantik, dan hal itulah yang membuat Eugene merasa ngeri.
"Aku sudah sangat berhati-hati!" kata Nuansa yang merasa sangat tegang saat ini, sampai-sampai keringatnya mengalir dengan sangat deras seperti air terjun Niagara.
"Tapi kau selalu menginjak remnya dan membuat kita terpental ke depan dan ke belakang, jangan langsung injak remnya seperti itu," ujar Eugene.
"Kalau tidak aku injak remnya, kita akan menabrak karena keterusan."
"Kau bisa langsung injak remnya jika sampai keterusan."
"Aku tidak akan bisa fokus."
"Kenapa?"
"Mengendalikan fokus ke dua pedal sekaligus itu susah."
"Tidak, itu mudah, kau harus mencobanya, kau tidak akan bisa mengendarai mobil jika kau selalu menginjak remnya dua detik setelah kau menginjak pedal gasnya."
"Tapi itu akan mengerikan."
"Tidak, percayalah padaku."
Nuansa lantas meneguk ludahnya, dan dari luar, Vega hanya bisa merasa geli melihat mobil yang sedang dibawa Nuansa. Mobil itu selalu maju dan langsung berhenti, sehingga tentu saja mobil itu selalu memantul-mantul sesaat setelah berhenti, dan hal itulah yang berhasil membuat Vega merasa geli, terlebih lagi ia membayangkan bagaimana rasanya jadi penumpang jika mobilnya melaju dengan cara seperti itu, tubuhnya pasti hanya akan terus-terusan maju-mundur karena selalu terhempas.