Cahaya mentari mulai menyapa dengan lembutnya. Terdengar kicau merdu suara burung, menemani kegiatan para petani di pagi hari. Hijau rindang pepohonan menyejukan mata, sembari ditemani hembusan embun pagi yang menenangkan hati.
Terjadi sebuah percakapan antara seorang pria dan wanita
"Hei, bukankah kamu orang yang pernah menolongku?." Gadis itu bertanya padaku
"Menolongmu? Kurasa bukan. Mungkin kamu hanya salah orang". Aku sok bergaya berusaha menutupi apa yang sebenarnya pernah terjadi
Gadis itu kembali menatapku dengan cermat. "Gak mungkin aku salah orang. Aku yakin betul orang itu pasti kamu. Aku ingat betul dengan wajahmu."
"Maksudmu wajah hitamku?."
"Yah tentu saja, dan juga bentuk wajah lebarmu."
Oh Tuhan, sepertinya aku salah memberikan pertanyaan. Sakit wooi
"Oke, jika orang itu memang benar aku yang menolongmu seperti yang kau katakan. Lalu apa yang akan kamu lakukan?. Kamu akan repot-repot mengucapkan terima kasih padaku?."
"Tentu saja aku harus mengucapkan terima kasih padamu." Gadis itu berkata tegas padaku
"Untuk apa?."
"Untuk apa?. Tentu saja karena kamu sudah rela menolongku waktu itu." Gadis itu menjawab pertanyaanku dengan nada heran
Aku menatapnya dengan tatapan tegas layaknya pahlawan di film-film
Dengan posisi badan tegak penuh gaya, aku pun berkata, "Dengarkanlah, jika aku berada diposisimu , dan kebetulan kamu ada disana juga pada waktu itu. Aku yakin, kamu pasti juga akan melakukan hal yang sama padaku. Jadi kamu gak perlu repot-repot mengucapkan terima kasih, karena memang sudah seharusnya aku menolongmu pada waku itu." Kini aku tersenyum sok keren kepadanya
Gadis itupun menatapku dengan tatapan kagum
Tiba-tiba tedengar suara pintu digedor, dan suara memanggil yang begitu sering kudengar
"Maal, Malikiii!!!". Ibu berteriak memanggilku diluar kamar
Aku pun langsung terbangun dari tidur nyenyaku
"Maaaal, mau sampai jam berapa lagi kamu tidur. Ini sudah mau jam 7. Kamu mau bolos lagi di hari awal masuk sekolahmu?." Ibu mengomeliku sambil terus menggedor-gedor pintuk kamarku
Bangkit dari bantal empukku, dan aku pun tersadar bahwa kejadian hebat tadi hanyalah terjadi di dalam mimpi. Aku benar benar kecewa. Dan aku pun sekarang juga tersadar bahwa aku benar benar sudah bangun kesiangan, dan akan benar-benar datang terlambat di hari awal masuk sekolah.
"Matilah aku." Inilah kalimat pertama setelah terbangun dari mimpi indahku. Sambil terus mendengar ibu yang mengomel, akupun segera membuka pintu kamar dan langsung berlari menuju kamar mandi.
Selepas mandi dan berpakaian, dan masih setia mendengar omelan ibuku, aku mengambil makanan seadanya di meja makan, lalu berlari kepintu depan untuk segera berangkat kesekolah. Dengan motor bebek andalanku, aku langsung tancap gas sambil berharap, semoga bukan hukuman lagi yang menantiku di awal masuk sekolah.