-Author Path-
Michella berhasil menyusul dan menemukan David yang sedang memberikan serangan balik terhadap para bandit. Dia nampak sibuk dengan senjatanya
"David!" teriak Michella dengan kasar.
"Jangan sekarang, Michel... Aku butuh bantuan disini" mendengar perkataan David Michella memutar bola matanya sambil mendengus kesal.
"Baiklah kubantu kamu sekarang seperti kamu membantu aku dulu!" Michella masih kesal dengan David, tidak tahu kenapa.
"Michel, aku tidak ingin memikirkan kejadian yang sudah lewat!" teriak David mulai emosi.
Michella segera mendekati David dan diberikannya sebuah senapan jitu, Sniper.
"Ini, aku harap kamu ahli menggunakannya, karena aku tidak ingin kehabisan peluru hanya karena dirimu!" David menasihati.
"Ya, ya, aku sudah pernah bermain airsoft berkali-kali dan aku bisa mengeker dengan benar, David" balas Michella sambil mengecek pelurunya.
Setelah senjatanya cukup baik digunakan dengan posisi yang sempurna dan tingkat fokus yang tinggi Michella mulai mengeker, menahan nafas memang dibutuhkan oleh penembak jitu untuk mengeker dengan kondisi diam tidak bergerak karena fungsi alat pernapasan.
Ketika semuanya tepat dan kekerannya menuju satu orang yang asik menembak mansion dengan membabi buta, dengan satu tarikan jari dia membunuh pria itu.
Taar!!!
Ughh! Ahh...
Seketika orang-orang itu panik dan mencari tempat sembunyi.
"Sial ada penembak jitu! Cari dia!" seru salah satu dari mereka.
"Bagus, aku akan menembaki mereka untuk membuat mereka sedikit fokus ke arahku dan kamu mulai mengeker lagi, ok?" Michella mengangguk menyetujui rencana David.
Dia mulai mengeker lagi sedangkan David sudah bersiap memberondong dengan senapan serbunya.
"Sekarang!" teriak David, mereka berdua keluar persembunyian dan David membuat para bandit itu fokus kearahnya karena tembakannya yang terus berlanjut tanpa henti menggunakan senapan serbu.
"Cepat, aku bisa kehabisan peluru!" seru David terus menahan tembakannya Michella mengeker dengan cepat dan akurat.
Taar!!!
"Satu!"
Taar!!
"Piercing shot! Dua sekaligus!"
Taar!!!
"kena! Aku dapat menangani mereka!"
"Backup, Michel!" segera mereka berdua kembali berlindung dan dibalas tembakan mereka oleh bandit.
"Huh, wow, itu menakjubkan! Aku tidak tahu kamu ahli melakukan itu, dua pria sekaligus!" seru David sangat bersemangat.
"Entahlah, aku hanya mengeker dan menembak... Lagipula senjata ini cukup nyaman dipakai" Michella melihat-lihat senjata itu, memahami setiap rancangannya.
"Tac 50? Pasti senjata militer, bagaimana kamu bisa mendapatkan senjata sebanyak ini, apa saja senjata yang ada di dalam ranselmu heh?" ujar Michella seraya memutar-mutar senapan itu.
"Yah, saat dibalai kota kekacauan terjadi dan aku mengambil kesempatan untul mencuri senjata, lagipula beberapa militer itu sudah menjadi kanibal lebih baik kuambil saja karena kanibal memangnya bisa menggunakan senapan?" David menjelaskan, tangannya sibuk mengisi peluru sesekali lengannya mengusap keringat di dahinya dan setengah wajahnya masih tertutup masker tengkorak itu. Dia tidak melepaskannya.
"Cih, sempat juga kamu melakukan itu?" menyadari kejadian lalu saat dibalai kota Michella langsung melarikan diri bersama Mondays hingga kemari tanpa ingat mempersiapkan ini dan itu dari beberapa pos.
Panik memang membuat semua pikiran orang kacau sehingga lupa untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan.
"Aku sudah siap, serbuan kedua?" ajak David dan Michella mengangguk mempersiapkan senapannya.
"Aku siap," jawab Michella.
Mereka berdua meluncurkan serangan kedua dengan taktik yang sama namun keadaan berubah semakin buruk, yang bertarung disini bukan dua pihak saja namun bertambah satu menjadi tiga pihak.
Gerombolan kanibal mungkin mendengar suara gaduh senapan mereka dan datang kemari beramai-ramai! Merekalah pihak ketiga.
"Sial, ada para kanibal disini! Mereka akan masuk ke mansion" seru David.
"Hei hei, lihat mereka menyerang para bandit!" teriak Michella sambil tertawa kecil.
"Ya dan kita selanjutnya yang akan diserang jika tidak pergi dari sini" ujar David.
"Tenang, yang harus kita lakukan adalah pergi dari sini selagi mereka menyerang bandit itu" David segera menggendong ranselnya dan berjalan menuruni anak tangga dengan cepat diikuti Michella.
Setelah mereka sampai pintu belakang David terhenti dan teringat bahwa dia melupakan sesuatu.
"Oh tidak! Mobilku ada di depan mansion! Kita tidak bisa mencapainya! Terlalu berbahaya di depan" keluh David mulai bingung dan mondar-mandir memikirkan cara menuju mobilnya.
"Nanti saja pikirkan mobil itu, kita panjat tembok belakang itu dan kabur!" David mengangguk mendengar usul Michella dan berlari keluar menuju halaman belakang.
Michella hendak mengejar David namun matanya sempat melihat sesuatu yang tidak asing tergelerak di atas kap lampu lantai, sebuah boneka.
"Apa itu?" Michella mendekatinya dan melihatnya.
"Ini Haley, masih lembab... Pasti Mondays mencarinya nanti, lebig baik kubawa dan kuberikan padanya nanti saat ketemu" gumam Michella kemudian mengambil boneka itu.
"Michella cepatlah!" teriak David dari luar dengan segera Michella merespon dan keluar dari mansion.
"Ayo naik!" David siap membantu Michella naik dengan kedua tangannya yang akan mengayunkan Michella ke atas.
"Kamu yakin, aku bisa memanjat David!"
"Jangan menolak jika kamu diberikan bantuan, Michel" geram David.
"Ya, ya aku akan lompat" segera Michella berlari kearah David dan melompat ke telapak tangannya yang kemudian diluncurkan David hingga berhasil mencapai atas tembok.
"Bagus! Aku sudah naik" Michella mengulurkan tangannya ke arah David.
"Baiklah terima kasih bantuannya" ujar David merasa terbantu.
"Yah, terima kasih juga telah membantuku" balas Michella dengan senyuman.
Segera mereka berlari menjauh dari mansion untuk sementara. Mereka berencana jika semua sudah aman akan kembali dan mengambil mobil David.
Berharap saja agar para kanibal itu tidak mengikuti mereka, mereka memilih sembunyi di semak-semak dekat mansion agar mudah memantau keadaan.
Tetap waspada, tetap diam.
***
-Claire Path-
Kami terus berlari dan berlari hingga tak terasa masuk kesisi hutan lebat, disana gelap dan sedikit suram.
"Nona, aku rasa kita akan aman disini" ujar Harry membuatku sedikit terkejut karena suaranya yanh berat.
"Benarkah, apa kanibal itu tidak ada disekitar sini?"
Harry hanya mengangkat bahu mendengar pertanyaanku.
"Kak, tempat ini menakutkan, ayo kita pergi saja" keluh Mondays sambil memeluk tanganku.
"Tidak ada yang perlu ditakutkan disini, tempat ini jauh dari rumah penduduk yang pastinya sedikit juga kanibal yanga ada disini" aku memperhatikan sekitar dan nampak ada atap gubuk di dekat pepohonan yang sedikit lebih tebal dari yang lain.
"Hei lihat! Ada rumah pohon!" aku menunjuk ke arah rumah pohon itu yang ternyata diatasnya dibangun rumah pohon.
"Ada rumah pohon di tengah hutan seperti ini?" tanya Harry sambil berjalam mendekati rumah pohon itu.
"Aku akan periksa kalian tunggu disini" aku dan Mondays mengangguk setelah mendengar arahan Harry.
Kemudia dia dengan perlahan menaiki tangga rumah pohon itu. Meskipun dia sangat berhati-hati menaiki tangga itu siapa sangka apa yang terjadi padanya.
Tiba-tiba tangganya patah dan Harry jatuh terduduk ditanah, dia langsung berdiri dan memgusap-usap bokongnya.
Aku dan Mondays cekikikan melihat tingkahnya namun seketika dia menoleh ke arah kami langsung saja kami bersikap biasa.
"Ah, tangganya rusak bagaimana kita bisa naik?" tanya Mondays.
"Mudah saja, kita masih bisa memanjat" usul Harry tapi aku tidak ingin memanjat dengan pakaian seperti ini, sulit untuk melangkahkan kaki dengan lebar.
"Aku tunggu dibawab saja kalian perijsalah apa yang ada diatas" Harry mengerti apa yang aku maksud dan tidak memaksaku ikut.
"Baiklah kalau nona ingin begitu, Mondays kamu ikut?" Mondays mengangguk mendengar jawaban Harry dan mulai memanjat pohon itu yang pasti dengan bantuan Harry juga.
Aku duduk santai sambil bersandar dipohon, banyak nyamuk disini membuat keadaan makin tidak nyaman.
Namun mau dimana lagi semua tempat sama saja meskipun berpindah nyamuk itu tetap mengejar juga.
Aku harap hari cepat berlalu dan kami bisa kembali ke mansion untuk melihat keadaan.