Aku mengejar pria itu karena tingkahnya yang aneh lagipula kamera serta dompet ini untuk apa?
"Kembali kesini sialan!" teriakku namun dia malahan makin menjauh karena sulit bagiku berlari sambil membawa tas dan benda-benda yang dia berikan.
"Tunggu, kamu bilang mau ikut bus besok pagi kenapa kamu lari!? Hei!" aku tak sanggup lagi mengejarnya dan memperlambat lariku, dia semakin jauh.
Tepat sekali saat itu ada sepeda tersandar di gang kecil entah punya siapa bisa kugunakan untuk mengejarnya nanti aku kembalikan kalau punya waktu.
Segeraku ambil sepeda itu dan mengayuh dengan kencang hampir mendapatinya.
"Kemari kau..." tepat di jalan setapak menuju hutan aku mengejarnya dia tidak menyerah aku usahakan dia tidak masuk hutan karena bisa bahaya kalau aku masuk hutan juga.
Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padaku karena benda-benda yang dia berikan siapa tahu ini milik orang lain dia curi dan aku nanti yang kena imbasnya lagipula tingkahnya yang aneh membuatku prihatin.
"Berhenti! Cukup, aku menyerah" pria itu terengah-engah mulai mengatur nafasnya.
"Aku bilang aku butuh perincian lebih dalam hal ini!" aku segera turun dari sepeda dan melemparkan dompet dan kameranya yang seketika dia tangkap, tak lupa pistolnya kubanting ke tanah dengan kesal.
"Apa masalahnya jika kamu kuberikan benda ini!? Itu bukti" pria itu tetap meyakinkanku tentang bukti itu.
"Jika benda ini adalah bukti kenapa bukan kamu saja yang urus semua masalahnya karena kamu yang terlibat!?"
Pria itu menendang salah satu pohon di dekatnya dan mengerang keras.
"Gah! Aku tidak akan bertahan cukup lama untuk bukti ini mungkin kamu juga begitu namun kamu bisa mencari orang lain untuk menjaga bukti itu..."
"Ah! Itu bukti apa!? Aku tidak mengerti, kamu teroris ya berusaha macam-macam di sini! Aku lapor polisi saja biar kamu tenang sedikit!"
Aku segera mengambil handphone dari saku celanaku dan mengetik nomor polisi (sesuai resor tempat polisinya).
"Pria itu diam saja dan nada tunggupun berbunyi, tak berapa lama sebelum aku tahu apakah polisi itu mengangkat atau tidak panggilan dariku tiba-tiba dari sebelah kananku ada mobil melaju kencang ke arahku.
"Awas!"
Krak... Bum...
.
.
.
Aku bangun dari tidurku yang menyakitkan itu alias pingsan karena tertabrak mobil yang entah bagaimana tiba-tiba bisa lewat sana.
Semuanya sepi, hanya cuaca saja bertambah dingin dan embun begitu banyak.
Mataku melirik sekitar dan tubuhku menolak untuk bergerak karena semuanya terasa nyeri.
Aku mengambil handphoneku yang tergeletak di tanah tak jauh dari tempatku baringan lalu mengecek jam, pukul 6 pagi berarti aku pingsan cukup lama.
Aku kembali waspada, kemana perginya pria tadi?
Ada yang aneh di kepalaku...
Aku meraba sekitar wajahku dan terasa ada sesuatu seperti carian kental dan amis.
Ah, darah... Pasti luka karena mobil gila itu menabrakku tadi.
Aku menguatkan diri untuk berdiri karena duduk saja hanya membuang waktu.
Ranselku kembali kurapikan dan ternyata di sini adalah tempat dimana aku melempar benda pria aneh semalam yang masih lengkap ada kamera, dompet dan pistol itu.
Aku angkat bahu saja dan hendak kembali ke kota menginggalkan benda itu namun sesuatu yang benar-benar horror ada di depan mataku membuatku merinding dan mematung ditempat.
Segera kuambil pistol tadi untuk melindungi diri.
"Halo tuan, tuan apa yang anda lakukan di dalam sana?" aku perlahan mendekat ke arah mobil sambil mempersiapkan pistol pria tadi.
Ada orang di sana, satu orangnya terkulai lemas seperti sudah tewas dikursi pengemudi sedangkan orang yang duduk di sebelahnya asik menggerogoti perut orang yang tewas itu.
"Permisi tuan, anda baik-baik saja" mataku lebih tertuju pada apa yang orang itu lakukan pada kawannya atau siapalah itu yang duduk di sampingnya.
Semakin dekat semakin jelas semakin menakutkan, oh astaga... Orang itu menggigiti perutnya menyobek dagingnya dan mengunyahnya dengan rakus.
"Aaahhh! Sialan!" aku reflek melompat ke belakang karena tidak percaya dengan apa yang aku lihat, dia makan manusia!
Guargghhh.... Hrg...
Ada suara erangan di belakangku!
Aku spontan menoleh ke arah suara dan ada pria aneh tadi malam, wajahnya berubah dengan uratnya berwarna kemerahan serta bintik biru nampak dibawah kulit wajahnya yang pucat.
Grasp... Hargh...
Dia menangkap tanganku, tenaganya kuat sekali dan tangannya sangat dingin seperti batu es sulit melepaskan genggamanmya.
"Akh, pergi!" pria itu dengan cepat menggigit lenganku dengan kuat dan kubalas dengan menembakkan pistol tepat di kepalanya sebelum dia menyobek daging lenganku.
"Ugh tidak, ini darahnya banyak sekali!" aku segera mundur sedikit shock karena pertama kalinya membunuh orang bahkan merasakan darahnya.
Graar!!!
Tak sampai disana orang yang ada dalam mobil itu meninju pintu mobil hingga patah dan terlempar hampir mengenaiku.
"Kenapa kamu membunuhnya!!! Kenapa!"
Tak kusangka dia bicara padaku...
"Di-dia berusaha memakanku... Aku tidak bisa membiarkan diriku dimakannya!"
Orang itu sama saja dengan pria yang kubunuh tadi namun masih sedikit normal tidak agresif seperti pria yang menyerangku tadi.
Dia menangis dan menunduk di tanah sambil memuntahkan apa yang dia makan barusan, daging kawannya mungkin.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tiba-tiba agresif dan lapar... daging itu rasanya tidak enak, menjijikkan! Namun nafsuku membuatku menjadi kanibal!"
Seketika orang itu berlari ke arahku dan aku langsung menembaknya lagi berkali-kali hingga tewas.
"Oh Tuhan, apa yang terjadi!" aku merasa ngilu pada lenganku yang tergigit pria tadi.
Setahuku dari film-film yang pernah aku tonton kalau kena gigitan para kanibal seperti itu dan masih hidup bisa-bisa menjadi seperti mereka juga!
Dengan cepat ku keluarkan beberapa pakaianku dari ransel membersihkan lukanya dan membalutnya. Berharap semuanya baik-baik saja untuk diriku maupun kota yang aku tuju.
Semoga kejadian ini hanya sampai disini...
.
.
.