Chereads / Parallel : The Phantasy Mirror Universes / Chapter 7 - Urara : Keluarga Penunggang Kuda

Chapter 7 - Urara : Keluarga Penunggang Kuda

Sangat indah, luas sungguh luas, besar sangat besar tak kusangka rumah nya sebesar ini.

"Siapa namamu" dia menanyaku ini seperti pertanyaan susah dalam ujian.

"Hey kau tau namaku" aku menanya kepada nya dalam hati.

"(Seharusnya kau tau namamu)" jawabnya

"Aku tak yakin apakah itu namaku" aku bingung apakah itu benar benar namaku.

"Itu memang namamu" jawab dia dengan yakin.

Aku pun berhenti menanyainya dan mulai menjawab nya.

"Rei namaku Rei Artnan" ku jawab dengan nada samar namun, dia mendengarnya dengan jelas.

"Senang mengenalmu rei namaku Harra Ambroosse kau bisa panggil aku orse" nama yg unik.

"Senang mengenalmu orse" ku jawab dengan tenang.

Lalu, aku kembali menanyai nya dalam hati.

"Apa kau punya nama"

"(Yap aku punya)"

"Waw hebat"

"(Crunk disertai dengan nama panjang Mich Crunk)" dia menjelaskan dengan berbelit belit.

"Akhirnya kita sampai" orse menunjukkan ke arah rumahnya.

"Jadi rumah besar ini rumahmu" aku tak bisa menyangkal fakta ini.

Kukira penunggang kuda seperti dia orang yg susah tapi siapa sangka. Rumah yg besar walau dari kejauhan hanya dengan melihatnya sudah besar, lapangan yg luas, dan enak di pandang dari mana saja.

"Hahaha ini masih terlalu kecil bagi keluarga dan para kuda-kuda peternakanku"

Lalu kami masuk ke rumahnya melalui pintu depan aku melihat pintu dengan ukiran-ukiran indah.

"Kau sudah pulang sayang" seorang perempuan menyambut kami.

"Ah aku pulang kemarilah" sambil memanggil wanita itu orse mencium kening wanita itu.

"Rei perkenalkan ini adalah istriku" jadi itu istrinya.

"Eh.....saya Rei salam kenal" aku mengenalkan diri dengan merendah.

"Ah....sebagai laki-laki kau cukup pemalu" sambil tertawa dia mengatakannya.

"Saya nyonya besar ambroosse Namaku Dara Ambroosse dan ini anak tertua kami Ara Ambroosse" dia memperkenalkan namanya dengan bangga dan menyebutnya nama putrinya yg tiba tiba datang.

"Aaa.... aku Rei Artnan salam kenal Ara Ambroosse" aku takut jika tak lengkap memanggilnya satu keluarga kepadaku.

"Hahaha tak perlu kaku Rei cobalah untuk tenang sedikit, apa kau tersipu malu ketika melihat seisi rumah dipenuhi wanita cantik" orse sambil menepuk bahuku.

"Bukan orse aku hanya tidak biasa dengan keadaan" ku jawab dengan terus terang.

"Cih tak sopan" tiba-tiba ara bergumam namun terdengar oleh yg lainnya.

"Ara....!" Orse memanggil putrinya dengan tegas.

"Kenapa dia berbicara dengan ibu dan aku sopan sedangkan dengan ayah tidak sopan" ara sepertinya memberikan penjelasan.

"Aku tak keberatan dengan itu lagian aku yg memintanya" dgn tegas dia sambil melihat putrinya itu.

"Mencurigakan kenapa ayah terlalu terbuka dengan orang yg baru dikenal ini tak seperti ayah yg biasanya hmmp....." sambil merengut ara meninggalkan tempat.

"Sayang tak perlu sekasar itu padanya dia hanya berlebihan mengagumimu" nyonya dara tiba-tiba berbicara.

"Ah maaf sepertinya aku mengganggu ya tak apa jika aku pergi" aku merasa bersalah atas kejadian yg barusan.

"Aku akan marah jika kau pergi dari sini marilah masuk" dia menegaskan dan memberikanku pilihan.

"Ah iya jika kau tidak keberatan" aku pasrah dengan keadaan.

"Sayang seperti biasa kita akan makan yg enak malam ini" dia kembali dengan wajah seperti biasa.

***

Malam pun datang aku hanya terdiam bersandar ditempat tidur sambil menunggu panggilan makan malam.

Lalu tiba-tiba ara masuk ke kamar awalnya dia menatapku sinis namun kutatap balik secara ringan.

"Makan malam sudah siap.....tapi.... kau harus mengganti pakaianmu dulu" dia tiba-tiba merasa canggung tanpa sebab aku heran.

"Aku tak bawa apa-apa dalam perjalanan" ku jawab dia

"Kau sungguh merepotkan kau bisa mengenakan pakaian dari rumah ini dan kau bisa mengambilnya dari peti itu" aku merasa sepertinya aku cukup menyebalkan.

Kemudian aku mengganti pakaian tapi entah mengapa aku yg canggung.

"Kalau kau ingin aku ganti pakaian  sepertinya tak bisa kalau kau terus dikamar ini" serius ini memalukan.

"Tapi.....aku.....harus..." dia berkata dengan terbata-bata.

"Aku tak mau melamakan makan malam dan membuat mereka menunggu bisaka....."

"Nggak bisa.....!" tiba-tiba dia berkata keras sambil menutup wajah.

"Aku tidak siap mental" aku mengatakannya yg seharusnya bukan aku yg harus mengatakannya.

"Ini semua salahmu aku dihukum ayah" kenapa dia menyalahkanku.

"Dihukum...?"

"Sebagai rasa bersalah aku dihukum ayah dengan menjadi pelayan khusus untukmu dan aku harus siap dengan apa segala perlakuan mu terhadapku" dia menjelaskan semuanya dengan nada pelan.

"Oh kalau begitu bisakah kau keluar"

"Tidak bisa"

"Kenapa itu perintah"

"Didepan pintu kamar ada pelayan khusus yg selalu mengawasiku selama melayani mu kalau aku keluar kamar maka aku dianggap tidak melaksanakan tugas ayah" sekarang dia tak kenal malu

Kalau dilihat sepertinya memang benar dia terlalu mengagumi ayahnya itu bahkan harus melakukan apa yg mustahil baginya sekalipun.

"Kalau begitu tak ada cara lain aku juga tak mau menyusahkanmu kalau begitu berbalik badan lah" tak ada cara lain.

Lalu ketika aku membuka peti pakaian aku melihat banyak pilihan pakaian dan aku memilih satu diantara nya.

"Sepertinya ini bagus" aku memilihnya karena sangat sederhana dan mudah cara memakainya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu dengan pakaian itu"

"Kenapa kau belum hadap belakang"

"Kau belum melepaskan pakaianmu kan"

Secara tiba-tiba dia memilih baju yg bagus dari peti  pakaian.

"Ini pakailah"

"Hah.....iya" dia menyerahkan pakaian yg dia pilih

Agak membingungkan dia memberikanku pakaian yg terbaik tapi aku tak tau cara memakainya karena itu aku memutuskan mengganti yg lain.

"Kenapa kau memilih yg tadi jangan bilang kau tak bisa cara memakai pakaian itu" dia mengetahuinya.

"Yah begitulah" aku pasrah saja lah

Tiba-tiba dia menghampiriku dan membuka baju bagian atasnya.

"Tunggu apa yg kau lakukan" aku mulai takut.

"Aku akan memakaikanmu baju itu" sambil membuka kancing baju dia tersipu malu.

"Tidak pakaian itu saja terlihat mudah jika aku yg memakainya sendiri" pilihan awalku.

"Tidak kau harus pakai ini dan kita tidak boleh membuat orang bawah menunggu" dia mulai membuka ke bagian bawah.

"Tidak jangan"

"Diam...ini tidak akan lama.....pelan-pelan" dia tersipu malu.

Ini sangat buruk aku membiarkan diriku dilihat orang lain.

"Tidak jangan....." aku menjadi canggung tak karuan dan berteriak.

"Diam....!"

Setelah memakaikan pakaian  kepadaku aku merasa harga diriku seperti dipermainkan.

***

Makan malam berlanjut dengan suasana tenang namun sedikit heboh ketika orse mulai berbicara.

"Bagaimana enak kan" dia pasti menanyakan soal makanannya.

"Yap ini makanan yg enak"

"Bukan makanannya tapi pelayannya" kenapa bukan makanan saja yg kau tanyakan.

"Aku sedikit canggung dan risih karena biasanya aku selalu melakukan apapun itu sendiri" semoga dia tak marah.

"Seharusnya aku yg malu mengapa jadi kau" kenapa ara ikut campur sih.

"Hahaha setidaknya ara lebih berani dari pada Rei" kata orse sambil melihat ku.

Aku merasa harga diri aku dipermainkan karena aku yg canggung bukannya dia tapi aku risih jika ada gadis yg menemani aku dalam satu ruang dingin.

"Yah ayah sepertinya dia bukan lelaki jantan bahkan sangat jelas.....itu.....nya....loyo-loyo gitu" sambil menutup wajah dgn kedua tangannya.

"Oh jadi....." orse mau menyimpulkan.

"Tidak aku hanya memakaikannya pakaian yg dia yg kenakan sekarang ini" syukur dia menjelaskan dengan benar.

"Sayang sekarang lagi makan malam agak risih jika kita menceritakan hal ini bukan" nyonya dara mengatakan sambil melihat orse dengan harapannya.

"Ah maaf sayang"

Setelah makan malam sambil menunggu hidangan penutup kami semua mulai berbincang-bincang dan aku hanya mengikuti alur saja.

"Rei dari mana tempat asalmu?" orse tiba-tiba menanya secara mendadak.

"Aku tak tau pasti dimana ini sangat jauh dari tempat tinggal aku dan yg kuinggat hanya namaku saja Rei Artnan"

"Sepertinya kau keluarga bangsawan yg disingkirkan" sambil tersenyum sinis ara mengatakannya.

"Lalu aku langsung berfikir ingin ke suatu tempat yg kebetulan aku berjumpa orse dan di saat itu juga dia mengajarkan aku berkuda sampai bisa"

"Hahaha jadi kau tidak punya tempat tinggal"

"Yah untuk sekarang tidak namun pasti akan kudapatkan" dengan nada yakin aku mengatakannya.

"Jarak dari sini ke kota sangatlah jauh dan tidak ada jaminan kau akan bisa bertahan di sana aku memberikanmu penawaran pekerjaan dan yg pastinya kau akan mendapatkan upah, tempat istirahat, pakaian, makanan, bahkan jika perlu wanita" dia memberikan kepadaku penawaran kerja tapi kenapa penawaran terakhirnya agak menyimpang ya.

"Jika kau ingin aku kerja tak banyak yg bisa aku lakukan dan..." dia menyela pembicaraanku.

"Aku dari awal tertarik sama mu tugas mu mudah pagi sampai siang kau hanya perlu mengurus kuda dan lapangan lalu setelahnya kau bebas serta menjaga keluargaku. Untuk bagaimana dan Jika ada kesulitan ara akan selalu ada menemanimu" kenapa meski ada ara.

"Tunggu ayah..... seharusnya kan..."

"Ya aku mengerti ara namun hukuman adalah hukuman kau harus melaksanakannya kadang berbuat baik kepada orang lain kita bisa terselamatkan"

Aku nggak ngerti dia bicara apa tapi sepertinya bijak kata-katanya.

"Jika orang disini tidak ada yg keberatan aku tidak masalah" aku berharap diterima.

"Hah siapa yg berani membantah aku ketika ingin berkeputusan, besok di hari pertama kerja aku yg akan membimbingmu, karena tak ada waktu banyak pekerjaanku selalu memanggilku maka setelah itu ara yg akan membimbingmu"

Aku hanya berkata "baiklah" lalu kembali ke kamar untuk istirahat di hari pertama.

Left : 669.431