Andini yang terus mengingat kejadian dimana Rose bersimbah darah, menangis diam. Ia tahan suaranya agar tak sedikitpun terdengar oleh yang lain. Beni menatap ke arahnya. Terlihat kesedihan pula di matanya.
Awal pertemuannya dengan Andini dan Rose bukanlah kenangan yang indah baginya. Bertemu Rose pertama kali ketika ia berlumuran darah. Ya... Rose menyayat pergelangan tangannya ketika itu dan Beni adalah dokter yang kebetulan menanganinya kala itu.
Awalnya Beni tak begitu peduli alasan Rose ingin mengakhiri hidupnya. Sampai ia melihat 'pertengkaran' gila di dalam ruangan Rose menginap. Sebenarnya lebih tepat 'penyerangan' gila terhadap Rose yang tengah tak berdaya.
Serangan itu dilakukan oleh kakak angkat Rose. Dia adalah anak lelaki yang diadopsi oleh orang tua angkat Rose di tahun ketiga Rose menjadi putri mereka. Alasannya adalah agar Rose memiliki sosok 'kakak' yang bisa membantu menjaga Rose.
Tapi apa daya... harapan hanyalah harapan. Kenyataan yang ada di depan mata sangatlah berbeda. Anak lelaki yang pendiam itu ternyata memiliki hati yang keji. Ia selalu menyiksa Rose ketika orang tua mereka pergi melakukan perjalan bisnis mereka.
Bahkan...suatu ketika... ia mengudang beberapa 'teman'nya untuk 'bermain' di rumah mereka. Ternyata, ia menyuruh 'teman-teman'nya untuk memaksa Rose berhubungan badan. Rose yang ketika itu hanya berumur 14 tahun berlari sekuat tenaga meninggalkan rumahnya untuk menghindari diper****.
Kejadian itu menimbulkan ketakutan yang luar biasa bagi Rose. Sayangnya... Rose tak berani untuk mengadu pada orang tua mereka. Kakaknya terus mengancam Rose...bahkan tak sungkan memukulnya ketika gadis itu suatu ketika hampir mengadu pada orang tuanya.
Rose yang mengalami tekanan batin hebat, akhirnya memutuskan untuk memotong nadi di pergelangan tangannya. Berharap semua kesengsraannya akan menghilang. Berharap semua kesedihan dan tangisnya berubah menajadi senyuman.Tapi, kenyataan berkata lain.