Diva dan Rini adalah dua orang gadis kecil yang masih duduk di bangku SD. Diva dan Rini tinggal bersama bapaknya yang sedang sakit-sakitan di rumah. Mereka ditinggal ibunya merantau ke luar negeri selama lima tahun tanpa ada kabar. Diva sebagai anak pertama dan di usianya yang masih 10 tahun itu merasa bahwa dirinya harus bisa menghidupi adiknya dan bapaknya yang sedang sakit-sakitan. Demi untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, Diva dan Rini menjualkan gorengan tetangganya sepulang sekolah. Dengan sepeda bututnya Diva dan Rina menjajakan dagangannya.
"Gorengan, gorengan" teriak Diva dan Rini sambil menjajakan dagangannya
Diva dan Rini menghampiri setiap rumah untuk menawarkan dagangannya. Dalam sehari Diva dan Rini hanya memperoleh uang 30.000 dari dagangannya, dan disetorkan ke pemilik gorengan setengahnya, jadi yang didapat hanya 15.000 per hari. Meskipun Diva dan Rini hidup dengan keterbatasan dan harus merawat ayahnya yang sedang sakit-sakitan, Diva dan Rini tidak pernah pupus dan malu untuk bersekolah.
Pagi itu Diva dan Rini bersiap-siap berangkat ke sekolah. Diva dan Rini mengambil sepatu yang sudah kumal dan jebol untuk dipakai.
"Kak, kapan yah kita bisa beli sepatu baru yang bagus seperti teman-teman" tanya Rini sambil berangan-angan
"Sabar yah Rin, nanti kalau kita ada uang lebih kita beli sepatu baru kaya teman-teman, selagi yang ini masih bisa dipakai, pakai dulu yang ini, intinya kita jangan sampai putus asa untuk sekolah yah" kata Diva menyemangati Rini
Di sekolah Diva dan Rini termasuk siswa yang berprestasi. Karena prestasi dan ketekunannyalah Diva dan Rini mendapat bantuan biaya sekolah.
Di sekolah Diva dan Rini terkenal siswa baik dan cerdas sehingga banyak disegani oleh teman-temannya karena kebaikan dan kecerdasannya itu. Beberapa jam telah berlalu, pelajaran demi pelajaran telah dilaluinya, dan jam sudah menunjukkan waktu pulang sekolah.
Sepulang sekolah Diva memasakkan bubur nasi yang cuma ditaburi garam buat ayahnya, sedangkan Rini pergi ke rumah tetangga untuk mengambil gorengan yang akan dijualkannya.
"Diva, Rini, maafin bapak yah, karena bapak nggak bisa bahagiain kalian berdua, uhukk…uhukk…uhukkk" kata bapaknya yang disertai batuk.
"Nggak apa-apa pak, kita juga ngerti dengan keadaan bapak kok" kata Diva sambil memegang tangan bapaknya
"Pak, Rini kangen ibu pak, kapan ibu pulang pak" kata Rini sambil mengeluarkan air mata
"Sabar yah Rini, kita do'akan saja semoga ibu sehat dan baik-baik saja di sana yah" kata bapak sambil mengusap air mata Rini
"Sudah Rini, jangan sedih terus, kita do'akan saja semoga ibu sehat dan baik-baik saja di sana, kakak mau jualan, kamu mau ikut atau mau di rumah sama bapak" kata Diva sambil mengajak Rini
"Sudah, ikut kakak berjualan saja sambil menghibur hati kamu biar nggak sedih terus" suruh bapak
"Baik pak, Rini berangkat dulu yah pak" pamit Rini
"krekk…krekk…krekk" suara sepeda tua saat mulai di naikki
Diva dan Rini pun berangkat berjualan. Kayuh demi kayuh Diva lakukan sambil berteriak
"Gorengan, gorengan"
"De, de" panggil ibu-ibu dari belakang
"Iya bu, ibu mau beli" tanya Diva
"Iya de, ibu beli 5000 yah" pinta ibu itu
"Iya bu, mau beli yang mana ini bu? tanya Diva
"Campur saja de" kata ibu itu
"Ini bu, terimakasih bu" kata Diva dan Rini,
Diva dan Rini pun kembali menjajakan dagangannya. Rumah demi rumah mereka datangi untuk menawarkan dagangannya.
Waktu demi waktu dilaluinya sampai tak terasa waktu telah hampir petang. Seperti biasa Diva dan Rini menyetorkan hasil jualannya dan mendapatkan bagiannya.
Hari pun mulai malam, Diva dan Rini duduk-duduk santai dipinggir jendela sambil memandangi terangnya cahaya bulan. Tiba-tiba ada sebuah balon merah yang nyangkut di ranting pohon.
"Kak, lihat itu ada balon nyangkut di ranting, aku ambil yah kak" kata Rini sambil mengambil galah yang menyender di samping rumah.
Setelah mengambil balon tersebut, Rini kemudian mengambil selembar kertas dan menuliskan sesuatu di kertas tersebut.
"Nulis apa kamu Rin? Tanya Diva heran
"Aku nulis surat buat ibu kak, kata teman-temanku kalau kita punya permintaan, terus kita tulis permintaan itu, terus kita ikatkan pada balon, terus balonnya kita terbangkan balonnya ke angkasa, katanya permintaan kita bisa terwujud kak" kata Rini dengan polosnya.
"Iya Rin, kakak juga pernah dengar gitu kata teman-teman kakak Rin" kata Diva
"Iya kak"
"Semoga dengan balon ini suratmu bisa sampai ke ibu yah Rin" harap Diva
Diva dan Rini pun menerbangkan balonnya dengan harapan surat itu bisa sampai ke ibunya.
"Diva, Rini, masuk tidur, sudah malam" teriak bapaknya dari dalam rumah
"Iya pak, ayo Rin bapak sudah manggil" ajak Diva
"Ayo kak" kata Rini
Diva dan Rini pun masuk ke rumah dan merebahkan diri diatas kasur tipis yang berlubang dan berselimutkan sarung. Setiap malam Diva dan Rini berdo'a semoga harapannya segera terkabul dan bisa berkumpul dan bahagia bersama.